Renungan Harian Misioner
Kamis Pekan IV Prapaskah, 14 Maret 2024
Kel. 32:7-14; Mzm. 106:19-20,21-22,23; Yoh. 5:31-47
Yohanes menyingkapkan otoritas Yesus yang adalah Kristus, Anak Allah, Anak Manusia yang diutus Bapa untuk menyempurnakan pekerjaan-Nya melalui tanda-tanda yang diperkenalkan-Nya. Berawal dari penyembuhan laki-laki yang telah sakit selama tiga puluh delapan tahun. Para pemuka Yahudi berusaha menganiaya Yesus karena hal itu dilakukan-Nya pada hari Sabat dengan menyatakan diri-Nya Allah. Yesus sudah memberi kesaksian tentang kuasa untuk menghakimi maupun memberi kehidupan yang diberikan Bapa kepada-Nya. Kesaksian-Nya atas diri-Nya sendiri seharusnya sudah cukup, tetapi Yesus tidak ingin melanggar budaya dan tradisi Yahudi yang melarang orang bersaksi mengenai dirinya sendiri. Pernyataan “Ada yang lain yang bersaksi…” menunjuk kepada Allah Bapa (bdk. Yoh. 5:19), namun karena hubungan-Nya dengan Allah Bapa, Ia tidak mungkin memberi kesaksian Allah Bapa dengan terbuka. Maka, Yesus mengungkapkan serangkaian saksi.
Orang-orang Yahudi telah mengirim utusan untuk mendengar kesaksian Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:19). Meskipun Yesus tidak bergantung kepada kesaksian manusia. Tapi kesaksian Yohanes Pembaptis yang diutus Allah itu, diperlukan sebagai pembawa terang dalam kegelapan hidup mereka. Yesus menegur orang-orang Yahudi yang hanya mau ‘menikmati’ terang itu sebagai hiburan sekejap saja, namun mereka tetap tidak rela bertobat.
Kesaksian berikutnya yang diberikan Yesus adalah pekerjaan-pekerjaan yang telah dilakukannya di antara mereka. Injil telah menyampaikan mukjizat-mukjizat yang menakjubkan dan orang-orang Yahudi itu telah menjadi saksi atas kejadian itu (5:2-18). Penyembuhan terjadi sebab Yesus adalah yang benar-benar diutus oleh Bapa dan karena relasi antara Bapa dan Anak (5:19-30). Yesus melakukan segala pekerjaan yang merupakan tanda-tanda yang menyatakan hubungan-Nya dengan Allah Bapa. Pekerjaan-pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Nya untuk diselesaikan itu juga bersaksi tentang Dia dan Allah Bapa yang telah mengutus-Nya.
Sayangnya, orang-orang Yahudi tidak pernah mengenali siapa Yesus, karena mereka tidak pernah mendengar suara-Nya (yang adalah suara Bapa). Lagipula, mereka tidak pernah melihat rupa atau wujud Bapa. Di sini kemudian, Yesus beralih dari kesaksian yang bersaksi tentang Dia, kepada keadaan hati mereka yang tidak mau percaya kepada-Nya. Mereka (mungkin) sudah menyelidiki Kitab Suci, karena hal ini merupakan hal penting dalam kehidupan dan praktik hidup orang Yahudi. Usaha itu sia-sia, Firman Tuhan tidak tinggal di dalam diri mereka, oleh sebab penolakan mereka akan Yesus, orang yang diutus oleh Bapa. Jika mereka tidak percaya kepada Allah, kesaksian inipun tidak mengena. Iman mutlak diperlukan untuk mengalami kesaksian yang dikerjakan oleh Allah dalam hidup kita. Firman Allah, jika dibaca namun tidak dipercaya, tidak akan menetap dalam diri.
Banyak orang, seperti orang-orang Yahudi ini, menyelidiki Kitab-kitab Suci dan mengambil sikap seolah sudah mempunyai hidup yang kekal. Dalam Injil Yohanes pun kita dapat menemukan bahwa tulisan-tulisan dalam kitab Suci memberi kesaksian tentang Tuhan Yesus. Di luar Injil, Paulus juga berkata bahwa Kristus adalah kegenapan hukum Taurat. Kebenaran tentang Yesus juga ditunjukkan oleh Yesus kepada murid di Emaus melalui apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan semua kitab nabi-nabi. Nampaknya, sesudah menyelidiki Kitab-kitab Suci itu mereka masih membutuhkan Yesus, agar membuka pikiran mereka supaya dapat mengerti yang dimaksud dalam Kitab Suci, memahami Firman Allah, serta menerimanya. Penerimaan akan Sang Anak-lah yang akan membawa mereka pada kehidupan yang dijanjikan Allah itu. Yesus juga menegur mereka yang menolak datang kepada Dia yang merindukan pertobatan mereka.
Teguran tajam menggunakan kata ‘hormat’ dilakukan Yesus. Ungkapan ini mengacu pada penghormatan dan harga diri manusia, yang mana Yesus tidak tertarik sama sekali. Namun sebaliknya, dengan menjalankan kewajiban agama mereka dengan ketat, menceritakan apa yang mereka anggap sebagai kesalehan diri, mereka mengharapkan pujian dan hormat itu. Dengan terus menolak Yesus, mereka justru menunjukkan bahwa mereka tidak mengasihi Allah.
Yesus tidak mau menghakimi, Musa yang akan mendakwa mereka sendiri. Yesus mengingatkan, jikalau mereka menaruh pengharapan akan hidup kekal kepada Musa dan perjanjian-perjanjian-Nya, maka mereka harus sadar bahwa Taurat tidak ditulis untuk menjadi jalan keselamatan dengan hanya mentaati semua peraturannya. Mereka harus percaya bahwa Taurat ditulis untuk menuntun orang kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (bdk. Rm 10:1-10).
Jika kita juga tidak siap percaya akan apa yang dimaksudkan dalam hukum Taurat Musa dan kitab para nabi, maka kita tidak mungkin percaya kepada Tuhan Yesus. Menolak kesaksian Musa mengenai Tuhan Yesus, berarti tidak dapat percaya kepada-Nya. Mari kita percaya hanya kepada-Nya dan mohon terang-Nya, agar memahami hukum Taurat dengan sudut pandang iman yang baru dalam Kristus. (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Para martir zaman sekarang – Semoga mereka yang mempertaruhkan hidup demi pewartaan Injil di berbagai belahan dunia mengobarkan Gereja dengan keberanian dan semangat misioner mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Semoga orang tua dan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus dapat memaknai kehadiran anak mereka sebagai anugerah dan sarana untuk mewujudkan kasih Allah secara istimewa.
Amin
