Apa Balasan Kita Terhadap Cinta YESUS?

Renungan Harian Misioner
Selasa dalam Pekan Suci, 26 Maret 2024
P. S. Ireneus dr Sirmium

Yes 49:1-6; Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15.17; Yoh 13:21-33.36-38

Menyimak bacaan-bacaan Injil yang ditawarkan kepada kita selama masa Prapaskah sangatlah menarik. Dari waktu ke waktu kita diajak untuk melihat perseteruan antara Yesus dengan imam-imam kepala dan orang-orang Farisi serta ahli-ahli Taurat yang semakin meningkat dan berpuncak pada penyaliban Yesus. 

Dalam bacaan yang kita renungkan hari ini, ancaman bukan datang dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat melainkan dari murid Yesus sendiri, yaitu Yudas Iskariot. Yesus tahu persis bahwa Yudas akan menyerahkan diri-Nya kepada musuh-musuh-Nya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Anehnya, Ia tidak melarikan diri dari ancaman ini. Bahkan ketika sudah tiba saatnya, Yesus meminta kepada Yudas untuk segera melakukan apa yang telah ia rencanakan, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”

Mengapa Yesus tidak melarikan diri dari bahaya kematian yang mengancam dirinya? Jawabannya ini: Karena Ia taat kepada misi yang diberikan kepada-Nya yaitu menebus dosa umat manusia dengan kematian-Nya di kayu salib. Yesus menyatakan hal ini dengan jelas dalam Yohanes 12:27 : “Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.” Karena cinta-Nya kepada Bapa-Nya dan kepada umat manusia, Yesus dengan rela menanggung penderitaaan-Nya hingga mati di kayu salib. Namun kematian di salib bukanlah akhir dari kehidupan Yesus! Berkat kesetiaan Yesus dalam menjalankan tugas perutusan-Nya, Bapa-Nya membangkitkan Dia dari alam maut dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lututlah segala yang ada di langit dan yang ada di atas dan di bawah bumi (lih. Filipi 2: 10).

Apa balasan kita terhadap cinta Yesus yang begitu besar kepada kita? Pertama, kita diundang untuk mencintai kehendak Allah di atas segala-galanya seperti yang sudah dilakukan oleh Yesus, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Mencintai kehendak Allah berarti mencintai semua firman Allah yang telah dinyatakan Yesus kepada kita. Kedua, seperti Yesus yang rela berkorban demi keselamatan manusia, kita pun juga diundang untuk rela berkorban demi keselamatan sesama kita, kalau perlu sampai mengorbankan nyawa kita. Tentu ini tidaklah mudah. Namun kesaksian para martir menyemangati kita untuk sampai pada pengorbanan seperti itu dan kita akan menerima upah seperti yang telah diterima Yesus: kebangkitan! Beranikah kita? ***

(RP. Yakobus Sriyatmoko, SX – Magister Novis Serikat Xaverian di Wisma Xaverian Bintaro, Tangerang)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal:Para martir zaman sekarang – Semoga mereka yang mempertaruhkan hidup demi pewartaan Injil di berbagai belahan dunia mengobarkan Gereja dengan keberanian dan semangat misioner mereka.

Ujud Gereja Indonesia: Keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Semoga orang tua dan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus dapat memaknai kehadiran anak mereka sebagai anugerah dan sarana untuk mewujudkan kasih Allah secara istimewa.

Amin

Tinggalkan komentar