Renungan Harian Misioner
JUMAT AGUNG – Kenangan Wafat Tuhan, 29 Maret 2024
Yes. 52:13-53:12; Mzm. 31:2,6, 12-13, 15-16, 17, 25; Ibr. 4:14-16; 5:7-9; Yoh. 18:1-19:42
Siapa sih yang tidak mau surga? Pasti tidak ada. Kita semua ingin masuk surga! Tapi, tahukah Anda apa syarat utama masuk surga? Berbuat baik … rajin berdoa dan baca Kitab Suci … rajin ke Gereja … suka menolong … apalagi? Tidak berbuat dosa … tidak menyakiti orang lain … yaa… masih ada lagi …? Bukan! Ya, bukan semuanya itu syarat utama masuk surga. Memang bisa dikatakan semua yang disebut tadi hal-hal yang dibutuhkan untuk bekal masuk surga, tapi bukan yang utama. Syarat utama masuk surga adalah MATI. Ya, kematian adalah syarat utama masuk surga. Ini berlaku bagi siapapun. Mau sepanjang hidupnya full kebaikan, kesalehan dan rajin ibadah, tapi kalau tidak mau mati, ia tidak akan masuk surga. Tuhan Yesus sendiri telah menunjukkan dan memberi teladan bahwa jalan keselamatan adalah kematian.
Sahabat misioner terkasih.
Peringatan Jumat Agung mengajak kita merenungkan lebih dalam akan makna penderitaan dan kematian. Penderitaan dan kematian adalah suatu keharusan dan kepastian bagi manusia. Ada banyak yang tidak pasti dalam hidup ini, tetapi kematian adalah suatu kepastian. Meski sekarang ini kita cantik, cakep, ganteng, gagah, sehat, tubuh bagus-atletis, smartdan menarik, tetapi kita tidak pernah bisa menghindari kematian. Hampir semua dari kita takut mati dan selalu menghindari kematian, sehingga rela mengeluarkan banyak duit jutaan rupiah untuk mempertahankan dan memperpanjang hidup. Sebagian orang suka menghabiskan uang untuk tampil cantik dan cakep, merawat kebugaran dan memakai obat-obatan atau serum anti-aging supaya awet muda. Namun, semuanya itu berakhir sia-sia, tidak bisa menghentikan kematian. Mati adalah konsekuensi hidup. Kalau kita berani lahir dan hidup, kita mesti juga harus berani dan rela mati. Yesus, Tuhan, Sang Putra Allah, telah menanggung nasib akhir hidup kita, agar kematian kita mempunyai arah dan arti. Seluruh rahasia kematian yang memang gelap baru terjawab dalam misteri Yesus Kristus.
Pada saat kematian-Nya, “Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya” (Yoh. 19:30). Dengan kematian-Nya, Yesus membiarkan diri dan terbuka total kepada Allah Bapa, terserah apa yang Allah Bapa-Nya mau lakukan. Rela mati berarti menyerahkan diri sepenuh-penuhnya. Dengan kata lain, menyerahkan diri berarti membuka diri untuk “bebas diapa-apakan” oleh Allah. Kita tahu bahwa tubuh orang mati adalah tubuh yang “bisa” diapa-apakan. Tubuh kematian merupakan tanda keterbukaan total. Jenazah orang mati itu dapat dikubur di sana atau di sini atau di mana saja, dikremasi atau dimasukkan peti dan diawetkan. Terserah orang yang mau mengurus dan menyempurnakannya. Bagi yang mati, apa pun yang dilakukan terhadapnya adalah sama saja. Inilah tanda keterbukaan total.
Dalam dan karena Yesus, kematian bukanlah bencana dan akhir segalanya, tetapi justru keterbukaan total yang kini menantikan tindakan baru dari Allah. Kematian merupakan ketergantungan total terhadap tindakan Allah, Sang Sumber kehidupan dan keselamatan.
Kematian Yesus di salib menjadi ungkapan ketaatan dan penyerahan diri yang utuh kepada Allah Bapa. Terhadap penyerahan diri total Yesus dalam ketaatan-Nya sampai mati di salib, Allah Bapa bertindak membangkitkan. Penyerahan hidup Yesus dalam kematian disambut dan dijawab oleh Allah Bapa-Nya dengan pemuliaan kebangkitan. Kematian itu jalan menuju kebangkitan dan kemuliaan, yang kita kenal sebagai surga.
Sahabat misioner terkasih,
Hidup yang kita jalani ini di manapun jejak-jejaknya tetap akan dan pasti menuju kematian. Dan, kematian adalah jalan masuk ke keabadian. Misi kita adalah belajar dan latihan untuk mati. Ya, mati dari nafsu-nafsu tidak teratur. Mematikan keegoisan, kemalasan, keserakahan, kesombongan, kesembronoan, dan hal-hal negatif yang timbul di pikiran, rasa, kehendak dan hati kita. Belajar dan latihan mati berarti membiasakan laku pengosongan diri supaya diisi oleh kuasa dan rahmat Allah sendiri, sehingga bukan kita yang menonjol melainkan Allahlah yang menguasai dan memenuhi ruang hidup kita. Terpujilah nama Tuhan kita Yesus Kristus. Sekarang dan selama-lamanya. Amin.***NW
(RD. M Nur Widipranoto – Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal:Para martir zaman sekarang – Semoga mereka yang mempertaruhkan hidup demi pewartaan Injil di berbagai belahan dunia mengobarkan Gereja dengan keberanian dan semangat misioner mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Semoga orang tua dan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus dapat memaknai kehadiran anak mereka sebagai anugerah dan sarana untuk mewujudkan kasih Allah secara istimewa.
Amin
