T-SoM: Mengenal Diri dan Berefleksi

Kegiatan Pernas pertama Sekolah Misi Remaja atau T-SoM 4 pada hari Minggu malam diisi dengan sesi perkenalan. Para peserta per keuskupan bersama pendamping dan Dirdiosnya diberi kesempatan untuk maju mengenalkan diri. Suasana menjadi ramai karena setiap keuskupan berusaha untuk tampil dengan menarik. Ada yang berpantun, ada yang menyanyi diiringi alat musik, dan ada juga yang sekadar meneriakkan yel-yel. 

Setelah makan malam, kegiatan dilanjutkan dengan sesi Pengenalan Diri yang dibawakan oleh Sr. Juliva Motulo, DSY, Direktur Diosesan KKI Keuskupan Tanjung Selor. Para remaja T-SoM diajak untuk menyadari diri mereka sebagai citra Allah bersama yang lain.  Suster mengatakan Allah punya maksud yang lebih besar dan memanggil para remaja untuk suatu karya yang saat ini mungkin belum benar-benar mereka pahami. 

Aku ada sebagai buah dukungan berbagai pihak

Suster mengajak para remaja untuk merenungkan dan menyadari kehadiran mereka di tempat itu sebagai usaha dan perjuangan dari banyak pihak. Mulai dari Dirdios yang memilih, para pendamping yang menemukan mereka, orang tua yang mendorong dan mendampingi mereka, hingga ke orang-orang di stasi, paroki maupun keuskupan yang telah ikut membantu dan memberikan dukungan.

Para remaja juga diajak melihat gambaran diri masing-masing dan menggali potensi positif yang mereka miliki. Setelah itu para remaja diminta melakukan sharing di dalam kelompok. Para remaja juga diberikan tugas untuk menemukan mental block yang menghambat diri mereka untuk bisa maju.

Memaknai peristiwa dan pengalaman hidup sehari-hari

Sesi kemudian dilanjutkan dengan pembekalan tentang refleksi. RD. Patrisius Piki, Direktur Diosesan KKI Keuskupan Sintang menjelaskan langkah-langkah untuk membuat refleksi yang baik. Disebut refleksi karena catatan harian ini harus disadari sebagai proses perjumpaan dengan Tuhan Jesus, melalui pengalaman sehari-hari.

Romo mengingatkan para peserta untuk selalu menyiapkan waktu khusus setiap hari untuk menulis refleksi, karena refleksi yang adalah ciri khas remaja T-SoM merupakan kompas hidup. Para remaja pun diberikan waktu untuk langsung praktik, menuliskan refleksi masing-masing. 

Kegiatan hari pertama pernas T-SoM 4 ditutup dengan ibadat Taize. Para peserta T-SoM 4 diperkenalkan dengan salah satu tradisi doa yang merupakan kekayaan Gereja Katolik. Ibadat Taize berasal dari Taize, sebuah desa kecil di Prancis. Ibadah ini terkenal dengan musiknya yang khas, lagu-lagu dinyanyikan berulang-ulang dengan irama tenang menyentuh hati.

(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)

Tinggalkan komentar