T-SoM: Pendampingan Iman & Misi Remaja Katolik

08 April 2024

Pertemuan Nasional pertama Teens School of Mission atau T-SoM 4 hari kedua, dimulai dengan misa pagi. RD. Ferdinandus Paulus Niki Towary, Dirdios KKI K. A. Makassar memimpin perayaan Ekaristi, ditemani konselebran: RD. Marson Reynold Pungis, Dirdios KKI K. A. Manado dan RD. Antonius Lopes Sirken, Dirdios KKI K. Amboina. 

Setelah sarapan para remaja berjalan kaki bersama menuju tempat outbound, yaitu di Taman Lalu Lintas. Di tempat ini para remaja mengikuti kegiatan yang telah dirancang sedemikian rupa oleh panitia. Ada 25 pos yang bisa dipilih para remaja untuk bermain sekaligus belajar. Berbagai bentuk permainan disediakan agar para remaja mau terlibat, bekerja sama dan berproses mengikuti semua kegiatan.

Dalam sesi selanjutnya “Menggali Makna Dinamika Persahabatan”, dua orang kakak pendamping, yaitu Kak Niken dan Kak Wiwi menuntun para remaja untuk memahami makna kegiatan outbound terkait dengan tema pernas â€śFriendship”dan visi T-SoM: “Remaja Katolik hidup dalam Kristus dengan gembira, cerdas, tangguh dan misioner.” Setelah itu para remaja diberi tugas untuk menuangkan refleksi mereka mengenai outbound hari itu melalui berbagai bentuk: puisi, lagu rohani, drama musikal, dll. 

Sementara itu di ruangan berbeda, para pendamping remaja T-SoM mendapatkan pembekalan mengenai cara menggunakan Buku Panduan Program T-SoM untuk mendampingi para remaja T-SoM di keuskupan masing-masing. 

Kekuatan T-SoM ada pada refleksi

Romo Nur Widipranoto, selaku Dirnas KKI mengingatkan kembali kepada para pendamping bahwa kekuatan sekolah misi remaja ini ada pada refleksi. Romo menjelaskan bahwa refleksi dapat membantu kita untuk mengenal diri sendiri dengan cara lebih dalam dan juga mengenal kehendak Tuhan. Jika kita mengenal diri sendiri, gerak-gerik batin kita, maka kita akan bisa menjadi driver atas diri kita. Tidak gampang diombang-ambingkan situasi perasaan dan pikiran sendiri. Untuk itu para remaja perlu dibiasakan untuk melakukan refleksi dan perlu disiplin dalam hal ini. 

RP. Petrus Maman Suparman, OSC, Dirdios KKI K. Bandung menambahkan bahwa refleksi bukanlah laporan berita maupun laporan evaluasi mengenai orang lain. Untuk itu para pendamping perlu memperhatikan refleksi yang dibuat oleh para remaja T-SoM. 

Para pendamping kemudian diajak ke ruangan Atrium Iman Anak. Di dalam ruangan ini terdapat berbagai macam perlengkapan misa dan liturgi. Tempat ini khusus dibuat untuk menjadi tempat belajar anak-anak mengenal kehadiran Kristus dalam ekaristi. RD. M Nur Widipranoto mengingatkan bahwa mengenalkan kehadiran Kristus itu penting, karena kita harus menghantar orang/anak kepada pengalaman mistik akan Kristus. Anak perlu mengalami dicintai Yesus, agar imannya tidak gampang berubah. Di tingkat remaja kehadiran itu akan semakin dipertegas dengan refleksi, bahwa Yesus selalu hadir di dalam peristiwa-peristiwa hidup. 

(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)

Tinggalkan komentar