RD. Nur Widi: T-Somers Kalian Bukan Remaja Katolik Abal-Abal!

Pembekalan pada para remaja peserta Sekolah Misi Remaja atau T-SoM 4, terus diberikan selama kegiatan pernas “Bandung Friendship”. Bapak Stephanus Yogipranata, narasumber dari Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Bandung diundang untuk menjelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan para remaja dalam membuat refleksi berbentuk video. Para remaja diberikan kesempatan secara spontan untuk membuat refleksi pendek kegiatan mereka hari itu dan membacakannya di depan teman-temannya. Pembekalan ini penting bagi para remaja terkait pewartaan digital.

Hari terakhir Pernas pertama T-SoM 4 dibuka dengan ibadat pagi, yaitu doa Brevir yang dipimpin oleh Sr. Dionisia Siringoringo, OSF.

Setelah sarapan sesi dilanjutkan dengan pembekalan mengenai public speaking. Kali ini Nodi Rahadian seorang Master of Ceremonies yang menjadi narasumber bagi para remaja T-SoM. Kak Nodi menjelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menjadi public speaker. Dari kata “speak” Kak Nodi menjabarkan 5 kata, yaitu: self-confidence, portion, empathy, attitude dan knowledge. Seorang public speaker harus mampu memahami dirinya termasuk kelemahannya, sehingga bisa berdamai menerima dirinya apa adanya. Ketika berdiri di depan umum, seorang public speaker harus tahu batasan, kapan harus bicara dan kapan harus diam, serta punya empati untuk mendengarkan orang lain, termasuk memiliki sikap, gestur dan perilaku baik serta kontak mata dengan audiens. Yang terakhir yang tidak boleh ketinggalan adalah public speaker harus memiliki informasi mengenai topik yang dibicarakan, mengenal audiens, situasi panggung dan kegiatan.

Para remaja diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan seputar kesulitan dan kendala ketika berada di depan audiens. Kak Nodi juga mengajak para remaja dan pendamping untuk praktik berbicara sambil menggunakan sumpit yang digigit, yang bertujuan untuk menyadarkan para remaja bahwa penting bagi seorang speaker untuk berbicara dengan artikulasi dan intonasi yang jelas.

Sesi terakhir pernas pertama T-SoM 4 dibawakan oleh RD. M Nur Widipranoto, Dirnas KKI dengan topik peneguhan T-SoM. Di awal sesi Romo memutar video para remaja T-SoM angkatan pertama dan mengingatkan kembali komitmen Jamnas yang dibacakan bersama-sama. Mengenai pergaulan beda agama, Romo mengingatkan para remaja untuk memiliki prinsip akan iman Katolik mereka. Romo berpesan agar para remaja jangan mudah diombang-ambingkan perasaan dan pacar yang berbeda agama hingga meninggalkan iman mereka. “Kalian adalah remaja yang sungguh Katolik, bukan remaja abal-abal dan bukan Katolik KW!” tegas Romo.

Romo juga mengingatkan tugas para misionaris cilik ini seperti yang tertulis pada Injil Matius 28:19-20 “Pergilah ke seluruh dunia, wartakanlah Injil, baptislah mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.” Romo mengatakan bahwa benar kita tidak boleh memaksa orang menjadi Katolik, namun tugas para misionaris cilik adalah mewartakan Injil. Untuk itu, mereka harus mengajak teman dan pasangan untuk berdoa, ke Gereja, dan baca Kitab Suci sebagai bentuk pewartaan. Misionaris cilik juga harus punya ketangguhan, selalu siap melakukan 2D2K untuk orang lain, menghargai keanekaragaman, dan berani terlibat dalam gerakan di keuskupan masing-masing, sehingga menjadi berkat pembawa damai.

Pernas pertama T-SoM 4 ditutup dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Bandung, RD. Yustinus Hilman Pujiatmoko. Dalam homilinya Romo mengingatkan para remaja untuk menjaga keutamaan-keutamaan rohani, yaitu ekaristi sebagai puncak kehidupan beriman, sakramen-sakramen lainnya dan devosi-devosi. Romo mengatakan bahwa pengalaman misi murid-murid Yesus sekarang menjadi contoh untuk para remaja T-SoM yang dididik betul-betul agar menjadi misionaris-misionaris cilik yang mau memberikan diri. Namun Romo mengingatkan para remaja tidak boleh meninggalkan studi. Justru studi harus menjadi kesaksian: para remaja juga harus pandai dalam studi, bukan hanya dalam misi.

Selesai perayaan misa, para peserta berfoto bersama sebelum kemudian makan siang dan berpisah untuk kembali ke keuskupan masing-masing. Para peserta T-SoM 4 akan bertemu kembali bulan Juli nanti dalam Pernas kedua di Keuskupan Pangkal Pinang.

(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)

Tinggalkan komentar