Karunia Hidup yang Tidak Dapat Binasa

Renungan Harian Misioner
Rabu, 05 Juni 2024
P. S. Bonifasius

2Tim 1:1-3.6-12; Mzm 123:1-2a.2bcd; Mrk 12:18-27; atau dr RUybs

Beberapa hari ini Yesus terus berdebat dengan orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya. Semuanya didasari pertanyaan mereka kepada Yesus: “Dengan kuasa siapakah engkau melakukan hal ini?” Yesus menjawab bahwa kuasa-Nya hanya dapat dimengerti oleh mereka yang bertobat dan Kuasa ini lain daripada kuasa Kaisar yang menindas (Mrk. 12:1-12; 13-17). Hari ini Yesus akan menegaskan kuasa seperti apakah yang ada pada-Nya.

Kelompok Saduki yang dihadapi-Nya kali ini, adalah kelompok dari keluarga berada (punya tanah yang luas). Mereka juga menduduki posisi kepemimpinan dalam kalangan imamat. Namun orang Saduki tidak seperti orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat maupun imam-imam kepala yang menentang dengan niat jahat kepada Yesus. Menurut mereka hanya lima kitab pertama dalam Kitab Suci (Taurat) saja yang terinspirasi Allah, kitab-kitab lainnya dianggap tidak sah. Cenderung konservatif, lebih bersikap skeptis dan tidak mau percaya pada ajaran Yesus, sehingga mencoba mengacaukan kebenaran ajaran-Nya untuk menghalangi penyebarannya. Seperti sumber perdebatan hari ini yaitu ajaran tentang kebangkitan. Memang dalam kelima buku pertama dari Kitab Suci, iman akan kebangkitan belum terumuskan, dan baru muncul perlahan-lahan seiring perjalanan iman bangsa Israel. 

Mereka mengutip hukum kuno tentang seorang pria yang mati tanpa meninggalkan keturunan, dan  saudaranya wajib menikahi jandanya. Mereka mengandaikan adanya tujuh orang bersaudara berturut-turut menjadi suami seorang wanita. Mereka tidak menunjukkan secara gamblang jika mereka menyangkal kebangkitan, tetapi membungkusnya dengan pertanyaan, “Jika ada kebangkitan, siapa yang akan menjadi suami perempuan itu?” Menampakkan kebiasaan berpikir duniawi dan bermaksud mengejek keberadaan hukum tersebut, yang dianggap tidak masuk akal serta sulit untuk dilaksanakan. Pertanyaan itu sekaligus menantang kebenaran hukum Allah tentang monogami (Kej. 2:18-24). Mereka berharap dengan cara mengacaukan kebenaran-kebenaran Allah itu, Yesus masuk dalam tipuan yang mematikan. 

Yesus menggunakan tantangan ini sebagai kesempatan mengajar mereka yang mendengarkan perdebatan, agar pengertian mereka dipulihkan dan dikuatkan. Dengan tegas Yesus mengatakan kalau orang-orang Saduki itu sesat, sebab mereka tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Yesus mengingatkan bahwa seluruh Kitab Suci (bukan kitab Taurat saja), memberi kesaksian tentang Allah sebagai Bapa dan kita sebagai anak-anak-Nya. Kita akan bertumbuh secara bertahap dalam iman, sesuai dengan kemampuan kita untuk mengerti bahwa Allah adalah Kasih yang lebih kuat daripada maut. Dia adalah Allah pencinta kehidupan, dan yang menciptakan segalanya supaya tetap ada dan hidup (lih. Kid. 8:6; Keb. 1:14; 11:26).

Orang-orang Saduki berpikir bahwa bangkit, berarti kembali hidup seperti sebelum mati. Kebangkitan yang dimaksudkan Yesus, tidak sama seperti menghidupkan kembali mayat, sebagaimana terjadi dengan anak Yairus; melainkan kebangkitan yang adalah: peralihan ke suatu hidup baru dalam persatuan dengan Allah, dalam kepenuhan kemuliaan-Nya, yang dimiliki juga oleh tubuh kita (1Kor. 15: 35-58). Maka, pertanyaan, “Siapakah yang akan menjadi suami perempuan itu?” adalah kebodohan orang-orang yang tidak percaya, yang mengharapkan kesenangan duniawi terjadi di dalam surga. Kehidupan yang akan datang ini tidak mengenal hubungan suami dan istri duniawi. Hubungan suami-istri harus dilihat dalam sudut pandang yang baru sebagai gambaran hubungan Allah dan manusia, di mana persatuan kita dengan-Nya adalah hidup kekal penuh kemuliaan melampaui segala daya khayal. Sehingga di surga nanti, kita tidak mengharapkan adanya hal-hal duniawi lain yang lebih baik bagi kita, selain daripada berada dalam kepuasan penuh kasih karena memandang wajah dan rupa Allah (bdk. Mzm. 17:15).

Penegasan bahwa, “Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup,” memberi pemahaman bahwa kuasa Yesus adalah kuasa Allah orang-orang yang hidup. Kebangkitan adalah pusat misteri iman kristiani, sebab jika tidak ada kebangkitan maka sia-sialah pemberitaan para saksi dan sia-sialah juga kepercayaan kita (bdk. 1Kor. 15:14). Kebangkitan melampaui kemampuan nalar manusiawi kita, dan sepenuhnya anugerah kasih Allah. Oleh karena itu, tidak dapat dimengerti oleh mereka yang tidak memahami Kitab Suci dan Kuasa Allah. Hanya Kitab Suci dan pengalaman tentang Allah yang memampukan kita memahami Kasih yang dari-Nya kita berasal dan kepada-Nya kita menuju. Yesus sendiri, lewat perkataan dan perbuatan-Nya, lebih-lebih dengan kematian dan kebangkitan-Nya membebaskan kita dari kuasa ketakutan akan maut dan menganugerahi kita pengetahuan penuh akan janji dan kekuatan Allah yang hidup. Sebagai murid yang menerima baptisan dalam Nama Yesus, kita menjadi satu dengan Dia dan selama-lamanya bersama dengan Dia. Manusia memang akan mati, tetapi juga akan bangkit bersama Dia yang telah menang atas kuasa maut, untuk hidup yang tidak dapat binasa bagi Allah dalam Kristus Yesus (bdk. 2Tim. 1:10; Rm. 6:1-11). (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalPara migran yang meninggalkan negeri mereka – Semoga para migran yang meninggalkan negeri mereka karena perang atau kelaparan, terpaksa melakukan perjalanan penuh bahaya dan kekerasan, menemukan sambutan dan peluang baru di negara-negara yang menerima mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaOrang muda – Semoga Gereja semakin terbuka dan mampu merangkul kaum muda di tengah proses pembentukan identitas, sehingga mereka dapat mengalami Kristus sebagai Sahabat dan Juru Selamat.

Amin

Tinggalkan komentar