Misionaris Itu: “Mimpinya pun Harus Kristus!”

T-SoM Angkatan ke-4 Pernas II – Pangkalpinang Action and Prayer

T-SoM atau Teens School of Mission adalah program sekolah misi remaja yang diampu oleh Karya Kepausan Indonesia. Pertemuan Nasional II untuk angkatan IV kali ini diadakan di Keuskupan Pangkalpinang. Ada 39 remaja Katolik yang ikut dalam program. Mereka didampingi oleh 14 kakak animator/animatris. Dua belas keuskupan yang ikut serta – minus Keuskupan Sanggau yang telah mengundurkan diri – adalah: K. Amboina, K. Manado, K.A. Makassar, K. Tanjung Selor, K. Sintang, K. Bogor, K. Bandung, K.A. Semarang, K. Pangkalpinang, K.A. Palembang, K. Padang, dan K. Sibolga.

Hari pertama Pernas II dibuka dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Pangkalpinang: Mgr. Prof. Adrianus Sunarko, OFM. Sejumlah 17 imam mendampingi Bapa Uskup, yaitu: Dirnas Karya Kepausan Indonesia, RD. M Nur Widipranoto; para imam Direktur Diosesan KKI dari 10 Keuskupan, dan para imam Keuskupan Pangkalpinang. 

Pesan-pesan Bapa Uskup 

Dalam homilinya, menyinggung bacaan-bacaan hari ini yang cukup menyeramkan, Bapa Uskup menggarisbawahi satu kalimat penting dalam bacaan pertama, “… padahal Akulah yang menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, dan memimpin kamu 40 tahun lamanya di padang gurun.” Bapa Uskup berpesan kepada para remaja T-SoM, jangan sampai lupa bahwa kita sudah mengalami kebaikan-kebaikan Tuhan. Untuk selalu ingat, para remaja dapat sering mengenangkan kebaikan Tuhan sekaligus memanjatkan syukur melalui perayaan Ekaristi. Sementara mengenai pesan dari bacaan kedua, Bapa Uskup mengatakan: seorang misionaris adalah orang-orang yang melekat atau berpusat pada Kristus. Jangan ragu-ragu untuk mengikuti Dia. Bapa Uskup pun bergurau mengatakan: misionaris itu mimpinya pun harus Kristus. Mengigaunya pun pasti Kristus

Wawan Hati Bersama Bapa Uskup

Setelah makan malam bersama dan animasi, diadakan acara Wawan Hati bersama Bapa Uskup. Di kesempatan ini Bapa Uskup berbagi cerita pada para remaja T-SoM mengenai para pewarta iman dan berbagai cara pewartaan iman yang mereka lakukan.

Pertama-tama Bapa Uskup berbagi kisah pengalamannya ke Seoul – Korea, bagaimana agama Katolik mulai berkembang di sana. Ajaran Katolik bahwa manusia semua setara, tidak disukai oleh penguasa menyebabkan para pewarta dikejar-kejar dan dianiaya, sehingga banyak martir di Gereja Korea. Beberapa di antara martir-martir Korea itu kemudian menjadi orang kudus. Di Indonesia sendiri belum ada orang kudus, namun Bapa Uskup mengingatkan bahwa kita memiliki pahlawan-pahlawan Katolik, seperti: Adi Sucipto, Slamet Riyadi, Yos Sudarso. 

Jejak Agama Katolik di Pangkalpinang

Bapa Uskup kemudian beralih pada kisah mengenai orang pertama yang mengenalkan Katolik di Pangkalpinang. Ia adalah seorang asing yang lahir di Tiongkok dan bernama Paulus Tjen On Ngie. Kisah selengkapnya bisa disimak di sini. Bapa Uskup menekankan bahwa orang ini perantau asing dan adalah tabib yang bekerja sambil mewartakan iman. 

Bapa Uskup juga membagikan kisah mengenai Carlo Acutis, yang sejak usia 3 tahun suka pergi ke Gereja dan di usia 7 tahun telah menerima komuni pertama. Carlo menjadi misionaris melalui kemampuannya dengan mengumpulkan kisah-kisah mukjizat Ekaristi dan menyebarkannya ke seluruh dunia melalui internet. 

Ada beberapa pertanyaan yang diajukan peserta kepada Bapa Uskup sebelum acara berakhir. Kegiatan Pernas II hari pertama kemudian ditutup dengan doa malam. Setelah itu para remaja berkumpul dengan keuskupannya masing-masing untuk membuat refleksi. 

(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)

Tinggalkan komentar