Renungan Harian Misioner
Kamis, 11 Juli 2024
P. S. Benediktus
Hos 11:1b.3-4.8c-9; Mzm 80:2ac.3b.15-16; Mat 10:7-15; atau dr RUybs
Kepada kedua belas murid-Nya, Yesus tak henti mengajarkan belas kasih. Kepedulian-Nya terutama ditujukan pada orang-orang yang tidak berdaya dan menderita. Mengenai pemberian belas kasih ini, harus dilakukan tanpa pamrih. Artinya ketika seseorang memberikan belas kasih, ia tidak boleh menganggap belas kasih itu adalah miliknya, atau berasal dari dirinya sendiri. Belas kasih yang dimiliki oleh manusia tidak akan pernah ada jika tidak diberikan oleh Allah sendiri, yang adalah Sumber belas kasih. Dari semula, pada awal penciptaan dunia dan manusia, Allah telah menunjukkan belas kasih-Nya. Segala yang ada pada diri manusia, mulai dari tubuh, pikiran, perasaan hingga napas kehidupan merupakan pemberian Allah. Bukan hanya terbatas pada diri manusia saja belas kasih Allah itu. Jauh melampaui itu, Allah telah menyiapkan segala sesuatu untuk mendukung kehidupan manusia agar bisa berkelanjutan.
Seperti halnya Allah memberikan belas kasih-Nya dengan cuma-cuma, Yesus pun menuntut hal yang sama dari setiap manusia terhadap sesamanya. “Kalian telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.” Kasih berkelimpahan yang tercurah secara gratis itu, jangan diperdagangkan atau dijadikan bahan barter dalam bentuk apapun! Tidak sedikit individu maupun komunitas yang melabeli bantuan yang diberikan kepada sesama yang berkekurangan dengan label “pelayanan”, kemudian membusungkan dada memamerkannya ke mana-mana demi mendapatkan pujian dan popularitas. Ada juga yang memberikan belas kasih dalam wujud materi maupun waktu dan pengorbanan diri dengan alasan mengikuti teladan Yesus, namun pada praktiknya menuntut pengakuan, perlakuan istimewa dan ucapan terima kasih. Lebih bagus lagi jika ucapan itu bisa diumumkan ke publik. Semakin banyak yang tahu akan semakin baik, seakan-akan kualitas kebaikan seseorang tergantung pada berapa banyak pengakuan massa.
Selain karena mengejar nama, posisi, status dan popularitas, orang sering kali tidak mampu memberi dengan cuma-cuma karena tidak cukup percaya akan penyertaan Tuhan. Ada rasa khawatir jika pemberian yang terus menerus tanpa adanya pengembalian atau balasan akan membuat seseorang menjadi kekurangan dan melarat hidupnya. Hukum kesejahteraan yang diperjuangkan. Bukan kesejahteraan bersama, tapi pertama-tama dan terutama “kesejahteraanku” dulu. Harta dan milik pun dianggap sebagai kepunyaan pribadi, bukan lagi dilihat sebagai pemberian cuma-cuma dari Sang Pemilik Kehidupan. Apa yang dimiliki diklaim sebagai usaha dan hasil keringat sendiri. Manusia lupa bahwa apapun yang bisa diraihnya dalam hidup, itu dapat terjadi hanya karena Allah berkenan. Apapun yang kita beri kepada sesama, itu berasal dari Allah, milik Allah.
Menjadi murid Tuhan memanglah tidak mudah. Banyak godaan dan tantangan dari luar maupun dalam diri sendiri. Mampukah kita berjalan dengan iman teguh, menjalankan tugas perutusan dengan memegang erat-erat perintah dan janji Tuhan bahwa kita pasti mendapatkan upah? “[…] sebab seorang pekerja patut mendapatkan nafkahnya”(Mat.10:10). Ataukah sebenarnya dalam hati, sikap maupun perbuatan, kita ogah mengikuti teladan Yesus dan masih lebih sering memilih ajakan duniawi untuk berhitung untung dan rugi serta takluk pada situasi dunia? Mengimitasi Yesus hanya dapat terjadi jika kita mau menjadi seperti Dia: lupakan diri sendiri dan serahkan hidup sepenuhnya pada kehendak Allah Bapa.
(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Pelayanan pastoral orang sakit – Semoga Sakramen Pengurapan Orang Sakit menganugerahkan kepada para penerima dan keluarga mereka kuasa Tuhan dan semakin menjadi tanda belas kasih dan harapan bagi semua orang.
Ujud Gereja Indonesia: Pendidikan alternatif – Semoga masyarakat semakin memahami keunikan setiap anak sehingga dapat terbuka pada bentuk-bentuk pendidikan alternatif yang paling sesuai untuk membantu tumbuh dan berkembangnya anak.
Amin
