Renungan Harian Misioner
Selasa, 23 Juli 2024
P. S. Birgitta
Mi 7:14-15.18-20; Mzm 85:2-4.5-6.7-8; Mat 12:46-50
Sabda Tuhan Yesus dalam bacaan Injil yang kita dengarkan dan renungkan hari ini, sungguh merupakan berita gembira! Kita semua bisa menjadi saudara-saudara Yesus! Bukankah ini sungguh-sungguh kabar gembira? Bagi saya ini benar-benar berita gembira. Kita bisa menjadi saudara-saudari Tuhan Yesus meskipun di antara Tuhan Yesus dan kita terbentang perbedaan waktu ribuan tahun. Caranya sangat sederhana yaitu dengan melakukan kehendak Bapa-Nya yang di surga, “Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku, dialah saudari-Ku, dialah ibu-Ku.” (Mat. 12:50).
Anda mau menjadi saudara dan saudari Tuhan Yesus? Mari, bersama saya, kita berusaha menghidupi kehendak Bapa-Nya. Kehendak Bapa-Nya terangkum dalam Hukum Kasih, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh. 13:34). Hukum kasih ini menjadi lebih jelas dalam Sabda Yesus yang disebut sebagai Sabda Emas, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”. Kita semua sudah hafal di luar kepala perintah Tuhan ini tapi mengapa kita sulit memenuhinya? Pasti tiap-tiap orang mempunyai alasannya masing-masing. Menurut saya, minimal ada dua sebab: pertama, karena kita hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri dan yang kedua karena kita tidak mengolah luka-luka batin kita.
Dalam menghidupi perintah Tuhan, banyak dari kita yang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Di antara mereka ini ada yang rajin berdoa tetapi doanya hanya doa rutinitas, doa hafalan tanpa penghayatan. Ada juga yang rajin berdoa tapi hanya meminta kebutuhan sehari-hari. Untuk bisa menghidupi perintah Tuhan di atas kita perlu melibatkan Tuhan. Dalam doa-doa kita, kita perlu memohon kepada Tuhan secara eksplisit supaya Ia membantu kita menghidupi perintah-Nya. Dengan cara ini kita melibatkan Tuhan dalam hidup kita karena tanpa Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa, seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15: 5).
Penyebab lain mengapa kita tidak bisa menghidupi hukum kasih ini karena kita masih memiliki luka-luka batin yang belum tersembuhkan. Orang yang memiliki luka-luka batin sulit mengasihi orang lain karena ia sibuk mengurus dirinya sendiri. Ia juga belum berdamai dengan orang-orang di sekitarnya. Maka ia sulit mengasihi mereka. Untuk bisa mengasihi, kita perlu membiarkan Allah menyembuhkan luka-luka batin kita. Kalau luka-luka batin kita tersembuhkan kita menjadi “orang merdeka” yang bisa mengasihi sesama kita, bahkan musuh-musuh kita juga! Anda mau menjadi orang Merdeka? Serahkanlah diri-Mu kepada Tuhan Yesus Sang Penyembuh Sejati!
Dengan menjalankan dua usulan di atas, saya berharap kita semua bisa menghidupi Hukum Kasih dan dengan demikian bisa menjadi saudara dan saudari Tuhan Yesus.
(RP. Yakobus Sriyatmoko, SX – Magister Novis Serikat Xaverian di Wisma Xaverian Bintaro, Tangerang)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Pelayanan pastoral orang sakit – Semoga Sakramen Pengurapan Orang Sakit menganugerahkan kepada para penerima dan keluarga mereka kuasa Tuhan dan semakin menjadi tanda belas kasih dan harapan bagi semua orang.
Ujud Gereja Indonesia: Pendidikan alternatif – Semoga masyarakat semakin memahami keunikan setiap anak sehingga dapat terbuka pada bentuk-bentuk pendidikan alternatif yang paling sesuai untuk membantu tumbuh dan berkembangnya anak.
Amin
