Renungan Harian Misioner
Kamis, 25 Juli 2024
Pesta S. Yakobus
2Kor. 4:7-15; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Mat. 20:20-28
Injil hari ini berkisah tentang perjalanan Yesus ke Yerusalem. Di kota suci itu, kemuliaan Allah akan segera dinyatakan. Yesus menguraikan misteri Anak Manusia untuk ketiga kalinya, dengan cara lebih mendetail kepada murid-murid-Nya. Ia akan menghadapi penyaliban, yang telah dipilih oleh imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Mereka mengenal baik Kitab Suci, tetapi untuk mempermalukan Yesus, yang menyatakan diri sebagai pewahyuan Alah sendiri, mereka memilih bentuk hukuman mati (dalam Perjanjian Lama) yang dikhususkan bagi orang-orang terkutuk oleh Allah (lih.Ul 21:23). Mereka berharap, ketika Yesus mati di salib, maka Ia terlihat menjadi pribadi yang bukan Anak Allah! Namun kuasa Allah, Sumber Kehidupan, telah membalikkan karya manusia, demi keuntungan manusia!
Peristiwa yang ditampilkan oleh ibu anak-anak Zebedeus (beserta anak-anaknya) itu sesungguhnya suatu perilaku yang sangat kita kenal. Dengan bersujud ia meminta dalam doa yang terumuskan dengan saleh dan nada hormat. Demikianlah nada doa-doa kita yang biasa kita ajukan dengan terselubung niat: mau supaya Allah melakukan apa yang kita mohonkan kepada-Nya, daripada memohon supaya Ia melakukan apa yang Ia kehendaki dalam hidup kita. Bungkus rohani digunakan untuk menyembunyikan sesuatu yang bukan ilahi, melainkan manusiawi belaka. Suatu usaha menjadikan Allah perantara tujuan-tujuan pribadi kita. Syukurlah karena Allah senantiasa menggenapi janji-janji-Nya, dan bukan keinginan-keinginan egois kita. Dapat kita bayangkan kekacauan apa yang akan terjadi andaikata Ia mengabulkan segala apa yang kita minta!
Apa yang diinginkan oleh ibu anak-anak Zebedeus adalah kemuliaan yang fana, yang sesungguhnya juga diinginkan oleh kesepuluh murid lainnya (lihat reaksi mereka pada ayat 24). Manusia selalu punya keinginan untuk diakui, karena merasa bahwa ia ada sebagaimana ia diakui/dipandang orang lain. Ia selalu mencari sesuatu supaya dilihat orang, sehingga hidupnya menjadi sebuah pameran, mencari ‘image.’ Hal ini terjadi, karena manusia tidak menyadari bahwa Allah mengasihinya, suatu pengakuan dan peneguhan ilahi yang melebihi pengakuan manusia manapun. Manusia yang merupakan gambar Allah tidak mau memancarkan kemuliaan Allah yang ada dalam dirinya, tetapi malah ingin menyesuaikan diri dengan gambaran yang menurutnya harus dimiliki oleh orang lain tentang dia.
Dengan sabar Yesus bertanya, “Apa yang kaukehendaki?” Tuhan mau supaya kita mengungkapkan keinginan kita, meski keliru. Yesus mau supaya kita memperhadapkan keinginan kita dengan kehendak-Nya, berharap pada akhirnya dengan sadar dan bebas dapat menghendaki apa yang Dia berikan kepada kita. Cawan yang dimaksud Yesus adalah kemartiran, yang mana kita semua ditantang untuk meminumnya setiap kita memberi kesaksian tentang Tuhan. Yesus pun sempat tergoda untuk tidak meminumnya, tetapi di saat yang menentukan itu, Dia meminta kepada Allah kemampuan untuk tidak melakukan apa yang diinginkannya sebagai manusia, melainkan apa yang Bapa inginkan bagi-Nya untuk dilaksanakan. Inilah yang harus kita lakukan sebagai anak Allah. Untuk itu kita dipanggil untuk mendengarkan ajaran-Nya.
Kemuliaan Tuhan begitu berbeda dengan kemuliaan yang dibayangkan manusia. Yesus menyampaikan ajaran-Nya melalui ungkapan ‘di antara kamu’ sebanyak tiga kali. Sebagai manusia, ciptaan-Nya yang sungguh amat baik, kita punya kuasa yang besar dan benar, yang mengembangkan kemampuan manusia dan menjadikannya serupa dengan Allah, yaitu Kasih. Kasih yang melayani semua orang dan tidak menindas siapapun. Ingin menjadi besar, berarti memiliki kebesaran sejati, yang adalah kebesaran dan kemuliaan Allah yaitu melayani. Maka, di dalam komunitas kristiani, kebesaran seseorang tidak diukur dari kedudukannya, melainkan dari prakarsa kasih yang menjadikan orang itu sebagai pelayan sesama. Menjadi yang pertama dan terkemuka, bukan berarti memperalat orang lain dan memanfaatkannya untuk kepentingan sendiri, melainkan melayaninya.
Sama seperti Anak Manusia yang berada di tengah-tengah kita sebagai ‘Dia yang melayani’. Oleh kematian-Nya, Ia telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat. Kemuliaan Anak Manusia, yang berisi: mengasihi, melayani dan memberi kehidupan dinyatakan. Dengan mewartakan kebenaran, setiap manusia hanya bisa bermegah dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, meskipun selalu tergoda untuk mencari kemuliaan yang fana yaitu: memiliki, memperbudak orang dan membawa kematian (dosa). Kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup, bukan manusia yang mengikuti tuntutan egoismenya. Melihat Allah adalah hidup manusia, karena dengan melihat-Nya, kita menerima kembali identitas sebagai makhluk yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya. Mintalah supaya kita menyadari dan mengakui bahwa kita butuh terang ilahi untuk dapat melihat dan memancarkan kemuliaan Allah. Dengan demikian kita akan menjadi manusia yang bebas, anak Allah yang sejati yang menjadi saudara bagi semua orang. (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Pelayanan pastoral orang sakit – Semoga Sakramen Pengurapan Orang Sakit menganugerahkan kepada para penerima dan keluarga mereka kuasa Tuhan dan semakin menjadi tanda belas kasih dan harapan bagi semua orang.
Ujud Gereja Indonesia: Pendidikan alternatif – Semoga masyarakat semakin memahami keunikan setiap anak sehingga dapat terbuka pada bentuk-bentuk pendidikan alternatif yang paling sesuai untuk membantu tumbuh dan berkembangnya anak.
Amin
