Menjadi Ladang untuk Kerajaan Surga

Renungan Harian Misioner
Sabtu, 27 Juli 2024
P. S. Aurelius dan Natalia

Yer 7:1-11; Mzm 84:3.4.5-6a.8a.11; Mat 13:24-30

Para Pembaca Ren-Har KKI yang terkasih, Shalom! Tema Ren-Har kita pada hari ini, menggunakan bacaan-bacaan Firman Tuhan sebagai “teropong” untuk membaca kehidupan kita melalui kehidupan orang-orang Israel. Melalui nubuat Nabi Yeremia kita menemukan diri sebagai umat Allah dengan tingkah laku dan cara hidup yang menyimpang dari hukum-hukum dan ketentuan Allah (Yer. 7:1-11). Selanjutnya melalui Pemazmur, kita menemukan diri sebagai orang-orang yang berbahagia karena boleh berada di tempat kediaman Allah (Mzm. 84:3.4.5-6a.8a.11). Dan akhirnya melalui Penginjil Matius, kita menemukan diri, sebagai orang-orang yang diharapkan Tuhan Allah untuk menjadi ladang, tempat Dia menaburkan benih-benih Kerajaan-Nya (Mat. 13:24-30). Nah: apa saja kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada kita terkait dengan jatidiri sebagai “Ladang-Nya Tuhan,” dengan tugas dan tanggung jawab untuk menumbuhkan benih-benih Kerajaan Surga?

Potret Kehidupan umat Allah di Zaman nabi Yeremia, adalah (a) percaya kepada perkataan dusta (Yer. 7:4); (b) menindas orang asing, yatim piatu dan janda (Yer. 7:6); (c) menumpahkan darah orang yang tidak bersalah; (d) mengikuti Allah lain alias menyembah berhala; (e) melakukan hal-hal yang merupakan kekejian di mata Tuhan seperti: mencuri, membunuh, berzina, dan bersumpah palsu, mempersembahkan kurban kepada Baal, mengikuti allah lain yang tidak dikenal (Yer. 7: 8-9). Semua hal ini menyebabkan bahwa Israel tidak layak berdiri hadirat atau tempat kediaman Tuhan, dan kurban persembahan mereka menjadi seperti sandiwara saja (Yer. 7:10-11).

Akibat dari cara hidup yang tidak berkenan kepada Allah ini, maka hadirat atau tempat kediaman Tuhan yang berada bersama mereka menjadi terlantar: Tuhan Allah tidak berkenan berdiam bersama umat milik-Nya karena cara hidup mereka merupakan kekejian bagi Tuhan. Namun, Tuhan Allah tidak hanya menjatuhkan hukuman kepada umat-Nya, tetapi juga menghimbau dan mengundang umat-Nya itu untuk bertobat dan kembali kepada-Nya (Yer. 7:3).

Penginjil Matius membaca kehidupan kita dan merumuskan identitas kita dalam hubungan dengan Tuhan Allah itu sebagai “Ladang” di mana Tuhan Allah akan menyemaikan benih-benih Kerajaan-Nya. Namun ternyata bukan hanya Tuhan Allah yang menjadi satu-satunya penabus di ladang itu. Musuh-musuh Allah ikut menaburkan benih lain, yakni lalang di ladang itu (Mat. 13:28a).

Mengetahui bahwa ada benih lalang ikut bertumbuh di ladang-Nya Tuhan, para pekerja ladang itu meminta izin untuk mencabut lalang-lalang itu. Namun pemilik ladang itu tidak mengijinkan mereka melakukan hal itu. Alasannya supaya gandum itu tidak ikut tercabut saat lalang-lalang itu dicabut. Jadi, Tuhan Allah membiarkan benih gandum dan benih lalang itu untuk tumbuh bersama. Pemisahan gandum dari lalang itu baru akan terjadi saat musim menuai tiba!

Jikalau kepada Umat Allah di zaman Nabi Yeremia Tuhan member kesempatan kepada mereka untuk bertobat, “memperbaiki tingkah-laku mereka, dan kembali kepada persekutuan dengan Allah” (Yer. 7:3), maka kepada Umat Allah di masa Yesus, undangan kepada perobatan atau pembaruan arah hidup itu supaya mengarah kepada Tuhan Allah dan tetap terkoneksi dengan-Nya, Penginjil Matius merumuskan undangan itu, sebagai undangan dan kesempatan untuk “menjadi ladang Tuhan.”

Cara untuk menjadi ladang Tuhan, yaitu ladang di mana Tuhan Allah menaburkan benih-benih Kerajaan-Nya, tentu saja harus berani untuk membuat seleksi dan pilihan: bahwa hanya benih gandum saja yang boleh ditaburkan di ladang milik Tuhan Allah ini dan tidak boleh ada tempat untuk benih lalang di ladang itu! Jadi, harus ada sikap yang tegas untuk menolak, supaya penabur benih lalang itu tidak diberi tempat dan kesempatan untuk menaburkan lalang-lalang di ladang itu.

Pemazmur yang menyadari bahwa dirinya merana karena menjauh dari Tuhan, sekarang bertobat dan kembali kepada Tuhan dan berdiam di dalam bait-Nya (Mzm. 84:3.4.5-6a.8a.11).

Dan… ladang yang dimaksud oleh Penginjil Matius di dalam Bacaan Injil hari ini, adalah hati dan hidup kita. Dan kita harus menentukan pilihan: Apakah kita hanya menyambut penabur benih gandum itu, yang tidak lain adalah Yesus sendiri? Ataukah kita membiarkan penabur-penabur lain ikut masuk ke dalam ladang (hati) kita, lalu menaburkan hal-hal yang dapat mematikan atau mengganggu pertumbuhan gandum atau benih baik itu? Setelah membaca Ren-Har ini, tutuplah matamu… ambillah sikap hening dengan pikiran dan hati terarah kepada Tuhan Yesus… dan setelah itu, tentukan pilihanmu: pro penabur benih yang baik atau pro kepada penabur benih lalang?

(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkal Pinang)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalPelayanan pastoral orang sakit – Semoga Sakramen Pengurapan Orang Sakit menganugerahkan kepada para penerima dan keluarga mereka kuasa Tuhan dan semakin menjadi tanda belas kasih dan harapan bagi semua orang. 

Ujud Gereja IndonesiaPendidikan alternatif – Semoga masyarakat semakin memahami keunikan setiap anak sehingga dapat terbuka pada bentuk-bentuk pendidikan alternatif yang paling sesuai untuk membantu tumbuh dan berkembangnya anak. 

Amin

Tinggalkan komentar