Renungan Harian Misioner
Jumat, 02 Agustus 2024
P. S. Eusebius Vercelli, S. Petrus Yulianus Eymard
Yer. 26:1-9; Mzm. 69:5.8-10.14; Mat. 13:54-58
Sebelum peristiwa yang kita baca pada Injil hari ini, Yesus telah selesai menceritakan tujuh buah perumpamaan terkait misteri Kerajaan Surga. Ketujuh perumpamaan dalam Matius 13 ini mempunyai nilai eskatologis, mengandung pewahyuan mengenai penghakiman terakhir. Keberadaan Kerajaan Surga, mendesak kita untuk membeda-bedakan tuntunan Roh Kudus, serta mengikuti tuntutan moral sesuai kehendak Allah. Di akhir penyampaian wejangan itu Yesus bertanya, ingin mendapat penegasan dari para murid, apakah sudah mengerti semuanya? Dan mereka menjawab “Ya.”Demikian hendaknya identitas seorang murid Yesus, adalah mereka yang mengerti misteri Anak Manusia itu!
Sepulangnya dari danau Galilea, sekitaran Kapernaum, Yesus kembali ke Nazaret, kampung halaman-Nya. Di sinagoga di tempat asalnya dulu, Dia mempelajari Firman. Sekarang, Ia sendirilah yang mengajar di sana. Hal ini membuat orang-orang di situ menjadi takjub. Namun mereka tidak mau membuka diri pada misteri Allah, melainkan menutup diri dalam prasangka. Rasa takjub adalah prinsip hikmat. Orang yang tidak mampu menjadi takjub akan sesuatu, tidak mampu menerima hal-hal yang baru baginya. Padahal Yesus selalu baru, Dia Alfa dan Omega, yang berarti: Yesus itu awal dari segalanya, sekaligus Dia itu adalah yang terakhir dan terbaru. Tidak mampu menjadi takjub menyebabkan mereka akhirnya tidak dapat mengerti apa-apa yang dihadapinya.
Ketidakmengertian orang-orang di sana menyebabkan mereka mempertanyakan perihal hikmat dan kuasa yang dibuat oleh Yesus. Mereka tidak mengenali bahwa Yesus adalah Allah yang telah mewahyukan Diri dalam daging, maka mereka memandang Yesus sebagai seorang manusia belaka. Mereka tidak bisa menerima Allah yang seperti manusia. Mereka ingin Dia beda dari diri mereka dan membuat Allah seperti yang mereka bayangkan saja. Pertanyaan-pertanyaan mereka justru menampilkan kenyataan bahwa mereka mengetahui hal-hal yang benar, tetapi tidak memahami misteri-Nya, dan cenderung malah menganggap benar hal-hal yang tidak benar. Coba saja kita lihat!
“Bukankah Ia ini anak tukang kayu?” Jelas bukan! Ia anak Allah, dan sungguh-sungguh Allah! Tapi mereka tidak mengenali misteri ini. “Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas? Bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita?” Ya betul, dan mereka semua manusia, sama seperti Yesus yang juga sungguh-sungguh manusia. “Jadi dari mana Ia memperoleh semuanya (hikmat dan kuasa) itu?” Dari pertanyaan ini, terungkap bahwa yang menjadi masalah besar adalah kemanusiaan Yesus! Karena kedagingan-Nya, Yesus tidak diterima oleh orang-orang yang merasa sudah mengenal-Nya dengan baik. Mereka menolak kenyataan bahwa Yang Mahakuasa masuk ke dalam sejarah manusia melalui pribadi seorang Anak manusia.
Begitulah kita sebagai manusia. Cenderung tidak menghargai apa yang sudah kita kenal. Selalu saja ada orang yang menolak Dia, walau sebaliknya ada yang melibatkan diri dalam mengikuti Yesus dengan setia. Mereka yang sedang berproses dalam suatu perjalanan ketidakpercayaan kepada iman, harus mengatasi keragu-raguan itu. Iman kristiani terutama berarti: menerima diri Yesus yang adalah Tuhan, kehidupan dan kebijaksanaan. Dia bukan sekadar seorang Guru besar atau pendiri agama baru. Menerima Yesus berarti memiliki Roh Allah dalam diri kita. Setiap roh yang mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah (bdk. 1Yoh. 4:2-3). Iman Kristiani bukan suatu gagasan atau hukum moral aja, melainkan suatu Pribadi yang nyata: Yesus sendiri. Berbahagialah dia yang tidak kecewa dan tidak menolak-Nya (Mat. 11:6).
Maka, kita mesti fokus pada Yesus, yang menerangi kebenaran-kebenaran firman Allah, sehingga kita mengerti semuanya: rahmat dan kebebasan, anugerah dan pertanggungjawaban, keadilan dan belaskasihan. Inilah semua unsur harta yang dimaksud dalam ketujuh perumpamaan sebelumnya. Harta itu adalah Yesus, yang di dalam Dialah tersembunyi segala hikmat dan pengetahuan, berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an (bdk. Kol. 2:3,9). Tidak mengenal Kristus, menjadikan kita orang yang tidak mengenal Kitab Suci. Kita harus belajar misteri Kerajaan itu, supaya kita sungguh-sungguh menerima-Nya dan kemudian membagikan harta (Yesus) itu dengan benar dan utuh kepada sesama kita. Kita mesti berlatih mengenali-Nya dan mewartakan-Nya kepada orang lain, supaya mereka juga dapat mengenali kehadiran Tuhan dan mampu memperoleh mukjizat-Nya. Sebab mukjizat selalu berhubungan dengan iman! (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Bagi para pemimpin politik – Semoga para pemimpin politik melayani rakyat, bekerja untuk pembangunan manusia seutuhnya dan kebaikan bersama, serta memberikan perhatian lebih kepada orang miskin dan mereka yang kehilangan pekerjaan.
Ujud Gereja Indonesia: Pemberdayaan keluarga berpenghasilan rendah – Semoga paroki-paroki dapat meningkatkan keberdayaan keluarga-keluarga berpenghasilan rendah dengan langkah-langkah konkret, seperti menyediakan layanan koperasi, memberikan ilmu pengelolaan keuangan, serta meningkatkan semangat kewirausahaan.
Amin
