Berani dan Setia Seperti Yohanes Pembaptis

Renungan Harian Misioner
Sabtu, 03 Agustus 2024
P. S. Stefanus I

Yer. 26:11-16.24; Mzm. 69:15-16.30-31.33-34; Mat. 14:1-12

Bacaan Injil hari ini menampilkan kisah kematian Yohanes Pembaptis. Penginjil Matius mengikuti Markus 6:14-29 dalam menceritakan kembali kematian Yohanes, tetapi ia menyingkat dan menyederhanakan kisahnya dengan mengalihkan perhatiannya kepada Herodes, dan bukan istrinya, sebagai yang bertanggung jawab atas semua itu. Herodes Antipas menjadi penguasa pada usia 17 tahun. Ia menikahi putri Raja Petra. Akan tetapi, Herodes mulai tertarik pada istri saudaranya, Filipus, yakni Herodias. Herodias juga keponakan Antipas, putri dari saudara tirinya yang lain. Herodes Antipas ingin menceraikan istrinya saat itu dan menikahi saudara ipar/keponakan perempuannya. Ketika Yohanes Pembaptis mendengar tentang apa yang sedang terjadi, ia mengutuk tindakan ini. Baginya, cara Herodes dan Herodias hidup bersama secara terbuka menghina hukum dari rakyat di mana mereka berada. Hukum Allah mengutuk apa yang mereka lakukan dengan kata-kata yang jelas: “Bila seorang laki-laki mengambil isteri saudaranya, itu suatu kecemaran, karena ia melanggar hak saudaranya laki-laki, dan mereka akan tidak beranak.” (Imamat 20:21). Yohanes melihat dirinya dalam peran kenabian. Ia menyatakan pernikahan itu dikutuk oleh Tuhan. 

Kritikan dan kecaman kenabian Yohanes Pembaptis membuat Herodias marah dan menaruh dendam terhadapnya. Maka, untuk menenangkan istrinya, Herodes menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara. Sebagai penguasa Romawi yang kuat, Herodes sebenarnya bisa saja mengeksekusi Yohanes Pembaptis, tetapi ia menghormati Yohanes sebagai orang benar yang mengatakan kebenaran dan memutuskan untuk tidak membunuhnya. Herodes tertarik dengan Yohanes dan senang mendengarkan khotbah-khotbahnya. Sebaliknya, Herodias membenci Yohanes dan ingin dia mati (Mrk. 6:17-20). Sesungguhnya, Herodes menghormati dan takut kepada Yohanes Pembaptis sebagai nabi besar dan hamba Tuhan. Namun, karena dorongan hati dan keinginan untuk menyenangkan Herodias serta tidak dapat menarik kembali sumpahnya yang diucapkan dengan tergesa-gesa di hadapan tamu-tamunya, dia mengirim algojonya untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis di penjara. Di sini terlihat jelas bahwa Herodes yang adalah orang terkaya dan paling berkuasa di Yudea, yang memiliki semua yang diinginkannya, ternyata tidak memiliki hati nurani yang bersih. Sekarang, hati nurani Herodes tertusuk ketika ia mendengar bahwa semua orang akan datang kepada Yesus untuk mendengar pesan pertobatan-Nya dan melihat perbuatan-perbuatan-Nya yang dahsyat. Herodes sekarang dihantui oleh pikiran bahwa nabi yang dibunuhnya mungkin akan dibangkitkan dari kematian. Herodes dihantui oleh kejahatannya sendiri.

Apa makna kisah tragis Yohanes Pembaptis bagi kita? Yohanes Pembaptis ditangkap dan dimasukan ke penjara sebagai resiko dari kebenaran Allah yang ia ucapkan. Paulus dan para rasul lainnya pun bernasib sama, yakni dipenjarakan berkali-kali. Itulah resiko dari yang harus ditanggung oleh setiap orang yang mewartakan kebenaran Allah. Jika kita mengatakan kebenaran, sering kali akan ada harga yang harus dibayar dan resiko yang mesti ditanggung. Kita dapat melakukan segalanya dengan benar dan tetap menghadapi kelompok-kelompok atau orang-orang yang marah atau orang-orang yang ingin kita dibungkam. Namun, seperti Yohanes Pembaptis, ketika orang-orang melihat kembali apa yang terjadi, mereka akan melihat bahwa kita berperilaku dengan cara yang sesuai dengan kebenaran Allah. Yohanes Pembaptis menjadi contoh tentang apa artinya berdiri bersama Kristus dan kebenaran-Nya. ​​Teladannya menantang kita untuk berdiri teguh di atas fondasi kebenaran Allah. Marilah kita berdoa supaya kita mendapatkan kekuatan kehendak dan hati untuk memilih apa yang benar dan menolak apa yang buruk. Untuk menemukan keberanian seperti Yohanes Pembaptis, kita harus berlari kepada Yesus agar mendapatkan kekuatan. Tuhan Yesus akan membantu kita dalam membela kebenaran. Semoga kita semua ditemukan setia dan berani seperti Yohanes Pembaptis.  

(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalBagi para pemimpin politik – Semoga para pemimpin politik melayani rakyat, bekerja untuk pembangunan manusia seutuhnya dan kebaikan bersama, serta memberikan perhatian lebih kepada orang miskin dan mereka yang kehilangan pekerjaan. 

Ujud Gereja IndonesiaPemberdayaan keluarga berpenghasilan rendah – Semoga paroki-paroki dapat meningkatkan keberdayaan keluarga-keluarga berpenghasilan rendah dengan langkah-langkah konkret, seperti menyediakan layanan koperasi, memberikan ilmu pengelolaan keuangan, serta meningkatkan semangat kewirausahaan. 

Amin

Tinggalkan komentar