Hidup Karena Kasih Karunia Allah

Renungan Harian Misioner
Rabu, 21 Agustus 2024
P. S. Pius X

Yeh. 34:1-11; Mzm. 23:1-3a.3b-4.5.6; Mat. 20:1-16a; atau dr RUybs

Ajaran hari ini harus dipahami sebagai lanjutan atas kisah orang muda kaya yang menginginkan hidup kekal itu. Kebun anggur adalah lambang bangsa Israel/umat yang seharusnya menghasilkan buah Kerajaan, yaitu kasih kepada Allah dan kepada manusia. Tetapi bangsa Israel tidak setia kepada Perjanjian, mereka tidak menghasilkan buah. Kerajaan Surga berarti: dunia yang dipimpin langsung oleh Allah, di mana kepemimpinan bukan melalui undang-undang yang harus ditaati manusia, melainkan melalui anugerah kemampuan ilahi untuk mengasihi.

Perumpamaan ini ditujukan kepada pekerja-pekerja yang dipanggil terlebih dulu (entah di Israel, atau di dalam Gereja). Mereka digambarkan seperti Yunus: yang menjadi  sedih dan kecewa ketika melihat bahwa Allah itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya (bdk. Yun. 4:2). Mereka sama seperti pemuda kaya yang datang pada Yesus, ditawari anugerah rohani tetapi memilih melekat pada kekayaan jasmaninya. Mereka seperti Saulus, yang bangga akan kebenaran mentaati Taurat (lih. Flp. 3:3-6). Dan mereka sama seperti anak sulung, yang marah ketika melihat bahwa Bapanya begitu baik hati terhadap adik bungsunya (lih. Luk. 15:28). Mereka menginginkan hidup kekal atau Kerajaan itu sendiri, tetapi tidak mau menjadi seperti anak kecil yang menyambut Kerajaan itu sebagai anugerah Allah dalam diri Sang Putra.

Kesepakatan mengenai upah sedinar sehari, hanya dibuat dengan kelompok yang dipanggil pertama, dan pasti ditepati. Tuhan menghormati janji kepada Israel, si ‘anak sulung’ dan menerapkannya kepada semua orang, sama berdasarkan anugerah-Nya. Sedinar sehari adalah upah yang cukup untuk kebutuhan hidup sehari dan juga upah yang “pantas”, demikian dikatakan kepada pekerja-pekerja selanjutnya. Ketika waktunya sudah genap, panen sudah tiba, Bapa akan mengumpulkan buah kasih yang dihasilkan para pekerja, dan menganugerahi mereka upah yang pantas itu. 

Panggilan pada jam yang berbeda-beda, melambangkan saat-saat manusia dipanggil untuk menghasilkan buah-buah Kerajaan dalam pelbagai zaman dalam sejarah. Kehidupan kita, dan sejarah manusia diumpamakan satu hari itu saja. Setiap saat dalam kehidupan seseorang (dan zaman), selalu ada panggilan Tuhan. Jadi, setiap saat harus siap untuk mendengarkan Allah mengundang kita untuk bekerja di kebun-Nya. Ketika sekitar pukul lima petang, tuan itu keluar lagi dan mendapati orang-orang yang masih tidak bekerja, Ia mengajak mereka ke kebunnya juga. Ini gambaran bahwa Allah tidak pernah berhenti memanggil orang pada pertobatan agar menghasilkan buah kasih, sekalipun hanya sedikit waktu saja tersisa. Kemurahan hati Allah tidak membeda-bedakan siapa yang terdahulu atau terakhir datang.

Di akhir hari, Tuan itu memberi para pekerja semua sama, yaitu upah sejumlah apa yang diperlukan untuk hidup. Orang-orang yang pertama dipanggil serta merta mengajukan protes, mereka menganggap bahwa orang-orang yang terakhir itu telah menerima anugerah yang melampaui jasa mereka. Kebaikan hati Tuhan membuat para pekerja pertama jengkel. Mereka berhitung dengan kalkulasi manusia, seharusnya mereka mendapat upah yang lebih besar karena waktu kerja yang lebih banyak. Ini menyamakan anugerah Allah menjadi sekadar balas jasa. Mereka sibuk menghitung untung-rugi. Padahal, bekerja sejak pagi adalah keberuntungan karena kita berada lebih lama bersama Dia (bdk. anak sulung pada Luk. 15), dan bukan alasan untuk menuntut pemberian Tuhan sebagai balas jasa. Hukum dan keadilan Allah adalah kasih dan kemurahan hati; upah-Nya melampaui jasa manusia.

Allah menjadikan manusia hidup bukan dengan hal-hal duniawi, melainkan karena Kasih Bapa yang memberikan seluruh Diri-Nya sesuai kemampuan kita menerima kasih itu, dan sesuai kebutuhan kita akan kasih-Nya. Cinta Allah tidak dapat dibeli, melainkan harus diterima dan dihayati sebagai sukacita menerima anugerah yang melimpah. Mengikuti Yesus berarti menerima kasih-Nya yang melimpah itu dengan rasa syukur dan tanpa syarat, lalu menerapkan kasih yang sama terhadap sesama kita. Hal ini berlaku bagi semua orang dan segala karyanya. Allah selalu murah hati terhadap anak-anak-Nya, bahkan terhadap mereka yang mungkin tidak layak menerimanya. Menyadarkan bahwa kita tidak pantas menuntut keselamatan karena hasil karya dan pelayanan kita. Memasuki Kerajaan Allah adalah anugerah istimewa dari Allah, bukan soal jasa. Hiduplah dalam tatanan rahmat Allah yang menyelamatkan oleh karena kasih karunia belaka. (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalBagi para pemimpin politik – Semoga para pemimpin politik melayani rakyat, bekerja untuk pembangunan manusia seutuhnya dan kebaikan bersama, serta memberikan perhatian lebih kepada orang miskin dan mereka yang kehilangan pekerjaan. 

Ujud Gereja IndonesiaPemberdayaan keluarga berpenghasilan rendah – Semoga paroki-paroki dapat meningkatkan keberdayaan keluarga-keluarga berpenghasilan rendah dengan langkah-langkah konkret, seperti menyediakan layanan koperasi, memberikan ilmu pengelolaan keuangan, serta meningkatkan semangat kewirausahaan. 

Amin

Tinggalkan komentar