Renungan Harian Misioner
Kamis, 29 Agustus 2024
Wafatnya S. Yohanes Pembaptis
dr Rybs Yer. 1:17-19; Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17; Mrk. 6:17-29
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus Yesus. Saat-saat ini di tengah situasi perpolitikan bangsa Indonesia, kita banyak belajar bahwa dunia politik itu sifatnya dinamis. Setidaknya saya belajar satu hal: tidak ada yang benar-benar menjadi kawan maupun lawan. Atau dalam pepatah lama ada pernyataan demikian, “tidak ada teman atau musuh yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi”. Mereka yang dulunya saling memaki, menghimpun kekuatan untuk melawan saingan politik, bahkan saling menjegal dan berujung pada penjara; bisa saja berbalik menjadi teman untuk melawan balik yang dulu menjadi kawan. Boleh dikatakan bahwa dunia politik kita saat ini menghasilkan banyak karakter yang cenderung oportunis, yang hanya semata–mata hendak mengambil keuntungan untuk diri sendiri dari kesempatan yang ada, tanpa berpegang pada prinsip tertentu. Inilah yang hampir setiap hari dipertontonkan pada publik dan tanpa sadar menjadi pendidikan politik bagi generasi muda. Akankah kita mendapatkan generasi muda yang juga oportunis daripada generasi yang memiliki integritas dan berani menyuarakan kebenaran di atas segala kepentingan perorangan maupun kelompok tertentu?
Dalam bacaan Injil hari ini, saya mengajak kita semua untuk belajar membentuk pribadi yang berintegritas dan memiliki prinsip khususnya dari dua tokoh yaitu Herodes Antipas dan Yohanes Pembaptis. Siapa Herodes Antipas? Dia adalah seorang penguasa di wilayah Galilea yang diutus oleh pemerintah Roma pada zaman Yesus. Sesungguhnya dia sangat senang dengan pengajaran Yohanes Pembaptis, bahkan menganggapnya sebagai orang yang benar dan suci (Mrk. 6:20). Tetapi meski Herodes sungguh menaruh hormat pada Yohanes Pembaptis, tetapi hatinya selalu terombang-ambing, antara mengikuti dan menjalani pengajaran Yohanes atau mengikuti naluri kekuasaan yang dimilikinya. Dia adalah contoh yang tidak memiliki prinsip dalam hidupnya, tidak memiliki pendirian dan integritas: dia tahu apa yang baik dan benar tetapi dalam praktik kehidupannya sulit untuk menjalankan apa yang dianutnya sebagai yang benar. Akhirnya dia lebih mempertahankan kewibawaannya sebagai seorang penguasa yang terpandang untuk mengikuti kejahatan hati istrinya Herodias dan memiliih untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis.
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus Yesus. Sifat Herodes ini yang tidak memiliki integritas menjadi peringatan kepada kita: terkadang kita tahu apa yang baik dan apa yang jahat, tetapi kita lebih memilih apa yang jahat di mata Tuhan. Yohanes Pembaptis adalah kebalikan dari Herodes Antipas ini. Yohanes memiliki integritas yang sangat tinggi. Boleh dikata, dia menjadi teladan tentang orang yang memiliki prinsip dan integritas, orang yang berani meyuarakan kebenaran Tuhan bahkan bila harus mempertaruhkan nyawanya.
Bacaan pertama dari Kitab Yeremia, kiranya dapat meneguhkan kita untuk menjadi pribadi yang berintegritas sekaligus percaya bahwa Tuhan senantiasa menyertai mereka yang berani menyuarakan kebenaran: “Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!”(Yer. 1:17).
(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Bagi para pemimpin politik – Semoga para pemimpin politik melayani rakyat, bekerja untuk pembangunan manusia seutuhnya dan kebaikan bersama, serta memberikan perhatian lebih kepada orang miskin dan mereka yang kehilangan pekerjaan.
Ujud Gereja Indonesia: Pemberdayaan keluarga berpenghasilan rendah – Semoga paroki-paroki dapat meningkatkan keberdayaan keluarga-keluarga berpenghasilan rendah dengan langkah-langkah konkret, seperti menyediakan layanan koperasi, memberikan ilmu pengelolaan keuangan, serta meningkatkan semangat kewirausahaan.
Amin
