Renungan Harian Misioner
Kamis, 05 September 2024
P. S. Teresa dari Kalkuta
1Kor 3:18-23; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; Luk 5:1-11
Perikop hari ini memaparkan peristiwa yang sama, yang disinggung secara singkat saja oleh Matius dan Markus, tentang bagaimana Kristus memanggil Petrus (dan murid yang lain) menjadi penjala manusia. Matius dan Markus tidak menceritakan penangkapan ikan yang terjadi, karena berfokus pada pemanggilan murid-murid. Tapi Lukas menunjukkannya sebagai tanda yang diberikan Yesus di hadapan para murid-Nya, serta mengajarkan banyak hal juga dalam panggilan kita sebagai murid.
Yesus berada di Kapernaum dan orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Begitu banyaknya orang sehingga tentu tidak ada satu rumah pun yang cukup untuk menampung mereka semua. Yesus lalu mengajak mereka ke tepi pantai. Orang berdesak-desakan dan Yesus yang berada sejajar dengan kerumunan orang itu membuat mereka tidak dapat melihat atau pun mendengar-Nya. Dia benar-benar berbaur di antara mereka. Keadaan itu mengingatkan mereka akan janji yang diberikan Allah kepada Abraham, yaitu bahwa keturunannya akan seperti pasir di tepi laut (lih. Kej. 22:17). Pengajaran-Nya akan Firman Allah disertai dengan kuasa ilahi. Ia memberitakan tentang Kerajaan Allah, kabar baik untuk orang miskin dan berita pembebasan bagi yang tertindas.
Tempat yang disebut Danau Genesaret itu sebenarnya juga dikenal sebagai Laut Tiberias, di tempat Simon dan Andreas, serta kedua anak Zebedeus mendaratkan perahu nelayan mereka. Yesus memilih menaiki perahu Simon dan memintanya untuk bertolak sedikit dari pantai supaya sosok-Nya lebih mudah dlihat dan dari situ Ia mulai mengajar. Setelah mengajar, Yesus mengalihkan perhatiannya kepada murid-murid yang melakukan pekerjaan mereka sehari-hari, namun telah rela mengikuti-Nya. Ia lalu menyuruh Petrus untuk kembali bekerja sesuai dengan mata pencahariannya setelah khotbah-Nya selesai, ini menunjukkan bahwa kegiatan ibadah sehari-hari pada hari kerja, hanya menyita sedikit saja waktu kita, tetapi selalu mendatangkan kebaikan pada pikiran dan hati kita dalam melakukan tugas hari itu. Kita diajak menguduskan pekerjaan kita melalui firman dan doa, dan bijaksana dalam mengatur kegiatan ibadah kita agar sejalan dengan urusan pekerjaan kita serta tidak saling menghalangi kegiatan masing-masing.
Ketika Yesus menyuruh Simon menebarkan jala lagi, sebagai seorang nelayan, ia tahu bahwa tak ada gunanya untuk mencoba lagi di siang hari setelah gagal semalam-malaman. Namun Simon yang sudah mengalami kuasa perkataan Yesus (mertuanya disembuhkan – Luk. 4:38-39), siap melakukan perintah Yesus yang penuh wibawa. Hasilnya, mereka menangkap ikan yang luar biasa banyaknya; digambarkan dengan jala yang hampir koyak, sampai-sampai harus dibantu perahu yang kedua yang ada di situ. Bahkan kedua perahu ini terisi penuh dengan ikan dan hampir tenggelam. Banyaknya ikan yang ditangkap menunjukkan kuasa perkataan Yesus, dan sekaligus mempunyai arti simbolis bahwa demikian banyaknya pengikut yang akan ‘ditangkap’ oleh Petrus dan para rasul lainnya, ketika mereka menjalankan perintah-Nya nanti sebagai ‘penjala manusia.’
Semua yang terlibat dalam peristiwa itu takjub. Petrus, lebih dari semua temannya, tersungkur di depan Yesus, menganggap dirinya tidak layak menerima kehadiran Kristus di dalam perahunya, karena ia seorang berdosa. Suatu reaksi yang sama seperti Yesaya yang menyadari kenajisannya ketika melihat Allah yang Kudus. Tetapi Yesus meneguhkan dia supaya jangan menjadi takut, sebab Simon akan melihat perkara yang lebih besar dari pengalaman ini, dia bukan hanya menangkap ikan, melainkan menjala manusia dalam jumlah yang menakjubkan. Ini dibuktikan dengan tiga ribu jiwa yang dimenangkan oleh Gereja dalam satu hari setelah khotbah Petrus di hari Pentakosta. Dalam tradisi kekristenan awal, Gereja digambarkan sebagai ‘perahu Petrus’, sebagaimana perahunya yang dipakai oleh Yesus untuk berkhotbah dan mengajar.
Para nelayan dapat memperoleh untung besar jika mereka menjual ikan-ikan yang berlimpah itu. Namun setelah menghela perahunya ke darat, mereka malah meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus! Yesus memerlukan murid-murid untuk melanjutkan pewartaan-Nya. Murid yang dimaksud, digambarkan sebagai orang yang mau mengikuti-Nya dengan komitmen total dan memutuskan segala ikatan kepada hal-hal lain. Merelakan harta miliknya (perahu) dipakai sebagai sarana pewartaan-Nya, mengandalkan petunjuk Tuhan (menebar jala di siang hari) lebih daripada pengalamannya sendiri, serta sadar akan ketidaklayakannya di hadapan Tuhan. Inilah yang seharusnya menjadi model seorang murid yang sejati. (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Jeritan bumi – Semoga masing-masing dari kita akan mendengar dan mencamkan jeritan Bumi dan para korban bencana alam serta perubahan iklim, dan semoga semua orang akan berusaha secara pribadi untuk merawat dunia tempat kita tinggal.
Ujud Gereja Indonesia: Tokoh-tokoh Kitab Suci – Semoga anak-anak, remaja, dan orang muda Katolik dapat menemukan tokoh-tokoh Kitab Suci yang menjadi idola dan teladan mereka dalam menjalani hidup sehari-hari.
Amin
