Renungan Harian Misioner
Sabtu, 14 September 2024
Pesta Pemuliaan Salib Suci
Bil. 21:4-9 atau Flp. 2:6-11; Mzm. 78:1-2,34-35,36-37,38; Yoh. 3:13-17
Injil hari ini berisi sebagian percakapan antara Yesus dengan Nikodemus, seorang Farisi yang rupanya turut menjadi orang yang percaya kepada Kristus di Yerusalem (bdk.Yoh. 12:42). Yang kita ketahui, Nikodemus adalah seorang cendekiawan, anggota Mahkamah Agama, yang mengetahui prinsip-prinsip hidup orang Farisi dan punya pengaruh di Yerusalem. Dalam dirinya ada hal yang baik yang tertindas oleh sekelompok orang yang tidak memungkinkan dia berbuat hal-hal yang sesuai dengan semangat kekristenan, namun ia tetap berusaha melakukan apa yang baik yang dapat diperbuatnya sejauh ini.
Percakapan Yesus dan Nikodemus dimulai dengan tema ‘lahir baru’ dengan pengertian yang baru. Dalam pengertian lama, ahli-ahli agama Yahudi menekankan kelahiran jasmani, yang berarti jika seseorang lahir secara jasmani dalam keluarga Yahudi, maka orang itu memiliki hubungan khusus dengan Allah. Tuhan Yesus menawarkan kelahiran baru yang mutlak untuk memperoleh Kerajaan Allah. Konsep yang dimaksud Yesus adalah untuk menjadi orang-orang yang menerima-Nya, percaya dalam nama-Nya dan beroleh kuasa menjadi anak-anak Allah, yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah (lih. Yoh. 1:12-13).
Kebenaran sorgawi ini disampaikan Yesus lewat ungkapan dan bahasa dengan contoh dari kejadian sehari-hari (kelahiran), tetapi semua itu sungguh-sungguh merupakan kebenaran-kebenaran yang sulit dipercayai. Dengan mengajarkan kebenaran itu, Yesus telah menyatakan bahwa Dialah yang dimaksud dengan Anak Manusia yang telah turun dari sorga. Sekalipun Nikodemus memanggil-Nya nabi, dia belum mengerti bahwa Yesus tidak sama dengan nabi-nabi yang terdahulu (bahkan Musa sekalipun), karena mereka semua hanya memiliki pengetahuan tentang Allah dan perkara-perkara sorgawi berdasarkan ilham ilahi. Mereka tidak menceritakan perkara-perkara yang mereka saksikan sendiri di sorga karena mereka tidak pernah berada di sana. Hanya Tuhan sendiri yang dapat menguraikan hal-hal sorgawi itu, karena tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga selain Diri-Nya yang berasal dari sana (bdk. Yoh. 1:18).
Lebih lanjut, Yesus mengajarkan bagaimana caranya ‘dilahirkan kembali’ yang ditanyakan oleh Nikodemus. Jika Anak Manusia ditinggikan, maka manusia dapat dilahirkan kembali. Kiasan tentang ular yang ditinggikan di padang gurun (kisah Musa) dipakai untuk menjelaskan penyaliban-Nya. Istilah ditinggikan di sini mengandung arti kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya dari antara orang mati, dan kenaikan serta pemuliaan-Nya di surga. Penulis Yohanes menyamakan ular dan Tuhan Yesus di mana keduanya ditinggikan, nampaknya karena ular yang melambangkan dosa umat Israel itu disamakan dengan Tuhan Yesus yang ketika disalibkan menjadi dosa untuk kita (bdk. 2Kor. 5:21).
Lalu Nikodemus ditantang untuk percaya akan rahasia yang terselubung yang diungkapkan Yesus tentang penyaliban-Nya itu dengan mengingatkan bahwa hanya orang yang percaya kepada-Nya saja yang akan beroleh hidup yang kekal. Hidup kekal ini adalah anugerah Allah pada saat kita dilahirkan kembali. Kekal di sini bukan saja mengacu kepada keabadian, tetapi kepada suatu kehidupan yang sorgawi, yang membebaskan kita dari kuasa dosa dan Iblis serta hal-hal duniawi dalam diri kita, agar kita dapat mengenal Allah yang sebenar-benarnya. Percaya pada Yesus (dalam nama-Nya) adalah kewajiban kita semua untuk beroleh hidup yang kekal.
Panggilan kepada Nikodemus untuk menjadi percaya itu dilanjutkan dengan ungkapan isi hati dan tujuan Allah dalam ayat yang merupakan salah satu kebenaran utama bagi kita semua. Kasih Allah tak terbatas luasnya untuk menjangkau semua orang, yang digambarkan dengan ‘dunia’ yang jahat ini. Hal ini justru menunjukkan bahwa Kasih Allah adalah kasih yang semata-mata hanya memberi, sehingga yang jahat, yang seharusnya dihukum itu pun dikasihi oleh Sang Kasih itu sendiri. Demi keselamatan manusia berdosa itu, dikaruniakan-Nya Anak-Nya yang Tunggal sebagai korban penghapus dosa di atas kayu salib. Ini merupakan anugerah Allah, bukan suatu tindakan terpaksa. Syarat satu-satunya untuk memperoleh Janji Allah ini adalah iman dan percaya: bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat yang mampu menuntun kita kepada keselamatan kekal dalam persekutuan dengan Allah di surga. Beriman kepada Yesus menghasilkan hidup yang kekal dan bukan kebinasaan.
Ungkapan pada ayat 17, kembali mengingatkan untuk tidak berpikir duniawi. Pada waktu itu sebagai orang Yahudi, mereka berpikir bahwa Mesias yang datang akan menghakimi bangsa Romawi yang menjajah mereka. Namun rencana ilahi adalah, Mesias datang untuk memperjuangkan suatu kemenangan yang jauh lebih mendasar yaitu menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Kita diajak memahami pikiran surgawi bahwa: Allah tidak ingin manusia tetap hidup dalam belenggu dosa yang mencintai kegelapan daripada terang. Allah ingin manusia tidak binasa dalam dosa dan hukuman kekal! (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Jeritan bumi – Semoga masing-masing dari kita akan mendengar dan mencamkan jeritan Bumi dan para korban bencana alam serta perubahan iklim, dan semoga semua orang akan berusaha secara pribadi untuk merawat dunia tempat kita tinggal.
Ujud Gereja Indonesia: Tokoh-tokoh Kitab Suci – Semoga anak-anak, remaja, dan orang muda Katolik dapat menemukan tokoh-tokoh Kitab Suci yang menjadi idola dan teladan mereka dalam menjalani hidup sehari-hari.
Amin
