Renungan Harian Misioner
Selasa, 24 September 2024
P. S. Gerardus dari Hungaria
Ams 21:1-6.10-13; Mzm 119:1.27.30.34.35.44; Luk 8:19-21
Pada umumnya orang-orang yang terdekat dengan kita adalah keluarga. Orang-orang yang memiliki hubungan darah, yang terikat dengan diri kita dalam satu ikatan kekeluargaan.
Dalam Injil Lukas kita menemukan perkataan Yesus, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk. 8:21). Ketika Ibu dan saudara-saudara Yesus datang dan berusaha menjumpai-Nya, respon itu yang diberikan oleh Yesus. Apakah perkataan-Nya itu merupakan ungkapan tidak respek terhadap Ibu dan saudara-saudari-Nya? Tentu saja bukan. Namun, Yesus ingin menegaskan bahwa cinta Tuhan itu tanpa batas dan terlalu besar untuk sebatas ikatan biologis saja.
Yesus mengajak kita untuk merentangkan tali kekeluargaan selebar-lebarnya, sehingga tali itu bisa menjangkau dan mengikat siapapun yang kita jumpai dalam perjalanan hidup kita. Kasih itu tak terbatas pada hubungan biologis semata, namun mengikat semua orang yang percaya pada Kristus sebagai satu keluarga. Bahkan orang-orang yang berdosa pun harus kita terima dan rangkul, agar dapat berbalik arah dan kembali pulang kepada Tuhan. Begitu pun dengan orang-orang kecil yang sering kali tidak mendapatkan tempat, tersingkir dan terlupakan. Bagi Tuhan, setiap manusia sama berharganya.
Dalam pernyataan Yesus juga tersimpan ajaran bagaimana cara menjadi keluarga Yesus, “… dengarkan dan lakukan firman Allah.” Menjadi anggota keluarga Tuhan teryata bukanlah sesuatu yang mustahil. Namun untuk itu, kita tidak hanya dituntut menjadi beriman saja. Kita harus setia hidup dalam kesalehan, dan melakukan kehendak Tuhan dengan mengasihi sesama di sekitar kita. Melalui kehadiran dan sikap hidup kita, Kerajaan Allah harus diwartakan.
Di dunia yang semakin kompetitif di mana orang-orang berusaha untuk mengejar prestasi sebanyak-banyaknya, sering kali sulit untuk menolak godaan akan status dan posisi. Banyak orang merasa bangga jika memiliki relasi atau dekat dengan orang-orang penting, agar mereka bisa mendapatkan keuntungan tertentu atau ikut menjadi terkenal. Melalui Penginjil Lukas, hari ini Yesus mengingatkan kita kembali bahwa yang utama dalam hidup bukanlah kedekatan atau relasi dengan siapa pun. Bahkan kalau pun kita mengaku mengenal Tuhan, tetapi tidak mendengarkan dan melaksanakan firman-Nya, itu percuma saja. Tuhan menginginkan kesungguhan dan ketaatan kita dalam mengikuti-Nya.
(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Jeritan bumi – Semoga masing-masing dari kita akan mendengar dan mencamkan jeritan Bumi dan para korban bencana alam serta perubahan iklim, dan semoga semua orang akan berusaha secara pribadi untuk merawat dunia tempat kita tinggal.
Ujud Gereja Indonesia: Tokoh-tokoh Kitab Suci – Semoga anak-anak, remaja, dan orang muda Katolik dapat menemukan tokoh-tokoh Kitab Suci yang menjadi idola dan teladan mereka dalam menjalani hidup sehari-hari.
Amin
