Kedigdayaan di dalam Kekerdilan – Kebesaran Seorang Murid Yesus

Renungan Harian Misioner
Senin, 30 September 2024
P. S. Hieronimus

Ayb 1:6-22; Mzm 17:1.2-3.6-7; Luk 9:46-50; atau dr RUybs

Para Pembaca Ren-Har dari KKI yang terkasih, Shalom!

Bulan Kitab Suci Nasional segera akan berlalu setelah hari ini. Sekalipun demikian, kita menemukan hal yang lain tentang Firman Tuhan, di mana Tuhan Allah sendiri memberikan penegasan ini, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya” (Yohanes 8:51-52). Demikianlah waktu akan berlalu, tetapi Firman Tuhan akan kekal abadi, karena Firman itu adalah Allah (Bdk. Yoh. 1:1-5).

Pengalaman tentang abadinya Sang Firman itu dibanding dengan fananya Sang Waktu itu, kita jumpai dalam pengalaman Ayub (Ay. 1:6-22). Arahan tentang bagaimana menggunakan waktu yang tidak abadi itu, juga kita dapati dari Firman Tuhan melalui Mazmur Tanggapan (Mzm. 17:1.2-3.6-7). Ada arahan lain dari Firman Tuhan, tentang bagaimana jalan atau cara yang olehnya manusia dapat tetap melewati “waktu yang akan berlalu” itu, untuk dapat sampai kepada Dia yang Maha ada, yang abadi dan yang tidak berkesudahan itu (Luk.  9:46-50).

Kesetiaan Ayub kepada Tuhan Allah

Pengalaman Ayub dalam Bacaan Pertama (Ay. 1:6-22), mengingatkan kita tentang rapuhnya waktu dengan semua yang ada di dalamnya entah harta milik dan kekayaan, keluarga dan sanak-saudara, semua itu akan berlalu pada waktunya. Ayub, orang yang saleh dan jujur, serta takwa dan menjauhi kejahatan itu, mengalami hidup yang berlimpah-ruah dengan keluarga dan anak-anak yang sungguh diberkati. Namun oleh tipu-daya iblis, Tuhan mengizinkan Ayub untuk dicobainya. Segala harta milik serta kekayaan bahkan keluarga dan anak-anaknya, semuanya lenyap dalam waktu, oleh berbagai bencana. Kesetiaan kepada Tuhan dipertaruhkan: apakah dia tetap taat-setia kepada Allah atau mengingkari-Nya? Pada akhirnya, Ayub berpaling kepada Allah, tetap taat-setia kepada-Nya, ketika dia menyikapi berbagai bencana dan kemalangan yang menimpanya, dengan berserah-setia kepada Allah. Ayub yang kaya-raya, akhirnya harus menyerahkan semua miliknya untuk larut-musnah di dalam waktu, tetapi dia tetap mempertahankan imannya, dengan berdoa, “Tuhanlah yang memberi, Tuhanlah yang mengambil, Terpujilah Dia” (Ay. 1:21-22). Dan keputusannya untuk tetap melekat taat-setia kepada Tuhan Allah itu, maka segala yang hilang dari dirinya kemudian dipulihkan oleh Allah, setelah Ayub meminta doa dari para sahabatnya (Ay. 42:10). Demikian, Ayub mewariskan kepada kita sikap iman yang tetap taat-setia kepada Tuhan, dan tetap bersahabat dengan sesama, akan menjadi kunci untuk bertahan di dalam pencobaan dan melewati pencobaan tersebut!

Resep Pemazmur untuk mengatasi pencobaan!

Dari pengalaman Ayub sendiri, sudah kita jumpai resep untuk mengatasi pencobaan, yaitu tetap taat-setia kepada Tuhan! Resep yang sama itu juga ditegaskan oleh Pemazmur, yang ketika mengalami godaan dan pencobaan, membawa segala seuatu yang dialaminya dalam doa dan pengaduan kepada Tuhan (Mzm. 17:1.2-3.6-7).

Pemazmur menunjukkan hal yang seharusnya ada pada manusia ketika mengalami godaan dan pencobaan, namun tidak selalu ada pada setiap orang. Sebab pengalaman menunjukkan, bahwa ketika godaan dan pencobaan datang, ada juga orang yang langsung menjauh dari Tuhan Allah. Namun Pemazmur menghadapi dan mengelola godaan dan pencobaan yang dialami dengan berjalan bersama Tuhan, maka campur-tangan Tuhan membawa Pemazmur untuk mengalahkan godaan dan pencobaan itu. Kata Pemazmur memberi kesaksian, yang sekaligus resepnya untuk mengalahkan godaan dan pencobaan, yaitu senatiasa berjalan bersama Tuhan di dalam seluruh situasi hidupnya,  “Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah” (Mzm. 17:6).

Kedigdayaan vs Jalan Kerdil dari Yesus

Ada resep lain yang ditegaskan Yesus, ketika melihat para muridnya mulai jatuh ke dalam godaan dan pencobaan, dengan mempersoalkan kuasa dan kedudukan, “Siapa yang terbesar di antara mereka” (Luk. 9:46).

Kehausan akan kuasa dan kebesaran atau kedigdayaan yang mulai menggoda para murid-Nya, langsung ditonjok Yesus dengan penunjukkan jalan atau cara yang sebaliknya, yakni menjadi seperti seorang anak kecil (Luk. 9:48). Resep ini menjadi lebih tegas kita temukan dalam Injil yang sama ini, ketika Yesus menyampaikan Firman ini kepada para murid-Nya, “Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami” (Luk. 22: 25-27).

Demikianlah resep untuk mengatasi godaan dan pencobaan plus resep untuk menjadi besar bagi seorang murid Yesus adalah taat-setia kepada Yesus di dalam semua situasi hidup yang dihadapi, dan selalu berada dan berjalan bersama Yesus. Dengan semangat hidup untuk tetap berjalan bersama Yesus ini, mari kita lanjutkan Ziarah Hidup kita memasuki Bulan Oktober 2024 nanti. Semoga doa-doa Santo Hieronimus menyertai kita. Amin! Tuhan Yesus memberkati!

(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkal Pinang)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalJeritan bumi – Semoga masing-masing dari kita akan mendengar dan mencamkan jeritan Bumi dan para korban bencana alam serta perubahan iklim, dan semoga semua orang akan berusaha secara pribadi untuk merawat dunia tempat kita tinggal.

Ujud Gereja IndonesiaTokoh-tokoh Kitab Suci – Semoga anak-anak, remaja, dan orang muda Katolik dapat menemukan tokoh-tokoh Kitab Suci yang menjadi idola dan teladan mereka dalam menjalani hidup sehari-hari.

Amin

Tinggalkan komentar