Pengampunan adalah Anugerah Allah

Renungan Harian Misioner
Kamis, 07 November 2024
P. S. Ernestus

Flp 3:3-8a; Mzm 105:2-3.4-5.6-7; Luk 15:1-10

Ahli Taurat adalah guru-guru Yahudi yang menjelaskan hukum Taurat dan membantu pelaksanaannya, dengan teliti. Bila mereka juga kelompok Farisi, mereka juga mengajarkan tradisi lisan nenek moyang mereka, yang penuh dengan aturan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan pelaksanaan Taurat. Pemungut cukai adalah petugas yang mengumpulkan upeti yang dibayar oleh rakyat kepada pemerintah Yahudi, sehingga mereka dipandang sebagai orang-orang jahat. Mereka dikelompokkan sebagai orang-orang berdosa, yang mencakup di dalamnya orang-orang yang dianggap kafir dari bangsa-bangsa lain dan perempuan-perempuan sundal (dalam berbagai teks lainnya). Maka yang kita lihat di sini adalah perseteruan orang-orang yang merasa dirinya saleh, tetapi sombong dan angkuh, dengan orang-orang di luar kelompok mereka, yang dipandang rendah dan berdosa.

Hari ini kembali kita melihat bagaimana sungut-sungut para ahli Taurat dan orang Farisi terhadap anugerah Allah melalui diri Yesus Kristus, dan kebaikan-Nya kepada para pemungut cukai dan orang berdosa itu. Sebaliknya kita melihat kegigihan para pemungut cukai dan orang berdosa yang mengikuti Kristus dalam pelayanan-Nya, dengan penuh keyakinan bahwa mereka pun akan diterima dalam Kerajaan Allah. Kekesalan ahli Taurat dan orang Farisi terhadap Yesus yang bergaul dan memberitakan Kabar Baik kepada para pemungut cukai dan orang-orang berdosa itu justru dimanfaatkan oleh Yesus untuk mengungkapkan anugerah Allah yang lebih penuh lewat 3 perumpamaan. Allah sungguh berkenan kepada pertobatan orang dari kelakuannya yang buruk dan bersukacita saat mereka bertobat. Kita lihat ajaran Yesus pada dua perumpamaan yang terdahulu.

Pada perumpamaan pertama Yesus langsung mengusik para ‘pengajar’ Farisi yang menjauhkan diri dari orang berdosa (supaya tidak tercemar dalam menjalankan ibadat), dengan mempertanyakan sifat gembala yang tidak dimiliki oleh mereka. Mereka tidak mencari anggota masyarakatnya yang berdosa, tersesat seperti domba yang hilang. Para gembala yang benar, akan mengetahui bahwa ia kehilangan domba gembalaannya pada akhir hari, saat memasukkan domba-domba ke kandangnya. Yesus menunjukkan bahwa sekalipun orang itu memiliki seratus ekor domba (jumlah yang besar), ia rela meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor lainnya untuk mencari satu ekor yang tersesat, supaya dibawanya pulang. Ketika menemukan domba itu, ia memanggulnya di atas bahunya, tahu bahwa domba itu tentu sudah kelelahan dan panik karena tersesat. Lalu ia mengajak orang-orang di sekitarnya mensyukuri usahanya yang berhasil itu dengan bersukacita bersama. Hal ini menggambarkan tak terhingganya belas kasih dan perhatian Allah.

Perumpamaan yang kedua adalah alternatif contoh yang setara, menggambarkan seorang perempuan, yang memiliki sepuluh dirham dan kehilangan satu dirham. Sepuluh dirham itu setara dengan sepuluh dinar, yang dikumpulkan setelah sepuluh hari kerja. Suatu jumlah yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan seratus ekor domba yang dimiliki laki-laki tadi. Namun perempuan itu melakukan usaha yang besar untuk mencarinya: ia menyalakan pelita, menyapu seluruh rumah sampai uangnya ditemukan. Ketika perempuan itu menemukan dirhamnya, ia juga mengajak orang-orang di sekitarnya untuk turut bersukacita bersamanya. Ini menggambarkan berbagai cara Allah membawa jiwa-jiwa yang ‘hilang’ kepada-Nya. Pelita-Nya adalah terang Firman yang menunjukkan jalan bagi orang-orang yang tesesat agar dapat mendatangi-Nya. Kebenaran-kebenaran Firman-Nya akan ‘menyapu’ segala hal yang menghalangi orang untuk datang kepada-Nya. Sehingga akhirnya nyata bahwa sukacita keselamatan dari Allah menggerakkan orang untuk berbagi sukacita dengan sesamanya dan menerbitkan kerinduan untuk mengajak orang lain terpanggil mengalami sukacita yang sama dari Allah.

Kedua perumpamaan ini menunjukkan dua hal yang kontras: dunia kehidupan, seorang laki-laki yang berada (kaya) dibandingkan dengan seorang perempuan yang sederhana (miskin). Dan pada dua perumpamaan pertama ini Yesus menunjukkan bahwa pertobatan dan berbaliknya orang-orang berdosa di bumi, kepada Allah, merupakan suatu peristiwa yang membawa sukacita besar di surga. Keduanya lebih menunjukkan sisi Allah sebagai gembala dan sebagai penegasan bahwa selalu ada prakarsa Allah yang berbelaskasihan menantikan pertobatan orang-orang berdosa, apapun proses pertobatannya. Kita juga diajak menyadari bahwa Allah tidak membeda-bedakan jasa maupun prestasi yang dibuat oleh manusia, kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, Allah tetaplah Allah yang tidak pernah berhenti menggerakkan hati setiap orang untuk menerima anugerah pengampunan-Nya. Apakah kita sudah tergerak untuk bertobat? (ek)  

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalOrang tua yang kehilangan anak – Semoga semua orang tua yang berduka karena meninggalnya putra atau putri mereka mendapatkan dukungan dari komunitas dan dianugerahi kedamaian dan penghiburan dari Roh Kudus. 

Ujud Gereja Indonesia: Para imam, bruder, dan suster usia lanjut – Semoga para imam, bruder, dan suster usia lanjut tetap menemukan api cinta Tuhan dalam hidup mereka, serta bersedia membagikan inspirasi serta kisah kasih Allah pada generasi muda. 

Amin

Tinggalkan komentar