Belajar Beriman dari Pengemis Buta

Renungan Harian Misioner
Senin, 18 November 202
Pemberkatan Gereja-Gereja Basilik S. Petrus dan Paulus

Why 1:1-4; 2:1-5a; Mzm 1:1-2.3.4.6; Luk 18:35-43

Ketika kita membaca atau mendengar pernyataan Yesus terhadap seorang pengemis buta “Melihatlah sekarang, imanmu telah menyelamatkan engkau”, pertanyaan yang mungkin muncul dalam pikiran kita adalah “apa yang istimewa dari iman pengemis buta?” Penginjil Markus mengidentifikasi pria ini sebagai Bartimeus (Mrk. 10:46-52). Bartimeus adalah seorang pria buta dan miskin.  Seperti seorang pria lumpuh di gerbang Bait Suci (Kis. 3:1-3), ia mungkin biasa memanggil orang-orang yang lewat, meminta uang, atau mengemis sedekah. Ketika ia mendengar orang banyak lewat, ia bertanya apa yang sedang terjadi. Kata mereka kepadanya, “Yesus, orang Nazaret lewat” (Luk. 18:37). Lalu ia berseru, “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku.” Mereka yang berjalan di depan menegur dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru, “Anak Daud, kasihanilah aku!” (Luk. 18:38-39). 

Pada umumnya, orang-orang yang memiliki kecacatan fisik terintimidasi dan ditundukkan oleh cacat mereka sendiri sehingga hampir mungkin untuk menyerah. Namun, tidak demikian dengan pengemis buta ini. Apa yang memotivasi teriakannya yang tak tertahankan untuk penyembuhan? Jawabannya adalah iman. Pengemis buta ini tahu siapa Yesus dan apa yang dapat dilakukan-Nya. Ia mungkin telah mengetahui reputasi Yesus dan memercayai Yesus untuk kesembuhannya. Ia menyapa Yesus dengan sebutan Anak Daud. Sebutan Anak Daud sama saja dengan sebutan “Mesias” karena bagi orang Yahudi, sebutan ini menandakan seseorang yang merupakan keturunan Daud yang dijanjikan dan akan duduk di atas takhta Israel. Dengan menyebut Mesias menunjukkan wawasannya tentang misi Yesus yang sebenarnya. Ia juga memiliki iman yang tak terhentikan. Orang banyak menyuruhnya diam, tetapi ia berteriak lebih keras dan tidak peduli. Ia memiliki hasrat yang kuat yang mengatasi rintangan, teguran dan rasa malu untuk mencapai apa yang diinginkannya. 

Hal yang sangat menarik bahwa Yesus menanyakan orang itu apa yang ia inginkan: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” (Luk. 18:41). Pengemis buta itu sangat jelas ingin memperoleh kembali penglihatannya! Mengapa Yesus menanyakan hal yang sudah jelas? Kita mungkin dapat memikirkan dua alasan: Pertama, untuk memberi energi pada iman dan membuatnya diucapkan. Kedua, untuk membantu orang itu sendiri menentukan apa yang ia inginkan dari Yesus.  Jawaban pengemis buta: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” (Luk. 18:41). Lalu, Yesus mengucapkan sepatah kata, yaitu perintah untuk penyembuhan: “Melihatlah sekarang, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Luk. 18:42). Apa yang terjadi? Penyembuhan itu terjadi dengan segera: “Seketika itu juga ia dapat melihat lagi” (Luk. 18:43). Hasil penyembuhan itu langsung terlihat: “Seketika itu juga ia dapat melihat lagi, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Melihat hal itu, seluruh rakyat memuji-muji Allah (Luk. 18:43). Kondisi buta dapat dilihat sebagai akibat dari dosa baik dalam dirinya sendiri maupun keluarganya (Yoh. 9:2). Selain itu, ia adalah seorang pengemis, dan dapat diasumsikan bahwa ia berada dalam keadaan najis secara agama sehingga dikucilkan oleh masyarakat. Namun, orang yang tadinya buta itu, kini menjadi murid dan bergabung dengan kelompok Yesus.

Apa pesan kisah penyembuhan pengemis buta bagi kita? Ketika kita berada dalam masa-masa sulit dan penderitaan, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk menerima apa yang kita butuhkan dari Tuhan. Pertama, kita berseru kepada Tuhan untuk memohon belas kasihan. Kita harus terus berseru memohon belas kasihan karena hanya melalui Yesus penyembuhan dan pembebasan dapat terjadi. Tidak peduli rintangan apa pun yang menghalangi jalan kita.   Kedua, menjawab pertanyaan mendalam dari Yesus: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Yesus siap memberi kita kesembuhan dan kekuatan, tetapi kita perlu sungguh-sungguh tahu akar permasalahan kita. Bagi orang buta itu, masalahnya bukanlah kekurangan uang, makanan, atau tempat tinggal. Masalah utamanya adalah bahwa ia buta. Ketika Yesus bertanya kepada kita, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”, Ia menghendaki kita agar meluangkan waktu untuk mengevaluasi apa masalah yang sebenarnya. Apakah kita meminta kelegaan dan kesenangan yang dangkal, atau apakah kita meminta kesembuhan dan kekuatan Roh Kudus?

Ketiga, kita perlu beriman. Kita perlu menaruh kepercayaan kita kepada Yesus dengan sukarela. Ketika kita berseru dalam kesulitan dan penderitaan, mengetahui dan percaya bahwa Yesus adalah pusat dan sumber kekuatan dan penyembuhan, maka Roh Kudus dapat melakukan pekerjaan pemulihan-Nya. Mari kita belajar beriman dari pengemis buta!

(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalOrang tua yang kehilangan anak – Semoga semua orang tua yang berduka karena meninggalnya putra atau putri mereka mendapatkan dukungan dari komunitas dan dianugerahi kedamaian dan penghiburan dari Roh Kudus. 

Ujud Gereja Indonesia: Para imam, bruder, dan suster usia lanjut – Semoga para imam, bruder, dan suster usia lanjut tetap menemukan api cinta Tuhan dalam hidup mereka, serta bersedia membagikan inspirasi serta kisah kasih Allah pada generasi muda. 

Amin

Tinggalkan komentar