Renungan Harian Misioner
Sabtu, 23 November 2024
P. S. Klemens I, S. Kolumbanus
Why 11:4-12; Mzm 144:1.2.9-10; Luk 20:27-40
“Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.”
(Lukas 20:34-45)
Dalam Injil yang kita dengarkan hari ini, orang-orang Saduki, yang tidak percaya akan kebangkitan, mendekati Yesus dengan sebuah pertanyaan jebakan. Mereka menanyakan kasus tentang seorang perempuan yang menikah dengan tujuh saudara laki-laki secara bergantian karena hukum Levirat, dan bertanya, “Pada waktu kebangkitan, di antara mereka siapakah beristrikan perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristrikan dia.”
Yesus menjawab dengan menegaskan bahwa kehidupan setelah kebangkitan berbeda dengan kehidupan duniawi. Orang-orang yang layak untuk ambil bagian dalam kehidupan kekal tidak akan kawin atau dikawinkan, karena mereka hidup seperti malaikat dan merupakan anak-anak Allah, anak-anak kebangkitan. Selain itu, Yesus mengutip kata-kata Musa, menyebut Tuhan sebagai “Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub,” dan menegaskan bahwa Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, karena bagi Allah semua orang hidup.
Pertanyaan orang Saduki mencerminkan pandangan yang terbatas tentang kebangkitan. Namun, Yesus mengungkapkan bahwa kebangkitan adalah panggilan menuju kehidupan yang lebih mulia, di mana kita tidak lagi terikat oleh batasan duniawi. Dalam kehidupan kekal, relasi kita dengan Allah akan menjadi sempurna, tanpa sekat-sekat duniawi seperti pernikahan. Harapan akan kebangkitan ini seharusnya menginspirasi kita untuk hidup dengan fokus pada hal-hal kekal.
Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup dan memberikan hidup. Dengan menyebut Allah sebagai “Allah Abraham, Ishak, dan Yakub,” Yesus menunjukkan bahwa para leluhur kita, meskipun secara fisik telah meninggal, tetap hidup di hadapan Allah. Ini adalah pengingat bagi kita untuk selalu mempercayakan hidup kita kepada Allah yang setia memelihara kehidupan kita hingga kekekalan.
Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk hidup sebagai anak-anak kebangkitan. Hidup kita di dunia ini harus mencerminkan iman akan kebangkitan dan kehidupan kekal. Ini berarti kita dipanggil untuk hidup dalam kasih, keadilan, dan kebenaran, serta meninggalkan hal-hal yang hanya berfokus pada dunia yang fana. Lebih konkritnya kita diajak untuk mengasihi sesama tanpa pandang bulu dan menjadi agen kasih Allah di mana pun kita berada. Paus Fransiskus mengingatkan kita dengan mengatakan: “seburuk apa pun orang memperlakukanmu, jangan pernah berubah menjadi jahat. Tetaplah menjadi orang baik.”
Misi kita hari ini: mengasihi sesama, tentangga, teman kerja, dan semua orang denga kasih yang besar.
(Ignasius Lede – Komisi Karya Misioner KWI)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Orang tua yang kehilangan anak – Semoga semua orang tua yang berduka karena meninggalnya putra atau putri mereka mendapatkan dukungan dari komunitas dan dianugerahi kedamaian dan penghiburan dari Roh Kudus.
Ujud Gereja Indonesia: Para imam, bruder, dan suster usia lanjut – Semoga para imam, bruder, dan suster usia lanjut tetap menemukan api cinta Tuhan dalam hidup mereka, serta bersedia membagikan inspirasi serta kisah kasih Allah pada generasi muda.
Amin
