Renungan Harian Misioner
Senin, 25 November 2024
P. S. Katarina dari Aleksandria
Why 14:1-3.4b-5; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; Luk 21:1-4
“Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua uang tembaga ke dalam peti itu.”
(Lukas. 21:2)
Injil hari ini memberikan kisah inspiratif mengenai seorang janda miskin, yang memasukkan 2 uang tembaga sebagai persembahan kepada Allah. Kolekte yang jumlahnya tidak banyak ini dilihat dan dinilai bermutu oleh Allah. Yesus mengatakan bahwa persembahan ini merupakan persembahan terbesar daripada semua orang, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu” (Luk. 21:3). Bagaimana uang 2 keping yang sedikit itu bisa menjadi persembahan terbesar dan berkenan di mata Tuhan?
Kitab Suci menyebutnya sebagai: janda miskin, untuk menggambarkan siapa dan bagaimana kehidupan si tokoh. Ia seorang perempuan yang tidak memiliki suami lagi (janda), dan tidak punya uang (miskin). Bisa dibayangkan kehidupan seorang perempuan di zaman itu yang terbatas geraknya oleh aturan budaya, agama dan sosial, tidak memiliki suami yang menyokong kehidupannya, ditambah lagi status ekonominya rendah. Hidupnya jelas sulit dan berkekurangan. Namun, tokoh inilah yang dipilih Yesus menjadi teladan iman pada Tuhan.
Apalah arti persembahan 2 keping uang tembaga? “Non multa sed multum” (Latin): “bukan banyaknya jumlah, tetapi mutu atau kualitas”. Banyaknya jumlah belum tentu bermutu dan yang bermutu belum tentu banyak jumlahnya. Tuhan tidak mengukur jumlah, sebaliknya Dia melihat ketulusan dan menilai kualitas iman si janda miskin melalui persembahannya. Janda miskin itu tidak berfokus pada diri, kekurangan maupun kemiskinannya. Semua itu tidak menghalanginya untuk tetap bisa “memberi”. Bahkan memberi dari kekurangannya dengan cinta yang berlimpah. “… Bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya” (Luk. 21:4).
Manusia sering kali terperangkap dalam dirinya sendiri dengan segala persoalan hidupnya, dan cenderung mengutamakan kebutuhan dirinya, sebelum menyisihkan dari apa yang tersisa untuk menjadi persembahan kepada Tuhan dan sesama. Itu pun kalau ada yang tersisa. Ini bukan teladan yang diberikan si janda miskin. Ia tidak memberi “sisa” kepada Tuhan. Sebaliknya, ia berikan seluruh nafkah, satu-satunya yang ia miliki dan butuhkan untuk bisa tetap menyambung hidup. Ia tidak sibuk mencemaskan kesulitannya dan bagaimana ia akan bisa bertahan hidup setelah meninggalkan bait Allah. Ia juga tidak menjadikan kemiskinannya sebagai hambatan untuk menjalankan ajaran Tuhan: memberi dengan tulus dan berlimpah. Dari tindakannya itu si janda miskin telah menyatakan imannya akan kasih Tuhan yang berlimpah dan kelimpahan yang Tuhan sediakan bagi orang-orang yang mau memberi.
Dalam sebuah doa Angelus tahun 2021, Paus Fransiskus pernah merefleksikan kisah si janda miskin ini dan mengatakan “janda miskin memberi dari hatinya dengan murah hati dan cuma-cuma, membuat bunyi koin-koinnya yang sedikit lebih indah daripada persembahan yang megah dari orang-orang kaya, karena hal itu mengungkapkan kehidupan yang dengan tulus didedikasikan kepada Tuhan dengan segenap hatinya” (Vatican News). Tuhan selalu melihat dan menghargai pemberian yang tulus dan rendah hati.
Kita semua perlu belajar memberi dari kekurangan kita, bukan dari kelebihan kita. Itulah semangat misi dan persembahan untuk Tuhan. Janda miskin memberikan sandaran hidup seluruhnya, harta yang dia miliki, kepada Allah dalam wujud derma ke dalam peti persembahan. Allah menilai kualitas pemberiannya sebagai simbol totalitas penyerahan diri kepada Allah. Sanggupkah kita juga berbuat seperti si janda miskin, mempertaruhkan seluruh hidup kita untuk dipimpin oleh belas kasih Allah?
(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Orang tua yang kehilangan anak – Semoga semua orang tua yang berduka karena meninggalnya putra atau putri mereka mendapatkan dukungan dari komunitas dan dianugerahi kedamaian dan penghiburan dari Roh Kudus.
Ujud Gereja Indonesia: Para imam, bruder, dan suster usia lanjut – Semoga para imam, bruder, dan suster usia lanjut tetap menemukan api cinta Tuhan dalam hidup mereka, serta bersedia membagikan inspirasi serta kisah kasih Allah pada generasi muda.
Amin
