Pemerintahan Napoleon Bonaparte pada masa itu meninggalkan banyak kesulitan, khususnya bagi Gereja di Perancis. Bersamaan dengan perbaikan keadaan umum secara berangsur-angsur, muncul juga semangat baru bagi karya-karya misi. Ordo-ordo tua yang berantakan selama pemerintahan Napoleon, mulai bergerak kembali, bernapas lega, bersama lahirnya kongregasi-kongregasi misi yang baru. Namun kesulitan finansial muncul sebagai ancaman. Karena itu muncul aksi-aksi kecil seperti gerakan-gerakan kalender dan almanak, perangko dan tabungan untuk misi.
Dari usaha-usaha kecil seperti itu muncul juga tiga aksi berikut yang ternyata sangat menonjol :
- Het Genootschap tot Voorplanting des Geloofs (Aksi Penyebaran Iman) dimulai oleh seorang wanita Perancis bernama : Pauline Jaricot pada tahun 1822.
- Het Sint Pieters Liefdewerk voor Landeigene Priesters (Aksi Pendidikan Calon Imam Pribumi) dimulai oleh seorang ibu bernama : Bigard bersama puterinya pada tahun 1889.
- Het Genootschap van de Heilige Kindsheid (Aksi Anak-anak dan Remaja) dimulai oleh Mgr. de Forbin Janson pada tahun 1843.
Seperti kebanyakan usaha semacam, ketiga aksi tersebut pada mulanya bersifat aksi setempat. Atas anjuran Kardinal Willem van Rossum akhirnya tahun 1922, ketiga usaha itu ditingkatkan menjadi karya misi dari Gereja Universal. Agar lebih jelas, lalu dicarikan nama dan diadakan peraturan-peraturan yang mengarah ke Gereja semesta.
Setelah menjadi alat dari Gereja Universal, maka Paus Pius XI meminta para Uskup dan Pastor agar dalam wilayah keuskupan dan parokinya diberi penjelasan dan pendidikan dengan tujuan “kesadaran bermisi”. Dengan demikian dipersiapkan suatu kemungkinan untuk melaksanakan suatu program bantuan yang bersifat universal.
Adapun tujuan dari Karya Kepausan adalah membangkitkan kesadaran dalam hati umat akan martabatnya sebagai seorang Kristen, menghidupkan pikiran-pikiran tentang iman dan menggugah hati nurani umat agar berdoa untuk usaha pengembangan iman. Dengan kata lain, inti tujuan Karya Kepausan ini adalah ‘kesadaran beriman’ dari umat seluruh dunia. Segi edukatifnya ialah mendidik umat Kristen supaya menjadi mission minded – kesadaran beriman – serta mencintai usaha misi.
Saat ini Karya Kepausan merupakan suatu badan internasional yang berpusat di Roma yang anggotanya terdiri dari Dewan Harian dan Dewan Umum yang mencakup semua wilayah Gereja nasional di seluruh dunia. Karya Kepausan ini dalam prakteknya dimasukkan ke dalam Kongregasi Suci untuk Evangelisasi Bangsa-bangsa (Sacred Congregation for Evangelization of The Peoples) yang dipimpin oleh seorang Presiden dan dibantu oleh seorang sekretaris untuk masing-masing serikat. Seluruhnya ada empat serikat di dalam Karya Kepausan yaitu :
Serikat Kepausan untuk Pengembangan Iman (The Pontifical Society for The Propagation of The Faith)
Pontificia Opera della Propagazione della Fede (POPF) – Serikat ini didirikan di Lyon, Perancis pada tanggal 3 Mei 1822 oleh Venerable Pauline Jaricot (1799-1862). Pada awalnya kelompok ini bersifat lokal, kemudian mendapat status Kepausan pada tanggal 3 Mei 1922 dari Paus Pius XI, sehingga berkedudukan di Roma dengan nama Serikat Kepausan untuk Pengembangan Iman.
Tujuan Serikat Kepausan untuk Pengembangan Iman adalah untuk memajukan kerja sama misioner dari semua komunitas Kristiani. Tujuan ini melebar meliputi mengumpulkan bantuan materi untuk misi, memajukan panggilan misioner, mendidik orang-orang Kristen dengan semangat misioner.
Pada tahun 1927, Paus Pius XI menetapkan Hari Minggu Misi Sedunia yang setiap tahunnya jatuh pada hari Minggu kedua dari akhir bulan Oktober. Hari Minggu Misi menjadi kesempatan untuk animasi dan promosi misi di setiap keuskupan dan paroki-paroki melalui pelbagai kegiatan misioner, media cetak, radio dan televisi. Tujuannya adalah untuk membangun kesadaran bermisi, semangat solidaritas, kerja sama misioner dalam doa dan derma untuk mendukung karya misi Gereja.
Serikat Kepausan St. Petrus Rasul untuk Pengembangan Panggilan (The Pontifical Society of St. Peter the Apostle)
Pontificia Opera di San Pietro Apostolo (POSPA) – Serikat ini didirikan di Caen, Perancis pada tahun 1889 oleh Ibu Jeanne Bigard (1859-1934). Seperti Serikat Pengembangan Iman, serikat inipun pada awalnya bersifat lokal, baru pada tahun 1918, aksi-aksi untuk pendidikan calon imam ini dimasukkan sebagai bagian dari Kongregasi Pengembangan Iman dan pada tahun 1920 rumah induk serikat dipindahkan ke Roma, dan akhirnya pada tanggal 3 Mei 1922 mendapat status kepausan dengan nama Serikat Kepausan St. Petrus Rasul untuk Pengembangan Panggilan. Pada tahun 1924 Paus Pius XI menetapkan St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus sebagai pelindungnya.
Tujuan serikat ini berhubungan dengan promosi dan formasi Imam lokal di dalam Gereja-gereja di tanah misi dengan menyediakan bantuan finansial. Bantuan juga disediakan untuk para calon di lembaga hidup bakti baik pria maupun wanita.
Sejak tahun 1963, Gereja merayakan Hari Minggu Panggilan Sedunia yang tiap tahunnya jatuh pada Hari Minggu Paskah IV (hari Minggu Gembala Yang Baik). Hari Minggu Panggilan merupakan hari doa untuk mohon pertumbuhan panggilan khusus untuk menjadi imam, bruder dan suster. Pada hari ini Gereja mengajak umat Katolik seluruh dunia untuk memberikan derma bagi pendidikan imam diosesan dan juga untuk pembinaan novisiat para religius.
Berbagai kegiatan yang bisa dilakukan pada Hari Minggu panggilan dalam rangka menumbuhkan benih panggilan terutama di kalangan anak-anak dan kaum muda antara lain : talk show panggilan, open house seminari dan biara-biara, seminar panggilan, dll.
Serikat Kepausan Anak-anak & Remaja Misioner (SEKAMI) – (The Pontifical Society of The Holy Childhood)
Pontificia Opera della Santa Infanzia (POSI) – Serikat ini didirikan pada 19 Mei 1843 oleh YM Mgr. De Forbin Janson (1785-1844), Uskup Nancy, Perancis dalam sebuah sidang keuskupan dengan nama Serikat Kanak-kanak Suci (The Society of the Holy Childhood). Serikat ini mempunyai motto : Anak menolong anak (Children helping children), dengan semangat dasar : Doa, Derma, Kurban dan Kesaksian (2D2K). Awalnya serikat ini bersifat lokal, tetapi kemudian mendapat status kepausan pada tanggal 3 Mei 1922 dari Paus Pius XI, dengan nama Serikat Kepausan Anak-anak Misioner (The Pontifical Society of the Holy Childhood) dan berkedudukan di Roma.
Tujuan serikat ini mendidik anak-anak dan remaja dengan semangat misioner, membantu mereka memahami orang-orang yang membutuhkan untuk membantu teman-teman sebaya di negara-negara misi dengan doa dan bantuan material mereka.
Setiap tahun dirayakan Hari Anak Misioner Sedunia yang diperingati pada hari Minggu pertama bulan Januari (Pesta penampakkan Tuhan). Inilah hari yang mempersatukan semua anak di dunia dalam semboyan “Children Helping Children” dan dalam semangat 2D2K.
Serikat Kepausan Persatuan Misioner Para Imam, Biarawan-biarawati dan Awam (The Pontifical Missionary Union)
Pontificia Unione Missionaria (PUM) – Serikat ini didirikan di Itali oleh Paolo Manna (1872-1952) pada tahun 1916, lalu pada tanggal 28 Oktober 1956 mendapat status kepausan dari Paus Pius XII dengan nama Serikat Kepausan Persekutuan Misioner para Imam, religius dan Awam (Pontifical Missionary Union of the Clergy, Religious and the Laity atau biasa dikenal dengan Pontifical Missionary Union – PMU).
Tujuan serikat ini adalah berupaya memberi animasi misioner kepada para pastor dan Umat Allah; Para Imam, religius, dan anggota-anggota institut sekulir lewat majalah Misi, di mana Pater Paolo Manna sebagai direkturnya. Dari upaya animasi ini diharapkan Gereja menjadi lebih misioner, di mana umat semakin sadar akan tanggung jawabnya sebagai umat Allah dan siap melaksanakan tugas sesuai panggilannya; selain itu diharapkan lebih banyak lagi imam pribumi dan misionaris sehingga Gereja dapat melaksanakan tugas perutusannya. Serikat ini melaksanakan mandat dengan cara yang sama seperti serikat kepausan yang lain, dengan memajukan misi di Gereja-gereja lokal.
Hari-hari Khusus :
- 2 Februari : pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah : hari ‘consacratio’ diri para imam, biarawan/biarawati
- 3 Oktober : St. Theresia Kanak-kanak Yesus pelindung Misi : hari pembaharuan misioner para biarawati/wanita awam
- 3 Desember : Fransiskus Xaverius : hari pembaharuan semangat missioner para imam / biarawan / pria awam.
Keempatnya mempunyai tujuan umum yang sama yaitu membantu memajukan semangat misioner universal di antara umat Allah. Dari keempat serikat itu, Serikat Kepausan Persatuan Misioner para Imam, religius dan Awam merupakan “jiwa” dari ketiga serikat yang lain dan berusaha memajukan serikat-serikat yang lain.
Karya Kepausan ada di hampir setiap negara, termasuk di Indonesia. Karya Kepausan hadir di Indonesia pada tahun 1919. Pada saat kehadirannya, Karya Kepausan di Indonesia masih menjadi bagian dari Karya Kepausan Negeri Belanda. Karena masih berada dalam masa penjajahan baik oleh Belanda maupun Jepang dan berbagai pergolakan bangsa yang ada, Karya Kepausan tersendat, belum mampu berkembang dengan baik. Perhatian Gereja dan Bangsa Indonesia terfokus pada perjuangan kemerdekaan dan pembenahan negara bangsa.
Pada tahun 1970-an, Karya Kepausan di Indonesia menggeliat bangkit kembali dengan menyematkan nama Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia. Dalam kancah dunia internasional, digunakan nama National Office of the Pontifical Mission Societies of Indonesia.
Akhirnya pada Sidang Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI; sekarang menjadi Konferensi Waligereja Indonesia atau KWI) tanggal 22 November – 4 Desember 1971, para Bapa Uskup Indonesia mengakui keberadaan Karya Kepausan yang mengemban tugas untuk membangkitkan kesadaran dan tanggungjawab misioner di dalam hati umat beriman. Sejak saat itu, Karya Kepausan Indonesia mulai diperkenalkan ke keuskupan-keuskupan di seluruh Indonesia. Karya Kepausan Indonesia terus berkembang dengan berbagai kegiatan-kegiatan misionernya sampai saat ini.