Gereja bergerak keluar, itulah misi yang diharapkan oleh Paus Fransiskus. Melalui surat terbuka yang ditujukan kepada Mgr. Joseph Marino, Presiden Akademi Kepausan, Paus Fransiskus menetapkan program misi selama satu tahun, sebagai bentuk pembinaan/formasi bagi para calon imam diplomatik. Hal ini dirasa perlu, dan menjadi bagian dari kurikulum 2020/2021.
Pentingnya Pembinaan Misioner
Beato Paolo Manna, sebagai seorang misionaris menyadari pentingnya pengalaman bermisi. Baginya, pengalaman menjadi misionaris adalah bentuk pembinaan secara langsung yang dialami dalam masyarakat. Ia menyatakan bahwa pembinaan misioner bagi para calon imam sangatlah penting. Pembinaan ini menjadi dasar peletakan pertama bagi mereka yang dipersiapkan untuk melayani umat Allah. Selain ilmu pengetahuan, Beato Paolo Manna juga menekankan pengetahuan sosial, yang menyangkut budaya setempat dan spiritualitas. Diharapkan para calon imam, mendapatkan pembinaan yang intensif sehingga sungguh-sungguh menjadi pribadi yang seimbang, baik dalam ilmu pengetahuan dan penghayatan spiritual.
Pengetahuan yang diperoleh pada masa pendidikan akan menjadi bekal dalam pelayanannya. Dengan pengetahuan yang cukup, akan memudahkan untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sosial masyarakat. Karena seorang misionaris diharapkan mampu untuk menjalankan perutusannya dalam berbagai bidang. Seminari menjadi tempat yang strategis dalam pembinaan, untuk dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh, matang baik secara intelektual dan spiritual.
Keluar dari Diri Sendiri, dan Merangkul Gereja Lain
Menurut Mgr. Joseph Marino, Presiden Akademi Kepausan menjelaskan terkait Surat Paus Fransiskus mengatakan: “Tentunya kita sebagai perwakilan harus memiliki semangat dan visi yang sama. Visi ini sebenarnya menghasilkan efek transformasi pada kita semua karena meminta kita untuk pertobatan sejati, yang berarti bahwa kita harus keluar dari diri kita sendiri atau kepentingan pribadi kita dan mendorong kita untuk merangkul Gereja-Gereja itu, bahkan negara-negara itu, yang paling membutuhkan kehadiran Bapa Suci. Untuk alasan ini, pengalaman misionaris – dan saya telah banyak merenungkan hal ini dalam beberapa jam terakhir, sejak saya menerima surat – dapat dianggap sebagai semacam latihan spiritual untuk pertobatan kita, untuk dapat melaksanakan pelayanan untuk Gereja.”
Mgr. Marino mempunyai satu keyakinan, bahwa pengalaman misionaris sangatlah penting, seperti yang dikatakan oleh Beato Paolo Manna. Mgr. Marino mengatakan: “Dengan memiliki pengalaman misionaris di berbagai negara kita akan dapat menyaksikan secara langsung karya misionaris yang penuh sukacita dan berdedikasi, membawa Injil dalam segala aspeknya. Dan saya pikir ini akan membuat kami semakin antusias dalam pekerjaan kami sebagai diplomat untuk Takhta Suci.”
Sr. Yohana, SRM