Hari Doa Panggilan Sedunia

jesus-nazareth-fisherman-childrens Bible story

Setiap tahun, Gereja Katolik secara rutin merayakan Hari Doa Panggilan Sedunia, yang jatuh pada setiap Minggu Paskah IV. Mengapa demikian? Paskah IV, juga disebut Minggu Gembala Baik karena bacaan Injil berbicara tentang Yesus Gembala Baik.


Pada Hari Doa untuk Panggilan ini, yang menjadi kekhasan bahwa seluruh umat berdoa mohon panggilan, baik untuk para imam, biarawan-biarawati. Di sini, Yesus selalu mengundang mereka untuk mengikuti Yesus secara lebih spesifik. Bagi mereka yang terpanggil dan membuka hati, Tuhan Yesus memberikan tawaran istimewa untuk mengikuti-Nya. Yesus berkata, “Mari, ikutilah Aku”.

“…. kamu akan Kujadikan penjala manusia”

Kisah Yesus memanggil para murid-Nya untuk mengikuti Dia, selalu menjadi inspirasi bagi panggilan pengikut Yesus. Hal pertama yang dilakukan Yesus sebelum memanggil para murid-Nya adalah berdoa bagi mereka. Yesus berdoa mohon kepada Bapa-Nya agar diberikan orang-orang yang berkenan mengikuti-Nya. Paus Fransiskus mengatakan, “Panggilan pelayanan imamat dan hidup bakti pertama-tama dan terutama adalah buah dari kontak yang terus-menerus dengan Allah yang hidup dan doa yang terus-menerus diangkat kepada “Tuhan si empunya panenan” (bdk. Minggu Panggilan, 2017).

Pada awal penampilan-Nya di depan umum, Tuhan memanggil beberapa nelayan di tepi pantai danau Galilea: “Mari, ikutilah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mat.4:19). Dan sejak itu, para murid tinggal dan belajar dari Yesus. Yesus dengan banyak ‘tanda’ kasih-Nya menjadi guru yang baik bagi para murid-Nya. Melalui Sabda dan cara hidup-Nya, Ia mempersiapkan mereka untuk melaksanakan karya keselamatan-Nya.  Sampai akhirnya, Yesus mengutus mereka keluar ke seluruh dunia dengan perintah: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat.28:19).

Kita sebagai umat beriman, mendapat undangan Yesus ini juga. Yesus berkata, “Ikutilah Aku”.  Yesus mengundang kita untuk menjadi sahabat-sahabat-Nya, mendengarkan firman-Nya dengan penuh perhatian dan tinggal bersama-Nya. Yesus telah menganugerahkan kepada mereka suatu pengalaman persaudaraan, yang dilahirkan dari keterbukaan secara total kepada Allah (bdk. Mat.12:49-50). Yang menjadi ciri khas jemaat Yesus: “Dengan demikian setiap orang akan mengetahui bahwa kamu adalah murid-Ku jikalau kamu mengasihi satu sama lain” (Yoh.13:35).

Seperti yang dilakukan para murid Yesus, kita pun belajar dari mereka. Pertama kita harus belajar setia mengarahkan diri kita kepada Yesus, tumbuh semakin dekat dengan-Nya, mendengarkan firman-Nya dan menjumpai-Nya dalam sakramen-sakramen. Ini berarti kita menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak-Nya. Untuk itu dibutuhkan suatu tempat  pembinaan yang tepat bagi semua orang,  yang ingin mempersiapkan diri untuk pelayanan imamat dan hidup bakti (Paus Fransiskus, Minggu Panggilan, 2015).

Bertanggung jawab dan menjaga Panggilan

Gereja dipanggil untuk “menjaga anugerah ini, menghargai dan mencintainya. Gereja harus bertanggung-jawab terhadap kelahiran dan perkembangan panggilan imamat” (Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik Pastores Dabo Vobis, 41).  Khususnya pada masa kini, ketika suara Tuhan nampak dilenyapkan oleh “suara-suara lain” dan undangan-Nya untuk mengikuti Dia melalui pengorbanan hidup nampak terlalu sulit, maka setiap jemaat Kristiani, setiap anggota Gereja, secara sadar harus merasa bertanggung jawab demi memajukan panggilan. Sangatlah penting untuk mendorong dan mendukung mereka yang telah menunjukkan tanda-tanda yang jelas atas panggilan imamat dan hidup bakti, dan membantu mereka merasakan kehangatan seluruh jemaat sehingga mereka mampu menjawab “ya” kepada Allah dan kepada Gereja (Benediktus XVI, Minggu Panggilan, tahun 2011).

Dalam Hari Doa Mohon Panggilan ini, ada seorang tokoh yang penting sebagai pendiri Serikat Kepausan St. Petrus Rasul, yaitu Jeanne Bigard. Ia adalah seorang gadis yang sangat peduli akan panggilan lokal, yaitu imam-imam pribumi. Pengalaman hidupnya kehilangan ayahnya tanpa sakramen pengurapan orang sakit, membawanya pada sebuah permenungan akan panggilan imam. Jeanne Bigard sangat menyadari bahwa imam sangatlah dibutuhkan untuk melayani umat-Nya.

Hal yang serupa juga dituliskan oleh Paus Benediktus XVI, kepada para misionaris, “Anda telah melakukan suatu hal yang baik. Karena orang akan selalu membutuhkan Allah, bahkan pada era dunia yang dikuasai oleh teknologi dan globalisasi: mereka akan selalu membutuhkan Allah yang telah menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus, Allah yang mengumpulkan kita semua dalam Gereja universal supaya belajar bersama Dia dan melalui Dia makna hidup yang sejati agar dapat menegakkan dan melaksanakan standar kemanusiaan yang sejati” (Surat kepada Para Seminaris, 18 Oktober 2010).

Dengan yakin dan setia, kita berdoa mohon bantuan kepada Perawan Maria, semakin banyak orang-orang yang menanggapi panggilan Tuhan untuk menjadi imam, biarawan-biarawati. Dan kita pun berdoa bagi mereka yang telah dipanggil hidup secara khusus, semoga diberi rahmat kesetiaan, sebagaimana yang memanggilnya ‘setia’.

Sr.  Yohana,  SRM