Pentingnya Menyadari Panggilan Misioner

Setiap orang yang telah dibaptis, mendapatkan mandat misioner.  Namun, tidak semua orang menyadari  mandat misioner ini. Siapakah yang mempunyai tugas untuk memberikan penyadaran akan panggilan misioner ini?

Serikat Pengembangan Iman, mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan penyadaran panggilan misioner ini. Salah satu tujuan dari serikat ini adalah membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab seluruh umat Katolik akan tugas pengembangan iman bagi Gereja semesta. Selain itu, tujuannya adalah mempromosikan panggilan misioner untuk ikut ambil bagian dalam tugas perutusan Gereja sebagai imam, biarawan-biarawati, dan rasul awam.

Panggilan misioner ini, adalah bagian dari panggilan kita sebagai pengikut Kristus. Mengapa demikian? Karena pada hakikatnya Gereja peziarah bersifat misioner, sebab berasal dari perutusan Putera dan perutusan Roh Kudus menurut rencana Allah Bapa (bdk. AG.2). selain itu, bahwa ”Tuhan sendiri yang menumbuhkan panggilan misioner di hati masing-masing pribadi, dan juga membangkitkan lembaga-lembaga dalam Gereja, yang menerima tugas mewartakan Injil, yang menjadi tanggung jawab seluruh Gereja, sebagai tugas mereka sendiri” (AG, 23). Itulah alasannya bahwa kita ikut ambil bagian dari tugas perutusan misioner ini. Allah sendiri yang menghendakinya, Allah sendiri yang memilih kita.

Menumbuhkan Semangat Misioner

Mungkin kita akan bertanya, bagaimana caranya agar kita mempunyai semangat misioner dalam hati kita, sebagai pengikut Kristus? Semangat misioner, tentu harus kita tumbuhkan dalam hati kita, dengan menghidupi cara dan semangat Tuhan Yesus sendiri. Kita perlu menumbuhkan kesadaran akan panggilan dan pilihan Allah dalam diri kita. Tuhan memanggil dan manusia  menjawab.  Untuk menjawab panggilan Tuhan ini, sangatlah mustahil tanpa inspirasi Roh Kudus. Roh Kuduslah yang akan membimbing dan memberikan keberanian serta kekuatan untuk menjawab panggilan tersebut.

Seperti yang dilakukan oleh pendiri Serikat Pengembangan Iman, Marie Pauline Jaricot. Sejak kecil, ia tumbuh dalam bimbingan Tuhan melalui orang tua, imam yang membimbingnya. Dengan penuh cinta dan pengorbanan, ia belajar untuk menjadi pribadi yang misioner. Hidup dalam pelayanan, penuh kasih dan cinta kepada Tuhan dan sesama. Pauline menempatkan Tuhan di atas segalanya, dan dengan penuh kasih ia melayani sesamanya yang menderita.

Tips untuk menjawab panggilan misioner?

Setiap orang Kristiani terpanggil dalam perutusan misioner. Ada  beberapa tips bagi kita, untuk menjawab panggilan misioner.

Pertama; Berdoa mohon bimbingan Roh Kudus. Roh Kudus yang akan menuntun hidup dan karya kita. Roh Kudus sebagai sumber utama dalam perutusan misioner. Roh Kudus yang memberikan semangat, kekuatan, untuk berani menjawab panggilan Tuhan. Doa menjadi kekuatan dan penghiburan dalam segala suka dan duka seperti teladan Yesus sendiri.  Dan secara khusus mengikuti Yesus, Sang Guru, dalam  hidup,  pikiran, dan perbuatan-Nya.

Kedua;  Tidak takut kepada salib. Bagi kita yang terpanggil dalam perutusan misioner seharusnya tidak takut terhadap salib, namun sebaliknya salib harus menjadi kekuatan, dorongan dan semangat dalam tugas dan karyanya. Berani memanggul salib setiap hari, dan menyangkal diri sendiri. Yesus mengatakan barang siapa mau mengikuti Aku harus menyangkal diri sendiri, memikul salib setiap hari dan mengikuti Aku. Sabar, murah hati, penuh kasih, cinta yang tulus (bdk. II Kor 6:4).

Ketiga; Bersikap dan bertindak sederhana, rendah hati. Kita adalah hamba, yang harus belajar dari Yesus yang rendah hati dan murah hati.  Dari Yesus kita belajar untuk menjadi pribadi yang rendah hati, dan sederhana. Kesaksian hidup-Nya mengungkapkan cinta kasih Allah yang sejati. Allah adalah kasih, yang senantiasa mencintai umat-Nya.

Keempat;  Percaya dan taat pada Kristus.  Percaya dengan sepenuh iman kepada Tuhan Yesus yang mengutus kita, adalah modal utama. Ini merupakan syarat sebagai seorang misionaris. Ketaatan dan kesetiaan menjadi sadar dan pegangan bagi setiap misionaris utusan Tuhan Yesus. Sebagaimana Yesus yang taat kepada Bapa-Nya dalam tugas perutusan-Nya.

Bagaimana dengan kita, bersediakah kita membuka hati kita, bersediakah kita berkerja sama dengan Allah, untuk menjadi misionaris-Nya? Kita semua dipanggil, mari kita buka hati dan dengan berani  kita menjawab, “Ini aku Tuhan, utuslah aku!”

Sr. Yohana Halimah, SRM