Alamat : Jl. Pejaten Barat 10A – Ragunan – Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12550
Rektor : Rm. Adrianus Andy Gunardi, Pr
Alamat e-mail : seminariwacanabhakti@gmail.com
Jumlah seminaris :
KPP : 8 orang
Kls X : 17 orang
Kls XI : 17 orang
Kls XII : 14 orang
KPA : 6 orang
Total : 62 orang
Kanal Youtube:
https://www.youtube.com/@MediaSeminariWacanaBhakti
Website:
http://www.seminariwacanabhakti.com/
Sejarah Singkat Seminari Menengah Wacana Bhakti
Rencana pendirian Seminari Menengah Wacana Bhakti sudah dimulai sejak almarhum Mgr. A. Djajaseputra SJ, yang saat itu menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta. Beliau membeli tanah seluas 3 hektar lebih di kawasan Pejaten Barat, Jakarta Selatan. Pada tanggal 31 Desember 1980, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mengajukan permohonan untuk mendirikan sebuah seminari menengah di Jakarta. Izin pendirian seminari menengah ini akhirnya disetujui setelah menunggu selama 5 tahun. Setelah mendapatkan izin, dibentuklah panitia pembangunan Seminari Menengah Wacana Bhakti (SMWB). Pembangungan seminari selesai pada tahun 1987, dan diresmikan pada tanggal 3 November 1988 oleh almarhum Mgr. Leo Soekoto SJ, Uskup Agung Jakarta.
Kata “Wacana Bhakti” berarti “mengabdikan diri pada Sabda Tuhan atau Panggilan Tuhan”. Seminari Menengah Wacana Bhakti adalah tempat persemaian benih-benih panggilan khusus seminaris (calon imam) untuk menjadi seorang imam dan biarawan. Pendidikan bagi para seminaris sejak awal dipercayakan kepada Serikat Yesus (SJ) yang telah berpengalaman dalam bidang pendidikan Seminari.
Keuskupan Agung Jakarta memikirkan bahwa jika hanya mendirikan sebuah Seminari Menengah tentunya akan memakan biaya yang cukup tinggi. Maka didirikan sebuah yayasan, yakni Yayasan Seminari Wacana Bhakti yang mengurusi Seminari Menengah Wacana Bhakti sekaligus SMA Gonzaga (angkatan pertama SMA masih menggunakan nama Kanisius Unit Selatan, baru pada tahun 1989 nama SMA Gonzaga digunakan sebagai nama sekolah). Seminari Menengah Wacana Bhakti menampung dan mendidik para calon imam di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Karena itu di kelas satu, dua, dan tiga mereka mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Atas Gonzaga. Jadi, pada tahun 1987 s/d 1996 seminaris lulusan SMP hanya mengenyam pendidikan seminari 3 tahun dan untuk lulusan SMA (program KPA) 1 tahun. Pada tahun 1997, lulusan SMP mulai diperkenalkan program KPP (Kelas Persiapan Pertama) selama setahun dengan maksud memantapkan pembentukan kepribadian serta matrikulasi pelajaran SMP sebagai persiapan memasuki SMA Gonzaga (3 tahun), dan program KPA tetap 1 tahun.
Seminari Menengah Wacana Bhakti adalah sebuah model seminari menengah yang terbuka. Mulai tahun 1990, sekolah Gonzaga mulai menerima siswa putri, untuk memberikan nuansa pergaulan para remaja yang wajar bagi para seminaris. Para seminaris sendiri diharapkan agar tidak menjadi canggung bertegur sapa dengan medan pelayanan imamat kelak karena mereka pun harus berhadapan dengan kedua jenis kelamin secara wajar. Berkat kerja keras Pater J. Drost, SJ, sebagai Rektor Seminari dan Kepala Sekolah bersama seluruh staf pengajar dan karyawan, pada tahun ajaran keempat, tepatnya 9 Januari 1991, Sekolah Gonzaga mendapatkan status disamakan dari pemerintah.
Berikut ini adalah susunan rektor dari tahun pertama didirikan sampai sekarang:
1987 – 1993 : P. J. Drost, SJ
1993 – 1999 : P. Basilius Soedibja, SJ
1999 – 2000 : P. Alb. Sadhyoko Raharjo, SJ (Pjs.)
2000 – 2004 : Rm. A. Adji Prabowo, Pr
2004 – 2010 : P. Y. Rudiyanto, SJ
2010 – 2016 : P. Th. S. Sarjumunarsa, SJ
2016 – 2022 : Rm. A. Andy Gunardi, Pr
2022 – : Rm. B. Ari Darmawan, Pr
Arti Nama dan Lambang
Dalam logo ini tampak jelas huruf “W” dan “B” sebagai huruf awal Wacana dan Bhakti.
Wacana (Sansekerta) berarti: kata, sabda, panggilan. Sedang Bhakti (Sansekerta) artinya berbakti, mengabdikan diri. Tanda Salib menggambarkan Allah yang menjadi manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Logo ini juga melukiskan sebuah kuncup bunga yang mulai mekar. Lingkaran menggambarkan dunia, umat dan medan karya Keuskupan Agung Jakarta.
Maksud logo ini secara keseluruhan: Seminari ingin mengabdikan diri kepada panggilan Allah, agar para seminaris belajar mendengarkan dan memperkembangkan panggilanNya. Para seminaris ibarat kuncup bunga yang mulai berkembang, dengan harapan agar bunga ini kelak menjadi buah yang siap diutus mengikuti panggilan Allah dalam diri Yesus Kristus yang mewartakan Sabda Allah kepada umat dan dunia. Dengan dukungan umat, kuncup bunga akhirnya menjadi buah. Dengan demikian nampak bahwa umat juga mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kuncup tersebut.
Ide logo ini dirumuskan oleh Rm. JB. Martasudjita, SJ (Pimpinan Proyek Seminari), diolah oleh Ir. Wanda dan Ir. Basuki (arsitek yang merencanakan Seminari) dan digambar oleh Studio Sebelas Jakarta.
VISI DAN MISI
Visi dan misi Seminari Wacana Bhakti mengalami beberapa kali perubahan yang didasarkan pada situasi dan perubahan zaman. Berikut adalah perubahan yang dibuat pada tahun 2020.
A. Visi
Komunitas pendidikan calon imam katolik tingkat menengah yang memiliki keunggulan dalam bidang kerohanian (sanctitas), pengetahuan (scientia), kesehatan (sanitas), dan komunitas (communitas)
B. Misi
1. Melaksanakan pendidikan iman untuk pengembangan diri seminaris, memperkuat dan meneguhkan panggilan hidup menjadi calon imam katolik.
2. Membimbing seminaris untuk memiliki persekutuan iman dengan Tuhan melalui sakramen ekaristi, cara hidup doa, dan berbagai latihan rohani.
3. Mendampingi seminaris untuk memiliki keunggulan dalam kemampuan akademik di Seminari dan SMA Kolese Gonzaga.
4. Membina seminaris untuk memelihara kesehatan diri dan kelestarian lingkungan hidup melalui cara hidup bersih, sehat, dan rapi.
5. Mengembangkan kompetensi sosial dalam komunitas dan kepedulian terhadap sesama melalui program pengabdian diri kepada masyarakat.
Seminari Wacana Bhakti dan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ)
Tujuan utama Seminari Menengah Wacana Bhakti adalah mempersiapkan kaum muda yang merasa memiliki panggilan menjadi imam dan biarawan supaya di kemudian hari dapat melayani kebutuhan-kebutuhan Gereja Kudus, khususnya di Keuskupan Agung Jakarta.
Bertolak dari pernyataan tentang konteks pembinaan Seminari Menengah Wacana Bhakti, kita menyadari kehadiran Seminari Menengah Wacana Bhakti tidak akan pernah dapat lepas dari hubungan eratnya dengan Keuskupan Agung Jakarta.
Arah Dasar KAJ
“Keuskupan Agung Jakarta sebagai Persekutuan dan Gerakan umat Allah yang berlandaskan Spiritualitas Ekaristis berjuang untuk semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi demi cinta pada Tanah Air dengan nilai-nilai Ajaran Sosial Gereja dalam setiap sendi kehidupan.
‘Karena itu, berdirilah teguh, janganlah goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan’ (1 Kor 15:58).
Bunda Maria dan Santo Yusuf, doakanlah kami!”
(ArDas KAJ 2022-2026)
Keuskupan Agung Jakarta menjadikan Ekaristi sebagai dasar untuk membangun komunitas umat beriman yang lebih luas. Seminari diarahkan pula untuk memperhatikan dan terlibat dalam kepedulian sosial bagi bangsa dan negara Indonesia ini. Dengan demikian berlandaskan semangat Ekaristi, komunitas Seminari diharapkan makin mengasihi, peduli, dan bersaksi demi Gereja dan Tanah air Indonesia tercinta.
Situasi Aktual dan Tantangan Zaman
a. Medan kemajemukan. Seminaris, dalam kapasitasnya sebagai pelajar SMA, secara penuh mengikuti kurikulum pendidikan SMA Kolese Gonzaga, yang di dalamnya terdapat peserta didik dari berbagai kalangan. Sejak awal, para seminaris dibiasakan membangun relasi yang inklusif, universal, lintas suku, agama, budaya, golongan, dan kelas sosial. Dalam keberagaman tersebut, seminaris ditantang untuk terlibat dalam dialog kehidupan dan mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah.
b. Nilai-nilai hidup. Di SMA Kolese Gonzaga, seminaris bergaul dengan teman laki-laki dan perempuan, belajar bersama, dan bersaing secara sehat untuk menjadi yang terbaik di sekolah. Dalam kebersamaan tersebut seminaris dihadapkan pada pilihan-pilihan yang harus dibuat termasuk dalam panggilan sebagai calon imam. Seminaris ditantang untuk terbuka, bijaksana, dan menjadi pribadi yang dewasa.
c. Kekurangan itu bersifat formatif. Di satu sisi, seminaris dimudahkan dalam akomodasi yang dekat dengan sekolah dengan segala fasilitas yang tersedia. Di sisi lain, mereka melihat kawan-kawan datang di antar mobil, menggunakan smartphone, dan tidak terikat waktu. Para seminaris ditantang untuk selalu bersyukur atas panggilan, menerima keterbatasan sebagai bagian dari formasi, dan tekun berusaha untuk tidak larut dalam budaya konsumerisme dan hedonisme.
Empat Pilar
Seminari Wacaha Bhakti adalah seminari menengah, artinya: menyiapkan para seminaris untuk masuk seminari tinggi, sekaligus menyemaikan benih panggilan yang telah mulai di seminari dasar (keluarga).
Benih-benih baik yang telah ditaburkan dalam keluarga para seminaris kiranya terus ditumbuhkembangkan menjadi keutamaan, seperti: iman, pengharapan, dan kasih (keutamaan teologis); menghargai sesama, menghormati orang lain, dan peduli pada yang lemah kecil miskin (keutamaan sosial); dan jujur, terbuka, dan berintegritas (keutamaan pribadi).
Agar seminaris semakin menjadi pribadi yang dewasa, beriman, dan bertanggung jawab, mereka dibentuk oleh empat pilar utama kehidupan seminaris, yaitu: Sanctitas (hidup rohani), Scientia (hidup studi), Sanitas (hidup sehat), dan Communitas (hidup berkomunitas). Empat pilar tersebut disingkat 3S1C.
Penutup
Menarik bahwa paguyuban Umat Allah yang dicita-citakan oleh Keuskupan Agung Jakarta berlandaskan spiritualitas Ekaristi. Dasar yang sama dengan apa yang dicita-citakan oleh Komunitas Seminari Wacana bhakti. Oleh sebab itu, sambil berusaha memperjuangkan nilai-nilai kepedulian pada sesama manusia dan mencintai tanah air, komunitas SWB senantiasa mengandalkan diri pada rahmat dan kasih Allah.
PROFIL LULUSAN
Seminari Menengah Wacana Bhakti menghasilkan pribadi yang:
- Memiliki iman yang mendalam akan Yesus Kristus, Sang Imam Agung. Iman ini diungkapkan dalam Perayaan Sakramen, terutama Ekaristi dan Tobat. Iman itu diwujudkan dengan meneladan Sang Guru dalam kata, sikap, dan perbuatan: berbelara dengan mereka yang lemah miskin sakit dan terpinggirkan.
- Memiliki karakter yang terbuka, jujur, berintegritas, bertanggungjawab, peka dan peduli pada sesama, disiplin, rendah hati, beretika dan beretiket. Seorang yang mawas diri, mengenal dan menerima diri dengan baik. Seorang yang mampu bersyukur atas panggilan hidup, menghargai dan memperjuangkan kehidupan.
- Memiliki kecerdasan baik untuk siap menjalani studi dan menerima tugas perutusan. Mampu bersikap kritis dan reflektif atas pengalaman yang terjadi agar dapat memaknai hidup serta membuat hidup semakin manusiawi.
- Mampu bekerjasama dengan baik dengan orang lain dimana pun berada demi nilai-nilai Kerajaan Allah. Seorang yang mampu menghargai perbedaan dan kebhinekaan di tanah air.