Belajar dari Maria: Menunjukkan Kasih dan Rasa Syukur

Renungan Harian Misioner
Senin dalam Pekan Suci, 25 Maret 2024

Yes 42:1-7; Mzm 27:1.2.3.13-14; Yoh 12:1-11

Bacaan Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang diurapi di Betania. Enam hari sebelum PaskahYesus datang ke Betania,tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.  Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani,sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Di tengah-tengah perjamuan, Maria terdorong oleh kasih dan syukurnya, mengambil setengah kati minyak narwastu yang mahal harganya, lalu mengurapi kaki Yesus dengan minyak itu dan menyekanya dengan rambutnya. Seluruh rumah dipenuhi oleh bau harum minyak wangi itu. Keadaan ini mengingatkan kita akan kontras dengan bau anyir (busuk) mayat Lazarus. 

Yudas Iskariot menilai sikap dan tindakan Maria sebagai pemborosan yang luar biasa: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” (Yoh. 12:5). Mengapa Yudas Iskariot tidak setuju terhadap sikap dan tindakan Maria? Penginjil memberi keterangan bahwa reaksi penolakan Yudas terhadap tindakan Maria bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Yudas memandang tindakan Maria sebagai pemborosan karena keserakahannya. Yudas adalah orang yang sakit hati dan memiliki pemahaman yang keliru tentang apa yang berharga, terutama bagi Tuhan. Yesus menugaskan Yudas untuk mengurus keuangan mereka, tentu saja karena dia berbakat dalam urusan keuangan. Namun, Yudas menggunakan uang yang dipercayakan kepadanya untuk tujuan yang salah dan merugikan. Dia membiarkan keserakahan dan keuntungan pribadi merusak hatinya serta menyesatkan pandangannya terhadap segala sesuatu. Dia bersikap kritis terhadap Maria karena dia memiliki motif-motif yang tidak pantas.

Berhadapan dengan sikap Yudas Iskariot dan orang-orang lain yang mungkin memiliki pikiran dan perasaan yang sama dengan Yudas Iskariot, Yesus menegur mereka: “Biarkanlah dia, supaya ia melakukannya untuk hari penguburan-Ku. Sebab orang-orang miskin selalu ada bersama kamu,tetapi Aku tidak akan selalu bersama kamu” (Yoh. 12:7-8). Dengan membela Maria, Yesus juga menyatakan bahwa Ia membutuhkan kasih dan kepercayaan Maria pada saat orang-orang menolak-Nya dan bersiap-siap untuk membunuh-Nya. Maria melakukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh cinta. Dia mengambil barang paling berharga yang dimilikinya dan membelanjakannya untuk Yesus. Maria sadar bahwa kesempatan untuk mengungkapkan pengabdian kepada Yesus segera akan berakhir. Karena itu, dia memanfaatkan kesempatan yang tersedia. Tindakan Maria dilatarbelakangi oleh cintanya kepada Yesus dan rasa syukurnya atas kemurahan Tuhan. Maria melakukan sesuatu yang tidak pernah akan dilakukan oleh seorang wanita Yahudi di depan umum. Bagi seorang wanita Yahudi yang sudah menikah, membiarkan rambutnya tergerai (terurai) di depan umum merupakan tanda ketidaksopanan yang serius. Maria tidak menyadari semua yang ada di sekelilingnya, kecuali Yesus. Dia tidak memikirkan apa yang orang lain pikirkan, tetapi apa yang menyenangkan Tuhannya. Dengan rendah hati dia membungkuk untuk meminyaki kaki Yesus dan mengeringkannya dengan rambutnya. 

Apa makna tindakan kasih Maria terhadap Yesus bagi kita? Tuhan Yesus menunjukkan kepada kita betapa besarnya kasih-Nya dalam memberikan yang terbaik yang Dia miliki dengan mencurahkan darah-Nya sendiri demi kita. Dia mengurapi kita dengan Roh Kudus-Nya. Rasul Paulus mengatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus Yesus (Rm. 8:39). Apa yang dilakukan Maria tidak hanya mendatangkan keharuman secara jasmani, tetapi juga secara rohani. Perbuatannya yang indah menunjukkan kemewahan cinta, yakni cinta yang tidak dapat kita tandingi. Pada masa Pekan Suci ini, kita secara khusus merenungkan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Yesus rela menderita dan wafat di salib demi keselamatan kita. Yesus pernah bersabda: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang yang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13). 

Pertanyaan refleksi: sejauh mana kita menunjukkan kasih dan rasa syukur kita atas kemurahan Tuhan dalam hidup kita? Marilah kita mohon kekuatan dari Yesus  supaya kita mampu menunjukkan kasih dan rasa syukur kita kepada-Nya sebagaimana yang diteladankan oleh Maria, sekaligus memampukan kita untuk mengendalikan  segala dorongan yang dapat menjadikan kita  seperti Yudas Iskariot.

(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal:Para martir zaman sekarang – Semoga mereka yang mempertaruhkan hidup demi pewartaan Injil di berbagai belahan dunia mengobarkan Gereja dengan keberanian dan semangat misioner mereka.

Ujud Gereja Indonesia: Keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Semoga orang tua dan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus dapat memaknai kehadiran anak mereka sebagai anugerah dan sarana untuk mewujudkan kasih Allah secara istimewa.

Amin

Tinggalkan komentar