Iman di Ambang Batas

Renungan Harian Misioner
Jumat Paskah VII, 7 Juni 2019
Peringatan S. Anne dr S. Bartolomeus
Kis. 25:13-21; Mzm. 103:1-2,11-12,19- 20ab; Yoh. 21:15-19

Membaca kisah Injil Yohanes, rasanya menggemaskan. Yesus bertanya pada Petrus tiga kali berturut-turut, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Sampai hati Petrus merasa sedih. Ketika seseorang menanyakan hal yang sama berulang-ulang, itu sepertinya mengesankan adanya ketidakpercayaan. Tak mengherankan Petrus merasa sedih. Dia yang merasa dirinya benar-benar “mengasihi sang Guru”, merasa diragukan oleh sang Guru itu sendiri. Tapi apakah benar Yesus meragukannya sehingga bertanya sampai tiga kali? Bukankah seperti yang dikatakan Petrus “Engkau tahu segala sesuatu […]” Yesus harusnya tahu segala sesuatu termasuk isi hati Petrus pada-Nya tanpa harus bertanya lagi. Lalu mengapa Dia masih bertanya?

Alkisah seorang pewarta muda memutuskan berjalan kaki di suatu malam untuk mencari ilham mengenai bacaan Injil hari ini, untuk membawakan sebuah renungan. Di tengah jalan ia bertemu seorang nenek yang sedang kepayahan membawa barang. Dia pun menghampiri nenek itu dan membantunya. Nenek itu hendak naik bis. Si pewarta itu pun mengajak si nenek untuk menyeberang menuju halte. Awalnya ia menempatkan dirinya di sebelah kiri dan menuntun nenek itu sambil melambaikan tangan berusaha menghentikan kendaraan yang melaju. Selang beberapa langkah, nyalinya mulai ciut berada di antara kendaraan yang melaju kencang, yang menyisakan tiupan angin yang menggetarkan jiwanya. Tanpa sadar ia mulai bergeser, merapat ke si nenek dan akhirnya berada di belakang si nenek. Dalam kondisi itu, secara refleks si nenek berjalan duluan dan ganti melambaikan tangan untuk menghentikan kendaraan yang akan lewat. Ajaibnya, lambaian tangan si nenek dapat menahan kendaraan-kendaraan yang melaju dan mereka bisa tiba di seberang jalan dengan selamat.

Pulang dari mengantar si nenek, si pewarta muda itu tersadar mengapa Yesus bertanya pada Petrus tiga kali. Yesus telah mengetahui segalanya. Yesus tahu Petrus akan menyangkalnya tiga kali. Yesus juga tahu bahwa Petrus sungguh-sungguh mengasihi-Nya namun iman dapat mengecil dan goyah ketika seseorang berada dalam situasi ambang batas atau “terancam”. Dan itulah yang terjadi pada Petrus. Itu pula yang terjadi padanya malam itu. Ia memiliki iman yang teguh bahwa menolong sesama berarti juga mengasihi Tuhan. Ia pun melakukannya dengan berani, setegas Petrus saat mengatakan bahwa ia sungguh mengasihi sang Guru. Namun, imannya kemudian goyah saat berada di tengah jalan, di antara deru kendaraan yang melaju dengan cepat dan terpaan angin kencang yang membangkitkan kesadarannya akan risiko ditabrak dan bahaya kematian. Saat itu, ia terlupa bahwa seharusnya ia tak perlu takut karena apapun yang dihadapinya, ada Tuhan menyertai langkahnya. Petrus juga mengalami hal yang sama ketika menyangkal Yesus.

Pengakuan akan kasih terhadap Tuhan saja tidak cukup. Ketika kita mencintai Tuhan, apakah itu hanya sekedar “rasa” atau “emosi” ataukah secara konkret dapat kita buktikan melalui iman kita pada Tuhan yang dapat tercermin dari tingkah laku dan perbuatan nyata di kehidupan kita? Iman bukan sesuatu yang mati, tetapi hidup. Untuk segala sesuatu yang hidup, ia dapat bergerak, berubah bentuk, bertumbuh dan juga menyusut. Mari kita mohon rahmat Tuhan agar iman kita dapat bertumbuh dan semakin kokoh terutama di saat kita berada dalam keadaan sulit, di “ambang batas”.

(Angel – Karya Kepausan Indonesia)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Evangelisasi:

Teladan Hidup Para Imam: Semoga para imam, karena kesaksian hidup mereka yang sederhana dan rendah hati, dapat melibatkan diri secara aktif dalam aksi solidaritas terhadap mereka yang paling menderita dan miskin. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia:

Kegalauan orang Muda: Semoga Gereja semakin bersedia menyediakan sarana dan kegiatan, tempat kaum muda dapat menyibukkan diri dalam kerja dan karya yang bermanfaat bagi masyarakat untuk mengelola kegalauan yang mengancam mereka. Kami mohon…

Ujud Khusus:

Semoga umat di Keuskupan kami mendampingi gairah orang muda secara penuh hikmat sehingga mampu memilah dan memilih studi, pekerjaan, maupun kegiatan yang bermakna bagi diri sendiri, keluarga, Gereja dan masyarakat. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan komentar