Ingin Jadi Gadis Bodoh atau Bijak?

Renungan Harian Misioner
Minggu, 08 November 2020
HARI MINGGU BIASA XXXII

Keb. 6:13-17; Mzm. 63:2,3-4,5-6,7-8; 1Tes. 4:13-18 (1Tes. 4:13-14); Mat. 25:1-13

Kerajaan Allah yang selama ini Yesus hadirkan lewat sabda dan karya-Nya, akan mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang, saat Ia datang lagi sebagai “Sang Pengantin”. Kerajaan Allah itu digambarkan sebagai sebuah pesta nikah: ada suka-cita mengiringi Pengantin yang memasuki “hidup baru”. Akankah kita cukup siap untuk ikut ke ruang pesta itu?

Sepuluh gadis menjadi tokoh cerita: lima yang bijak dan lima yang bodoh. Akhir Zaman biasanya dilukiskan juga sebagai saat pemisahan (bdk. Mat. 25:31-46). Mari kita berfokus pada tiga tokoh utama: sang pengantin, kelima gadis yang bijak, dan kelima gadis yang bodoh. Ketiganya mewariskan tiga pesan. Pertama, si Pengantin yang jelas menunjuk pada Kristus yang akan datang kembali, pada saat-Nya nanti. Dalam dua cerita sebelumnya, kedatangan Kristus diumpamakan seperti kedatangan pencuri yang tak terduga (24:43-44) atau seorang tuan yang datang terlalu cepat, di luar perkiraan hambanya (24:45-51). Dalam cerita ini tekanannya bukan pada ciri tak terduga atau terlalu-cepat, tetapi pada penundaan alias kedatangan yang terlambat. Penundaan memang mudah membuat orang lengah. Padahal penundaan itu menguji kesiapan dan daya-tahan. Penundaan seharusnya membuat Saya dan Anda selalu siap untuk menyambut kedatangan-Nya, kapanpun waktu dan saatnya. Penundaan itu berarti juga perjuangan hidup beriman kita di dunia ini diperlama. Kita ditantang untuk bertekun dalam kerutinan dan perjuangan hidup harian.

Kedua, kelima gadis yang bijak melambangkan kaum beriman yang selalu mempersiapkan diri. Mereka “bijaksana” sebab melihat ke depan dan siap (ay. 10). Mereka insyaf akan dekatnya akhir zaman, dan karena itu selalu berjaga-jaga dan siap untuknya. Tidak perlu mencap mereka egois karena tidak berbagi minyak. Justru penolakan mereka untuk berbagi memberi pesan penting: persiapan untuk hari kedatangan Tuhan adalah tanggung-jawab pribadi setiap orang dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain! Masing-masing harus selalu siap dengan pelita yang bernyala. Kualitas murid seperti ini sudah Yesus tandaskan dalam Khotbah di Bukit, “hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat. 5:16). “Terang/bernyala” adalah simbol perbuatan-perbuatan baik dan sikap moral yang tepat (bdk. Mrk. 4:21; Luk. 11:33).

Ketiga, kelima gadis yang bodoh melambangkan kaum beriman yang tidak siap. Mereka tidak berjaga-jaga, bukan karena mereka tertidur (lima gadis yang bijak juga tertidur!) melainkan karena mereka bodoh: mereka tidak sungguh siap untuk hari kedatangan Tuhan. Saat kedatangan Kristus itu tertunda, mereka kehabisan minyak. Iman mereka berkobar hanya di awal pertobatan, tetapi meredup dan padam dalam perjalanan dan perjuangan hidup yang panjang. Pada saat Tuhan akhirnya datang, mereka tidak siap. Kalaupun akhirnya berhasil membeli minyak, mereka tetap terlambat. Pintu perjamuan surgawi sudah tertutup rapat. Permohonan “Tuhan-Tuhan…” tidak membuat mereka dikenal Tuhan. Pintu Surga tidak dibuka oleh kata-kata, tetapi oleh pelaksanaan sabda Tuhan sepanjang jalan kehidupan.

(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Evangelisasi:

Intelegensi artifisial: Semoga kemajuan teknologi robotik dan intelegensi artifisial dapat dikendalikan demi tujuannya yang luhur, yakni melayani dan mengabdi manusia serta kemanusiaan. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia:

Para ayah: Semoga para ayah tetap menginsyafi kewibawaan dan kebijaksanaannya sebagai kepala keluarga di tengah arus sosial yang menggerus kehidupan keluarga zaman ini. Kami mohon…

Ujud Khusus:

Kami persembahkan seluruh umat di Keuskupan kami untuk bersedia menjadi pejuang keadilan di setiap tempat tinggal dan karyanya. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan komentar