Renungan Harian Misioner
Minggu, 17 Januari 2021
HARI MINGGU BIASA II
1Sam. 3:3b-10,19; Mzm. 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10; 1Kor. 6:13c-15a,17-20; Yoh. 1:35-42
“Kesaksian-berantai”: mungkin itu judul yang tepat untuk injil hari ini. Coba perhatikan: Yohanes bersaksi tentang Yesus. Kesaksiannya itu menghantar kedua muridnya kepada Yesus. Mereka berpindah panutan: dari guru kepada Mesias. Lalu kesaksian Andreas menghantar Simon saudaranya kepada Yesus. Akhirnya, kesaksian Filipus menghantar Natanael kepada Yesus. Pola kesaksiannya sama, hanya cara-caranya berbeda. Dengan demikian, cerita ini menjadi cermin untuk berkaca dan mensyukuri tahap-tahap perjalanan iman kita juga. Bagaimana kita dahulu mengimani Yesus?
Tentu saja Saya dan Anda sampai pada iman kepada Kristus karena mendengar pewartaan orang lain. Allah memanggil dan menyapa kita melalui pewartaan dan kesaksian para pendahulu kita dalam iman, seperti: orang-tua, guru, pengajar, teman, kerabat, dll. Itulah tahap awal iman kita. Sebuah langkah mendasar yang diharapkan untuk terus bertumbuh-kembang. Perhatikan gerak-pencarian kedua murid Yohanes: mereka mendengar lalu pergi mengikuti Yesus (ay. 37). Mendengar tentang Kristus saja tidak cukup. Orang harus sampai pada tindakan nyata untuk mengikuti-Nya.
Jika sudah mulai mengikuti-Nya, Saya dan Anda harus siap dengan langkah berikutnya untuk menjawab pertanyaan Yesus: “Apa yang kamu cari?” Inilah kalimat pertama Yesus dalam injil Yohanes, pertanyaan yang akan terus Ia ajukan kepada kita yang sudah mengikuti-Nya. Selanjutnya, tahap pencarian iman para murid berpola: datang – melihat – tinggal bersama Yesus (ay. 39). Kita ditantang untuk sampai pada pengalaman “tinggal-bersama” Yesus: membiarkan Dia menyapa, memandang dan ‘mempertanyakan’ kita. Pengalaman iman ini sifatnya khas, personal bukan massal. Tanpa pengalaman “disapa secara khusus dan mendalam” seperti ini, iman kita masih di permukaan. Tanpa pengalaman iman ini, kita tetap saja berhenti pada tahap ‘orang beragama’, tanpa sungguh menjadi ‘insan beriman’. Kemuridan kita masih bersifat gerombolan, belum perorangan.
Injil hari ini juga memperlihatkan bahwa menjadi murid Tuhan itu adalah proses yang berkembang dan tidak seragam. Ada yang spontan mengikuti Yesus (seperti dua murid Yohanes). Ada yang ragu-ragu dan perlu diyakinkan dahulu dengan ‘mukjizat’ agar percaya (seperti Natanael). Ada yang membiarkan dirinya dituntun oleh orang lain tanpa banyak bicara, tetapi langsung terlibat dan diberi peran (seperti Petrus). Pelbagai pengalaman-iman seperti ini dapat juga Saya dan Anda alami dalam hidup ini. Pengalaman-pengalaman itu tidak perlu selalu mulus dan jelas terumuskan atau terungkap dalam kata dan kalimat. Sapaan dan panggilan Tuhan selalu khas dan pribadi. Semuanya itu harus kita syukuri.
Tentu saja menjadi murid Yesus tidak hanya bersifat personal. Kemuridan juga bermatra sosial dan berciri gerejani. Kita menjadi murid Kristus tidak hanya demi kesempurnaan diri dan keselamatan pribadi. Pada gilirannya, pengalaman iman menjadi murid Yesus itu harus kita bagikan, demi menumbuhkan dan mengembangkan iman sesama. Itulah inti pesan Injil hari ini: Iman harus bermuara pada kesaksian. Beriman berarti juga membawa dan menghantar orang lain kepada Yesus, lewat perkataan dan perbuatan, lewat pewartaan dan teladan hidup.
(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Evangelisasi:
Persaudaraan antarsesama manusia: Semoga Tuhan menganugerahi kita rasa persaudaraan yang kuat agar kita bisa hidup berdampingan bersama saudara-saudara kita yang berlainan agama dengan saling terbuka dan mendoakan. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia:
Solidaritas masyarakat: Semoga, kita sebagai bangsa, dapat melanjutkan dan makin mengembangkan solidaritas, terlebih bagi mereka yang miskin dan menderita oleh karena wabah Covid-19. Kami mohon…
Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:
Perkenankanlah kami mempercayakan seluruh tahun ini dalam cinta-Mu, sebagaimana nampak dalam persembahan diri Santo Yoseph, yang menyertai Bunda Maria dalam memelihara Sang Putera, dalam pelbagai duka derita maupun sukacita di Nasaret. Kami mohon…
Amin