Misionaris: Menghadirkan Wajah Allah yang Murah Hati

Renungan Harian Misioner
Senin Prapaskah II, 01 Maret 2021
P. S. David

Dan. 9:4b-10; Mzm. 79:8,9,11,13; Luk. 6:36-38

Para Sahabat Misioner yang terkasih: Shalom! Selamat memasuki hari pertama dalam Bulan Maret 2021, yang dalam Kalender Liturgi kita, masih termasuk ke dalam Masa Persiapan Paskah Pekan II hari kedua. Firman Tuhan pada hari ini, mengundang kita semua, untuk menghadirkan Allah, sebagai “Bapa yang murah hati.” Dan sebagai test-case untuk ini, sekali lagi Firman Tuhan mengajak kita untuk belajar dari Daniel dan dari Pemazmur.

1.Allah Bapa sebagai Model untuk sikap & perilaku murah hati
Dalam 3 ayat Injil Lukas ini (Luk. 6:36-38), Yesus memperkenalkan Allah, Bapa-Nya, sebagai “Bapa yang murah hati.” Setelah promulgasi tentang Allah yang ber-hati Bapa, Allah yang maha rahim itu,- Yesus lalu mengundang para pendengar-Nya untuk mengikuti teladan Bapa-Nya di dalam upaya untuk membangun suatu kehidupan yang sempurna.

Perilaku atau tindakan “murah hati” sebagai upaya untuk menghadirkan “wajah belas-kasih dari Allah Bapa” tersebut, harus terwujud dalam empat hal: penghakiman, penghukuman, pengampunan, dan dalam tindakan amal-kasih. Keempatnya dalam praktiknya, selalu akan terkat dengan (a) relasi atau hubungan dengan sesama manusia. Sekalipun demikian, perilaku dengan nilai-nilai seperti tersebut di atas (b) harus mengalir dari kedalaman iman seseorang atau dari hubungan dengan Allah. Panitia APP Nasional, telah melihat hal ini, dan merumuskannya menjadi tema APP Nasional Tahun 2021: “SEMAKIN BERIMAN – SEMAKIN SOLIDER.”

Ber-IMAN merupakan perilaku yang menggambarkan hubungan seseorang secara vertikal, yakni dengan Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, di sisi spiritualitas. Sedangan Ber-SOLIDER merupakan uraian tentang hubungan seorang kaum beriman dengan sesamanya, di sisi “caritas” dalam hal perilaku, sikap dan tindakan. Pada keempat hal ini, yakni hukuman, penghakiman, pengampunan dan amal-kasih inilah, Yesus meminta saudara dan saya untuk belajar dari Allah sebagai “model” atau “contoh hidup”.

Maksudnya, supaya dapat menghakimi dengan jujur, seseorang harus mengalami “penghakiman” tersebut dari sisi-tilik ilahi atau spiritualitas. Begitu juga dengan hukuman, dengan pengampunan, dan dengan pemberian yang merupakan wujud solidaritas. Semua ini harus mengalir dari hubungan dengan Allah. Seperti misalnya soal pengampunan, hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia itu, ditegaskan dalam doa “Bapa kami,” melalui ungkapan “ampunilah kami, seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami” (Mat. 6:12). Atau contoh lain tentang perilaku amal kasih dalam hal pembebasan hutang-piutang. Contoh ini kita temui dalam Injil Matius 18:32-33. Demikian, ketika seseorang mengalami penghakiman, hukuman, pengampunan atau penghapusan utang dari relasinya dengan Allah (ranah spiritual), orang itu akan mempunyai “pengalaman iman” yang dapat membantunya untuk menerapkan pengalaman imannya itu pada “ranah caritas” yang terkait hubungannya dengan sesama manusia.

2. Pengalaman Pemazmur dan Daniel
Ketika relasi seseorang dengan Allah (= Aspek Spiritualitas) bermasalah, maka dapat dipastikan bahwa relasinya dengan sesama (= Aspek Caritas) orang itu pasti bermasalah juga, atau menjadi sulit untuk diwujudkan. Kasih yang mengalir dari Allah menjadi “terhalang”, dan dengan demikian orang yang mengalami hambatan ini, pada gilirannya tidak akan mampu menjadi “saluran kasih” dari Allah kepada sesamanya. Daniel mengalami persoalan ini, yang menimpa Umat Allah, bukan lagi secara perorangan, melainkan secara kolektif-komunal sebagai persoalan sebuah bangsa. Karena itu, Daniel menyerukan pertobatan yang harus berlaku secara kolektif-komunal, di mana semua Umat Allah harus terlibat : mulai dari rajanya, berikut para pemimpinnya, dan terus sampai kepada para kepala keluarga-keluarga Umat Allah. Semua orang dari Umat Allah baik di Israel maupun di Yehuda, harus bertobat atau kembali kepada Allah. Karena hanya pada Allah sajalah ada belas-kasih dan pengampunan, (Dan. 9:8). Untuk dapat menjadi penyalur kasih dan kemurahan hati kepada sesama manusia, orang-orang harus lebih dahulu mengalami kasih dan kemurahan hati tersebut, yang hanya ada dalam “relasi dengan Allah” (= Aspek Spiritualitas). Dan, hanya pada Allah sajalah tersedia kasih, pengampunan dan kemurahan hati tersebut (Dan. 9:9).

Seperti halnya Daniel, yang melihat Allah sebagai dasar dan sumber kasih plus kemurahan hati tersebut, maka kembali kepada Allah (= bertobat) menjadi satu-satunya pilihan yang dapat dimanfaatkan. Pemazmur menegaskan tentang salah satu karakter kemurahan hati yang ada Allah, yang dapat membantu manusia untuk pembaruan relasi dengan Allah dan dengan sesamanya ini, adalah bahwa “Tuhan tidak memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita” (Bdk. Yun. 4:2).

Pemazmur juga tidak melihat jalan lain di luar relasi dengan Allah. Karena itu, Pemazmurpun mengajak Umat Allah, untuk membarui relasi mereka dengan Allah, agar dengan demikian, relasi di antara mereka satu sama lain bisa dipulihkan juga. Dan apabila pemulihan itu sudah dikerjakan oleh Tuhan, ungkapan hati yang harus tumbuh dari umat adalah bersyukur dan memuji-muji Allah (Mzm. 79:8.9.11 dan 14).

Demikian, kita melihat bahwa baik Daniel maupun Pemazmur menemukan bahwa hanya pada Allah sajalah tersedia pengampunan dosa dan pemulihan jiwa dan raga manusia. Maka kembali kepada Allah (bertobat dan mengakui kesalahan di hadapan Tuhan) merupakan satu-satunya pilihan yang mungkin. Ketika manusia berani mengambil pilihan seperti ini, maka Spiritualitas-nya akan dibarui, dan begitupun Caritas-nya. Semoga Pekan II Masa Persiapan Paskah ini, boleh menjadi momentum yang kita manfaatkan semaksimal mungin, untuk membarui relasi kita dengan Allah dan sesama. Dan bukti bahwa relasi kita dengan Allah itu sudah dipulihkan, ada pada relasi dengan sesama, yaitu bahwa kita mampu menghadirkan “wajah belas kasih Allah” kepada sesama kita. Amin (RMG).

(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Evangelisasi:

Sakramen rekonsiliasi: Marilah kita berdoa agar melalui sakramen rekonsiliasi, kita membarui diri lebih dalam, sehingga dapat merasakan belaskasih Allah yang tiada batasnya. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia:

Perhatian pada yang pokok: Semoga umat katolik selalu belajar untuk lebih memperhatikan hal-hal yang pokok, baik jiwa maupun raga. Kami mohon…

Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:

Dalam bulan yang dipersembahkan kepada Santo Yoseph ini, izinkanlah kami mendapat Roh, yang terbuka untuk mendengarkan Kehendak-Mu, supaya dapat mengabdi Keluarga Kudus. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s