Renungan Harian Misioner
Rabu Prapaskah V, 24 Maret 2021
P. S.Katarina dari Swedia
Dan. 3:14-20,24-25,28; MT Dan. 3:52,53,54,55,56; Yoh. 8:31-42
“Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh. 8:31-32)
Raja Nebukadnezar sangat marah kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego sebagai pimpinan pemerintahan Babel, karena mereka menolak untuk memuja dewa dan menyembah patung emas setinggi 60 hasta, lebarnya 6 hasta berada didataran Dura, wilayah Babel. Luar biasa keberanian mereka melawan kekuasaan raja, lebih memilih Tuhan, takut kepada Tuhan daripada harus menyembah berhala.
Mereka dalam keadaan terikat dimasukkan kedalam perapian yang menyala dengan suhu panas yang sangat amat tinggi. Orang-orang yang menggotong mereka mati terlebih dahulu karena panasnya api. Sadrakh, Mesakh dan Abednego jatuh kedalam perapian yang bernyala tetapi mereka percaya penuh bahwa pertolongan Tuhan akan datang bagi mereka. Mereka percaya dengan kehilangan nyawa, Tuhan akan menyelamatkan nyawa mereka. Iman mereka menjadi kenyataan, Tuhan mengutus seorang malaikat penolong.
Raja terkejut karena ia melihat bukan tiga orang tetapi empat orang yang berjalan-jalan di tengah perapian itu dalam keadaan hidup. Kemudian raja menyuruh mereka keluar dari perapian, semua pejabat kerajaan melihat Sadrakh, Mesakh dan Abednego masih utuh. Tidak sedikit pun tubuh mereka terkena luka bakar. Saat itulah raja menjadi percaya kepada Allah, yang mengutus seorang malaikat yang dilihatnya menyerupai dewa.
Apakah kita yang hidup di masa kini, berani mempertaruhkan hidup demi Allah? Berani bersaksi untuk kemuliaan Allah, supaya orang lain percaya kalau kita memiliki Allah yang luar biasa? Mungkin lebih sering kita kurang iman. Iman kita menjadi kendor di tengah penganiayaan. Salib atau Rosario di mobil kita turunkan saat terjadi huru-hara di jalan. Tidak berani berdoa membuat tanda salib saat kita berada di tengah kumpulan orang non katolik. Seringkali kita takut dikatakan fanatik. Lebih memilih yang aman saja. Bebas berbuat semaunya yang menurut kita benar, bukan yang benar menurut Tuhan.
Yesus berusaha menyampaikan kepada orang-orang Yahudi yang mengaku sebagai anak-anak Abraham, bahwa firman-Nya adalah kebenaran. Yesus mengingatkan mereka, jika mereka mengaku sebagai anak-anak Abraham, seharusnya mereka melakukan apa yang dilakukan Abraham yaitu menyembah Allah. Tetapi yang mereka lakukan sebaliknya yaitu mau membunuh Yesus anak Allah. Mereka inilah yang dikategorikan orang-orang fanatik dan tidak berani mengambil risiko sebagaimana yang diperbuat Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Yang berani bertindak atas kebenaran, yang akhirnya beroleh kemerdekaan.
Memang sebuah keyakinan tidak dapat dipaksakan, namun pandangan yang sempit dapat menjadi penghalang bagi kita untuk menerima sebuah kebenaran. Sebagai pengikut Kristus, mari kita kembali merenungkan apakah iman kita membuat kita berhenti pada kefanatikan saja atau dengan ber-iman kita diajak mampu berpandangan luas. Sebagai anak-anak Bapa yang mencintai Yesus, kita diundang untuk bersikap dan berperilaku sebagaimana yang diajarkan Yesus yaitu hukum yang terutama yang tertulis dalam Injil Sinoptik Mat.22:37-40, Mrk.12:29-31, Luk.10:27. Jika dasarnya adalah kasih, kita akan berani mengambil risiko demi cinta kasih itu. Kita berani mengambil risiko demi iman kristiani bukan sebatas sikap fanatik.
Beriman, percaya penuh seperti yang dilakukan Abraham. Saat ini, kita yang beriman kristiani diajak menerima dan percaya akan Sabda Sang Putera yang berasal dari Bapa. “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dia-lah yang mengutus Aku” [Yoh. 8:42]
Kita dipanggil untuk bersikap dan berperilaku sebagai umat kristiani yang memiliki dasar kasih dalam membina relasi dengan sesama dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat.
(Alice Budiana – Komunitas Meditasi Katolik Ancilla Domini, Paroki Kelapa Gading – KAJ)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Evangelisasi:
Sakramen rekonsiliasi: Marilah kita berdoa agar melalui sakramen rekonsiliasi, kita membarui diri lebih dalam, sehingga dapat merasakan belaskasih Allah yang tiada batasnya. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia:
Perhatian pada yang pokok: Semoga umat Katolik selalu belajar untuk lebih memperhatikan hal-hal yang pokok, baik jiwa maupun raga. Kami mohon…
Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:
Dalam bulan yang dipersembahkan kepada Santo Yoseph ini, izinkanlah kami mendapat Roh, yang terbuka untuk mendengarkan Kehendak-Mu, supaya dapat mengabdi Keluarga Kudus. Kami mohon…
Amin