ALLAH Yang Peduli Pada Manusia

Renungan Harian Misioner
MINGGU PALMA, 28 Maret 2021

Yes. 50:4-7; Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24; Flp. 2:6-11; Mrk. 14:1 – 15:47 (atau lebih singkat Mrk. 15:1-39)

Warna umum Kisah Sengsara versi Markus adalah Yesus yang menderita sendirian dan ditinggalkan oleh semua. Penderitaan Yesus dalam injil ini pun umumnya lebih ‘sadis’ bila dibandingkan dengan injil Matius dan Lukas, apalagi Yohanes. Ada beberapa pokok yang patut kita renungkan.

Pertama, Yesus secara resmi diadili, baik oleh petinggi Yahudi (Mahkamah Agama) maupun penguasa Romawi (Pilatus). Tuduhan terhadap Yesus dari petinggi Yahudi bersifat religius: Dia menghujat Allah, karena mengakui diri-Nya sebagai Mesias, Anak Allah. Pengadilan Romawi berfokus pada tuduhan politis terhadap Yesus sebagai ‘Raja orang Yahudi’. Meskipun Pilatus tahu bahwa Yesus tidak bersalah, dia akhirnya tetap menyalibkan Yesus. Jadi, baik otoritas keagamaan maupun politis bertindak tidak adil terhadap Yesus. Yesus senasib dengan semua korban hukum dan peradilan yang tidak adil dan dapat dibeli.

Kedua, tidak ada seorangpun teman, murid atau kerabat Yesus yang berada di kaki salib. Hanya ada para lawan yang bergiliran mengolok-olok Dia, yaitu: orang-orang yang lewat, para petinggi agama Yahudi, dan kedua penjahat yang disalibkan bersama Dia. Yesus senasib dengan ribuan orang, dulu dan kini, yang harus memikul salib sendirian, tanpa satupun  yang peduli. Ia solider dengan semua orang yang ditinggalkan, diolok  dan ditolak sesama, teman bahkan keluarganya sendiri, karena iman mereka.

Ketiga, Yesus mengawali dan mengakhiri hari-hari penderitaan-Nya dengan berdoa. Di Getsemani, Dia berdoa agar dibebaskan dari penderitaan, tetapi tetap berserah pada kehendak Bapa. Di salib, Dia berdoa karena merasa ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Dalam injil Markus, Bapa tampaknya tidak menjawab doa-doa Anak-Nya ini sebelum Dia wafat!  Yesus solider dengan semua orang yang merasa kesepian, yang merasa ditinggalkan oleh semua, bahkan oleh Tuhan. Ia senasib dengan Saya dan Anda dikala doa-doa kita terasa percuma dan tidak mendapat jawaban!

Keempat, Kisah Sengsara memperlihatkan bahwa baik dalam hidup maupun dalam wafat-Nya, Yesus menghadirkan Allah yang “memberi diri-Nya” bagi manusia. Markus memperlihatkan bagaimana hal ini tidak mudah, bahkan bagi Yesus sendiri. Yesus diakui sebagai Anak Allah hanya setelah wafat, setelah Dia menjalani penderitaan-Nya secara penuh. Yesus solider dengan semua pengikut-Nya yang berjuang untuk tetap bertahan dalam iman; mereka yang berjuang memikul salib kehidupan, yang berjuang untuk tetap – dalam segala kekurangan dan keterbatasan- memberi diri bagi sesama.

Bagaimana mungkin Kisah Sengsara dapat menjadi Kabar Gembira? Mengapa salib justru menjadi tanda kemenangan kita? Karena peristiwa salib memperlihatkan Allah yang peduli dan mengalami nasib serta perjuangan kita. Di jalan salib-Nya, Yesus menghadirkan Allah yang turut merasakan penderitaan dan pergulatan kita. Dalam diri Yesus, Allah tidak saja menjadi manusia, tetapi menjadi manusia yang terlibat dan bergulat  melawan serta mengatasi pelbagai cobaan, kesukaran, penolakan, ketidak-adilan dan penderitaan. Itulah Injil, Kabar Baik, yang diberitakan dari Salib. Kita mengimani Allah yang memahami hidup kita sedalam-dalamnya, karena Ia juga mengalami hidup kita sepenuh-penuhnya!

(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Evangelisasi:

Sakramen rekonsiliasi: Marilah kita berdoa agar melalui sakramen rekonsiliasi, kita membarui diri lebih dalam, sehingga dapat merasakan belaskasih Allah yang tiada batasnya. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia:

Perhatian pada yang pokok: Semoga umat Katolik selalu belajar untuk lebih memperhatikan hal-hal yang pokok, baik jiwa maupun raga. Kami mohon…

Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:

Dalam bulan yang dipersembahkan kepada Santo Yoseph ini, izinkanlah kami mendapat Roh, yang terbuka untuk mendengarkan Kehendak-Mu, supaya dapat mengabdi Keluarga Kudus. Kami mohon…

Amin

Satu respons untuk “ALLAH Yang Peduli Pada Manusia

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s