Renungan Harian Misioner
Rabu dalam Oktaf Paskah, 07 April 2021
P. Yohanes Baptista de la Salle
Kis. 3:1-10; Mzm. 105:1-2,3-4,6-7,8-9; Luk. 24:13-35
Perjalanan pulang biasanya sungguh menyenangkan. Tetapi berbeda halnya dengan perjalanan dua orang murid Yesus menuju Emaus. Mereka berjalan pulang dengan muka muram dan diliputi dengan kekecewaan. Dari percakapan mereka di tengah jalan tampak kalau mereka telah kehilangan harapan. Yesus yang mereka pandang sebagai Mesias yang berkuasa baik dalam perkataan maupun perbuatan telah mati dengan cara yang sangat hina. Mesias menjadi tidak berdaya di tangan manusia. Inilah sesungguhnya cara pandang yang keliru. Mereka melihat salib bukan sebagai saat pemuliaan-Nya, melainkan sebagai tragedi. Itu sebabnya Yesus menegur mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu yang telah dikatakan para nabi. Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk dalam kemuliaan-Nya?”
Tragedi salib rupanya membuat mata mereka tidak dapat melihat kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka. Mereka melihat Dia justru sebagai orang asing yang tidak diketahui dari mana datangnya. Mereka bercakap-cakap tentang Yesus dan apa yang terjadi dengan-Nya, tetapi mereka tidak tahu jika lawan bicaranya adalah Yesus sendiri. Ini terjadi karena mereka tidak memahami isi KiIab Suci yang berbicara tentang siapa Dia. Misteri tentang Tuhan hanya dapat dimengerti melalui Kitab Suci dan Kitab Suci tidak mungkin bisa dimengerti tanpa revelasi ilahi. Terbukti, hati mereka baru menjadi berkobar-kobar setelah Yesus menjelaskan isi Kitab Suci.
Hati yang berkobar-kobar merupakan pertanda bahwa mereka mulai mengenal siapa diri-Nya. Pengenalan yang semakin sempurna akan Dia bermula ketika mereka mengundang Yesus untuk tinggal bersama. Dalam kebersamaan itulah terjadi sebuah revelasi. Yesus yang mereka undang sebagai tamu kini menjadi tuan rumah yang memecahkan roti untuk dibagikan kepada mereka. Saat itulah mata mereka terbuka dan mereka mengenal Yesus. Pengalaman akan Yesus yang telah bangkit, walaupun amat singkat, akhirnya membuat mereka pulang kembali ke Yerusalem, tempat di mana seharusnya mereka berada. Mereka kini menjadi manusia baru yang menyuarakan berita penting bahwa Yesus bukan sekedar tokoh besar dan heroik di masa lalu, melainkan benar-benar pribadi yang tetap hidup dan berkuasa di masa sekarang ini: “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”.
(RP. Anton Rosari, SVD – Imam Keuskupan Bogor)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Evangelisasi:
Hak asasi: Kita berdoa bagi mereka yang mempertaruhkan hidupnya dengan memperjuangkan hak asasi di bawah kepemimpinan yang diktator, rezim otoriter dan bahkan negara demokrasi yang sedang krisis. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia:
Para petugas bidang kesehatan: Semoga para petugas medis dan para peneliti bidang kesehatan dikaruniai keutamaan untuk selalu waspada, siap sedia, serta rela menolong sesama, terlebih dalam situasi darurat kesehatan. Kami mohon…
Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:
Perkenankanlah kami dilimpahi rahmat, seperti Santo Yoseph, untuk mengimani Sang Putera, yang diutus untuk memulihkan Kerajaan Allah, sampai menderita, Wafat dan Bangkit melampaui segala kenyamanan dunia. Kami mohon…
Amin