Renungan Harian Misioner
Minggu, 02 Januari 2022
HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Hari Anak Misioner Sedunia ke-179
Yes. 60:1-6; Mzm. 72:1-2,7-8,10-11,12-13; Ef. 3:2-3a,5-6; Mat. 2:1-12
Kisah para Majus digerakkan oleh pertanyaan: “Dimanakah Dia, Raja Orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?” (ay. 2). Herodes juga bertanya: dimana Mesias akan dilahirkan. Imam Kepala dan ahli Taurat memberikan jawaban setelah “bertanya” kepada Alkitab! Itulah pokok pertama Injil hari ini. Kita adalah manusia pengembara dan peziarah, yang selalu bertanya dan mencari dimana Tuhan berada. Dalam Matius 1, Yusuf menjadi teladan, mewakili pencarian kaum Yahudi. Malaikat meyakinkan Yusuf bahwa Tuhan ada dalam rahim tunangannya. Ia hanya perlu mengakui dan menerima Pemberian Allah itu, sehingga Yesus sekaligus menjadi Anak Daud. Dalam Matius 2 ini, para Majus menjadi teladan, yang mewakili pencarian kaum bukan-Yahudi. Mereka adalah para “pendahulu” kita yang berziarah ke Yerusalem untuk mencari dan menemukan Yesus di Betlehem. Dahulu disebut Pesta Tiga Raja, sekarang Epifani: Penampakan Tuhan. Tekanan bergeser dari upaya manusia yang mencari, kepada perkenanan Tuhan untuk dicari dan ditemukan.
Kedua, Tuhan berkenan ditemukan oleh mereka yang mencari-Nya. Ia hadir sebagai anugerah, pemberian Allah dalam rupa “Anak” (ay. 8, 9 dan 11). Matius melukiskan-Nya secara paradoksal. Di satu pihak, si Anak ini pasif saja. Ia tidak bicara dan menuntut apa-apa. Dia diam dan menunggu: siap menerima siapa saja yang mencari dan menyembah-Nya. Di lain pihak, Ia juga diberi gelar-gelar hebat: Raja Orang Yahudi, Mesias/Kristus: seorang pemimpin dan gembala umat Israel (ay. 2, 4, 6). Tersirat pesan politik: Herodes memang dapat memerintah atas tanah Yudea (ay. 1), tetapi Sang Anaklah yang akan memerintah atas “orang Yahudi/Umat Israel” (ay. 2 dan 6). Sang Anak itulah Mesias yang diurapi Allah, bukan Herodes yang hanya raja-boneka buatan Kaisar. Sang Anak itulah Pemimpin bergaya-gembala ala Daud, bukan Herodes si raja keturunan Idumea yang gila kuasa dan haus darah. Kerajaan Allah berbeda total dengan Kerajaan dunia.
Ketiga, Yesus adalah Terang yang datang ke dalam dunia yang gelap. Para Majus dituntun oleh bintang-Nya ke Yerusalem dan Betlehem. Jelas itu bukan bintang biasa. Tidak perlulah berteori tentang gejala astronomi. Matius sedang berteologi, mirip pewartaan Yohanes: Yesus adalah Terang bagi dunia. Kegelapan (Herodes) ingin membinasakan sang Terang. Mereka yang melekat pada jabatan dunia (Ahli Taurat dan Imam kepala) mencurigai dan tidak mau datang kepada Terang. Sebaliknya, orang Majus datang kepada sang Terang, karena Dialah “Terang bagi bangsa-bangsa” dan sumber sukacita bagi mereka (ay. 10. Bdk. Yes 60:1-6, Bacaan pertama). Mereka mengajar kita bahwa: mencari harus bermuara pada adorasi. Menyembah Tuhan berarti juga memberi Dia apa yang terbaik dari kita. Setelah bertemu dengan Tuhan mereka pulang melalui jalan lain. Mereka sudah menjadi manusia lain: manusia yang sudah berjumpa dengan Sang Terang. Maka, mereka pulang tanpa perlu lagi tuntunan bintang. Merekalah bintang-Nya, karena sudah mengalami Sang Terang dan kini siap membagi-Nya kepada sesama. Adorasi sejati pasti berbuah pada misi.
(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Persaudaraan sejati
Kita berdoa untuk mereka yang menderita karena perundungan dan diskriminasi agama; semoga hak asasi dan martabat mereka diargai karena sesungguhnya kita semua bersaudara sebagai umat manusia. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia: Menangkal hoaks
Kita berdoa, semoga di tengah simpang-siurnya informasi, gosip dan hoaks yang memancing emosi, kita tetap menanggapinya dengan hati lembut dan akal sehat. Kami mohon…
Amin.