Renungan Harian Misioner
Senin, 10 Januari 2022
P. S. Gregorius X
1Sam. 1:1-8; Mzm. 116:12-13,14,17,18-19; Mrk. 1:14-20
Dengan mengawali kata-kata yang mengandung ‘kegenapan waktu,’ maka penginjil Markus mengandaikan bahwa Rencana Allah merupakan tahapan-tahapan yang berkesinambungan, yang diketahui oleh orang-orang, dan dengan dimulainya karya pewartaan Yesus, maka berarti rencana keselamatan Allah itu memasuki tahapan terakhir, sudah genap waktunya. Bukan saja Taurat digenapi, tetapi seluruh karya penyelamatan yang dipersiapkan oleh Allah sejak lama, akan dipimpin-Nya kepada kepenuhan.
Kata-kata pertama yang diucapkan Yesus dalam Injil Markus terdiri dari empat kalimat pendek berisikan pernyataan dan perintah, boleh dikatakan sebuah rangkuman pengajaran Yesus tentang pewartaan Kerajaan Allah dan panggilan pada kerajaan tersebut. Keempat kalimat itu juga sebagai kunci untuk memulai membaca seluruh Injil Markus, yaitu: jika kita mengerti kalau waktunya sudah tiba (genap) untuk menyambut Yesus sang Injil sendiri, maka kita akan mengerti bahwa Kerajaan Allah sudah ada di sini, sekarang, untuk kita semua – maka kita harus bertobat dan percaya kepada Injil itu. Yesus sendirilah yang hadir dan berkarya dalam pewartaan Injil, karena Dia adalah penggenapan waktu dan kerajaan itu. Kita akan menyatu dengan Yesus jika bertobat dan percaya kepada-Nya. Bagaimana menanggapi panggilan untuk mengikuti-Nya di jalan yang Dia tunjukkan, ada dalam ayat-ayat selanjutnya.
Kata-kata berikutnya adalah panggilan kepada Kerajaan yang baru diwartakan-Nya: “Mari, ikutlah Aku!” Panggilan untuk mengikuti-Nya menyimpulkan kodrat hidup kristiani sebagai seorang murid yang mengikuti Yesus yang berjalan di depan. Gambaran nyata yang kita lihat dalam panggilan ini adalah: dalam agama Kristen, Allah-lah yang mencari manusia, kebalikan dengan pencarian Allah oleh manusia dalam agama lainnya.
Menjadi Murid adalah mengikuti Yesus tanpa syarat, tidak langsung sempurna tetapi sejak awal hidup seorang murid menyatu dengan hidup Yesus, Gurunya dalam perjalanan yang dimulai dengan sikap percaya, karena mempercayakan dirinya kepada Yesus. Yesus memanggil sambil berjalan, karena Dia memang mengundang kita mengikuti perjalanan-Nya. Menyusuri Danau Galilea mengingatkan peristiwa Allah menyeberangkan umat-Nya menuju kemerdekaan dari perbudakan di Mesir – panggilan Yesus ini merupakan suatu exodus baru, keluaran baru menuju kehidupan dan ciptaan baru. Panggilan menjadi penjala manusia merupakan ajakan untuk membawa manusia keluar dari dalam laut di mana manusia biasa akan tenggelam dan mati, membawanya kembali dari maut kepada kehidupan! Jadi, panggilan-Nya adalah panggilan untuk bertransformasi di dalam Yesus.
Panggilan Tuhan memang seringkali membuat orang tidak sempat mempersiapkan diri, apakah tanggapan kita pada panggilan-Nya yang terjadi pada saat-saat yang tidak disangka-sangka? Panggilan-Nya tidak terjadi karena kita seorang yang religius dan selalu berada di rumah ibadah, melainkan ketika kita sedang sibuk bekerja, maka bagaimana jawaban kita ketika Dia memanggil kita dalam kesibukan kita sehari-hari mencari nafkah (menjala ikan seperti dua pasang saudara ini, atau sedang menghitung uang seperti Lewi)? Panggilan Kristus juga bukan panggilan untuk menjadi relawan, bukan berarti menjual segala milik kita dan hidup miskin, tetapi apakah Yesus begitu mempesona sehingga kita dengan sukacita sanggup meninggalkan jala kita, modal hidup dan identitas kehidupan kita? Bahkan juga meninggalkan segala hubungan manusiawi dan sosial lainnya (orang tua dan rekan-rekan kerja)? Ketahuilah, bahwa sebagai murid Kristus, menjawab panggilan-Nya berarti menjadi milik-Nya sepanjang waktu. Hidup kita sedang diubah untuk memiliki gaya hidup Kristus: melayani untuk kemuliaan Allah Bapa, belajar untuk hidup bergantung kepada kuasa-Nya! Jadi, bagaimana tanggapan kita?
Tanggapan langsung dan pribadi dengan segera, serta mengikuti Dia seperti empat murid pertama seharusnya merupakan jawaban kita terhadap panggilan Tuhan itu. Panggilan yang merupakan suatu perjalanan mengikuti-Nya. Sebab inilah dua unsur yang mutlak dalam iman kita: Panggilan Tuhan dan Jawaban Kita! Kedua unsur tersebut tidak dapat digantikan atau diwakilkan, karena tidak ada seorang pun yang dapat memanggil kita kepada Kerajaan selain Tuhan sendiri, dan tidak ada siapa pun yang dapat menjawab panggilan itu selain kita sendiri. Sebab dalam Iman tidak ada perantara, sebagaimana Abraham sewaktu mendapat panggilan untuk mempersembahkan anaknya, dialah yang punya relasi langsung dengan Tuhan. Iman bukan sekadar percaya bahwa Allah itu ada, melainkan menjalin relasi dengan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, sehingga dengan demikian iman adalah saling memiliki dalam sukacita dan kasih antara manusia dengan Tuhan. Perjumpaan Yesus dengan keempat murid pertama ini harus kita alami sebagai perjumpaan kita dengan Dia.
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Persaudaraan sejati
Kita berdoa untuk mereka yang menderita karena perundungan dan diskriminasi agama; semoga hak asasi dan martabat mereka diargai karena sesungguhnya kita semua bersaudara sebagai umat manusia. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia: Menangkal hoaks
Kita berdoa, semoga di tengah simpang-siurnya informasi, gosip dan hoaks yang memancing emosi, kita tetap menanggapinya dengan hati lembut dan akal sehat. Kami mohon…
Amin
Terimakasih banyak
Pada tanggal Min, 9 Jan 2022 22:00, Situs Resmi Biro Nasional Karya
SukaSuka