Renungan Harian Misioner
Minggu, 16 Januari 2022
HARI MINGGU BIASA II
Yes. 62:1-5; Mzm. 96:1-2a,2b-3,7-8a,9-10ac; 1Kor. 12:4-11; Yoh. 2:1-11
Ini salah satu cerita favorit para pengantin; menjadi bacaan ‘wajib’ untuk Misa Kawin. Cerita ini mungkin juga disukai para peminum dan penikmat wine. Hobby dan kegemaran mereka tampaknya dibenarkan oleh Kitab Suci.Tentu ini sekadar guyon! Yang pasti, alur-cerita ini menegaskan perubahan: dari kekurangan (ay. 3) menjadi kelimpahan, dari air-pembasuhan kepada anggur-sukacita. Yesus sendirilah Sang Agen-perubahan itu. Jadi, pesan pertama cerita ini sifatnya kristologis: mau memperkenalkan peran dan jati-diri Yesus. Itulah sebabnya, penginjil Yohanes lebih suka memakai istilah tanda, bukan mukjizat. Tanda selalu menunjuk ke sesuatu atau seseorang. Tanda itu sendiri tidak menjadi pusat: ia hanya berfungsi memperkenalkan si Pembuatnya. Peristiwa di Kana menjadi sarana untuk memperkenalkan Yesus sebagai utusan Allah, sebagai Dia yang datang dari Allah. Kemuliaan Allah yang sudah diberikan kepada-Nya (Yoh. 1:14), sekarang mulai tampak. Tujuannya apa? Agar para murid-Nya percaya kepada-Nya (ay. 11).
Kedua, perubahan air menjadi anggur menjadi tanda yang memperkenalkan peran Yesus dalam sejarah keselamatan. Enam tempayan berisi air-pembasuhan: ritual wajib agama Yahudi untuk membersihkan diri dari semua yang najis. Jadi, air-pembasuhan tersebut menjadi simbol tata-aturan agama Yahudi. Yesus datang untuk mengakhiri tata-keselamatan lama tersebut, dan menggantinya dengan tata-keselamatan yang baru (anggur). Tata-keselamatan lama, yang ditopang oleh aneka ritual dan korban, sudah “kehabisan anggur”nya, sudah kehilangan gairah dan tidak lagi mendatangkan kelegaan serta suka-cita yang sempurna. Makanya hanya ada 6 tempayan air, bukan 7 (angka sempurna). Sebaliknya, Yesus mengawali tata-keselamatan baru, yang membawa sukacita sempurna bagi manusia. Ini baru tanda-Nya yang pertama, dari rangkaian 7 tanda dalam injil Yohanes! Yesus memberikan “anggur terbaik” (ay. 10): sukacita yang berkelas, bukan yang biasa-biasa saja. Ia hadirkan kegembiraan yang kekal, bukan yang instan. Tidak tanggung-tanggung: 600 liter air diubah-Nya menjadi anggur nomor satu! Sukacita yang dihadirkan Tuhan sungguh berlimpah-ruah. Apa yang para Nabi harapkan terjadi di zaman akhir (Bdk. Am. 9:13 dstnya; Hos. 14:8; Yer. 31:12), sekarang sudah dihadirkan oleh Yesus. Meskipun “Saat” kemuliaan-Nya (ay. 4) baru terpenuhi nanti di Salib, namun kemuliaan itu sudah mulai dinyatakan kini dan disini.
Ketiga, kendati Yesus menjadi pusat, bantuan ibu-Nya juga jelas nyata! Tanpa maksud mencampuri program Anak-nya, dia menyampaikan kebutuhan manusia: “mereka kehabisan anggur” (ay. 3). Kehabisan anggur tentu membuat malu yang empunya hajatan dan memuramkan suasana pesta. Syukurlah ada Ibu yang peka dan sigap. Dia maklum betul kepada Siapa kebutuhan kita harus diberitahu. Dia ibu yang percaya kepada Anak-nya. Sang Bunda memang teladan kita dalam beriman. Bukan itu saja! Ia juga mengarahkan para pelayan agar taat kepada Anak-nya: “Apapun yang dikatakan-Nya kepadamu, lakukan itu!” (ay. 5). Bagi Maria, cukuplah bila kita mendengar dan melakukan perintah Anak-nya. Tuhan pasti mengubah dan membuat mukjizat, jika kita percaya seperti ibu-Nya dan taat melakukan firman Tuhan seperti para pelayan (bdk. ay. 7-8).
(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Persaudaraan sejati
Kita berdoa untuk mereka yang menderita karena perundungan dan diskriminasi agama; semoga hak asasi dan martabat mereka diargai karena sesungguhnya kita semua bersaudara sebagai umat manusia. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia: Menangkal hoaks
Kita berdoa, semoga di tengah simpang-siurnya informasi, gosip dan hoaks yang memancing emosi, kita tetap menanggapinya dengan hati lembut dan akal sehat. Kami mohon…
Amin