Kita “Dipilih” Untuk Hidup dan Bertumbuh

Renungan Harian Misioner
Minggu, 20 Maret 2022
HARI MINGGU PRAPASKAH III

Kel. 3:1-8a,13-15; Mzm. 103:1-2,3-4,6-7,8,11; 1Kor. 10:1-6,10-12; Luk. 13:1-9

Sekarang ini sedang ada banyak musibah dan bencana: gempa bumi, banjir, longsor, dan kecelakaan. Ada juga banyak Pilatus baru: tiran dan penguasa yang kejam dan menindas. Semuanya memakan korban manusia tak berdosa, meninggalkan penderitaan dan kepedihan. Mengapa ada begitu banyak penderitaan? Mengapa Allah diam saja? Itulah pertanyaan klasik yang terus berulang, tanpa pernah ada jawaban yang tuntas dan memuaskan. Dalam kepedihan mendalam, seorang beriman tak jarang akhirnya menyimpulkan: itu semua hukuman Allah! Atau minimal: itu teguran dan peringatan Tuhan! Injil hari ini berupaya menjawab pertanyaan yang sama. Tentu tanpa bermaksud memuaskan semua keraguan dan pertanyaan kita.

Pertama, penderitaan dan musibah bukanlah hukuman Allah! Itu poin yang Yesus tegaskan. Dua peristiwa konkret (ay. 1-2 dan 4) Ia pakai untuk mengoreksi paham yang sudah berkarat seperti itu. Apakah penderitaan dan musibah itu hukuman Allah? Sampai dua kali Yesus menegaskan: “Tidak!” (ay. 3 dan 5). Memang, dari dahulu sampai sekarang, selalu saja ada yang percaya bahwa: penderitaan dan musibah yang menimpa seseorang, pasti disebabkan oleh dosanya (Bdk. Ayb. 4:7; Yoh. 9:2). Yesus justru menegaskan bahwa musibah dan penderitaan bukanlah hukuman Allah atas dosa-dosa kita.

Kedua, meskipun bukan menjadi penyebab langsungnya, namun tidak berarti bahwa penderitaan dan musibah sama-sekali tidak ada kaitannya dengan dosa manusia. Dalam dua kasus itu jelas: kekejaman Pilatuslah yang menyebabkan orang Galilea dibunuh saat membawa kurban di dalam Bait Allah. Musibah menara Siloam mungkin saja disebabkan oleh dosa para pembangunnya yang korup dan salah merancang. Pokoknya, dengan satu dan lain cara, nyata atau tetap rahasia: penderitaan dan musibah ada kaitannya dengan dosa manusia. Makanya, Yesus mengajak Saya dan Anda untuk selalu mawas-diri. Berita tentang musibah dan penderitaan hendaknya menjadi kesempatan untuk bertobat, untuk berkaca dan mendandani diri. Musibah hendaknya menjadi peringatan dini tentang pengadilan akhir yang akan menimpa Saya dan Anda, dan kita semua pasti akan binasa jika tidak berbenah dan bertobat (ay. 3 dan 5).

Ketiga, Allah inginkan kita berubah dan berbuah. Pohon ara lazim menjadi simbol umat Allah (bdk. Mi. 7:1; Yer. 8:13). Kita adalah pohon ara yang ditanam di kebun anggur Allah. Kita dipilih untuk hidup dan bertumbuh dalam lingkup Umat pilihan-Nya. Saya dan Anda sudah banyak mengalami perhatian, pemeliharaan dan kesabaran Allah melalui Anak-Nya. Allah selalu memberi kita kesempatan kedua, bukan untuk berulah tetapi untuk berbuah. Hidup yang berbuah adalah hidup yang dijalani secara adil dan belas-kasih (bdk. Luk. 3:15-17). Itulah “buah-buah yang sesuai dengan pertobatan” kita (bdk. Luk 3:8). Apakah pohon ara itu akhirnya sungguh berbuah setelah diberi kesempatan? Lukas tidak melanjutkan ceritanya. Dia memang pencerita yang hebat. Ia membiarkan akhir ceritanya “terbuka”. Mengapa? Agar Saya dan Andalah yang harus menjawabnya! Apakah kita sudah bertobat dan berbuah, setelah Tuhan memberi kita kesempatan?

(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Menghadapi tantangan bioetika

Kita berdoa untuk umat Kristiani yang menghadapi tantangan bioetika baru; semoga mereka dapat terus membela martabat segenap umat manusia dengan doa dan tindakan.

Ujud Gereja Indonesia: Pengabdian politik

Kita berdoa, semoga di alam demokrasi ini para elit politik dan pemerintah menggunakan kewenangannya untuk mengabdi dan menata masyarakat dan bukan untuk menguasainya.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s