Renungan Harian Misioner
Senin Pekan IV Prapaskah, 28 Maret 2022
S. Doroteus dr Gaza
Yes. 65:17-21; Mzm. 30:2,4,5-6,11-12a,13b; Yoh. 4:43-54
Bacaan Injil yang kita renungkan hari ini (Yoh. 4:43-54) menceritakan kisah terjadinya mukjizat kedua yang dilakukan Yesus. Menurut Penginjil Yohanes, mukjizat pertama dilakukan Yesus dengan mengubah air menjadi anggur saat ia menghadiri perkawinan di Kana. Dalam mukjizat kedua ini Yesus menyembuhkan anak seorang pegawai istana yang sakit keras – hampir mati.
Untuk memahami dengan baik kisah ini dan menarik pesan dari padanya, kita perlu memperhatikan detail-detail yang ada di dalamnya. Pertama, pegawai istana tinggal di kota Kapernaum. Ketika ia mendengar bahwa Yesus datang ke kota Kana, pegawai istana ini pergi dari rumahnya untuk menemui Yesus. Untuk bertemu Yesus pegawai istana ini rela menempuh perjalanan yang jaraknya cukup jauh. Kedua, saat bertemu Yesus, pegawai istana ini minta supaya Yesus datang ke rumahnya supaya menyembuhkan anaknya, “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” Rupanya Yesus tidak memenuhi permintaan si pegawai istana supaya Ia datang ke rumahnya. Yesus hanya berkata kepada pegawai istana ini, “Pergilah, anakmu hidup!” Ada hal menarik yang perlu diperhatikan di sini: pegawai istana itu tidak kecewa melainkan percaya akan apa yang dikatakan Yesus, lalu pulang ke rumahnya (ayat 50).
Pesan apa yang bisa kita tarik dari kisah ini? Pertama, syarat terjadinya mukjizat adalah percaya bahwa Tuhan Yesus bisa melakukan apa yang kita minta. Untuk sungguh-sungguh percaya dibutuhkan iman yang besar. Pegawai istana dalam kisah ini sungguh percaya akan apa yang dikatakan Yesus. Buah dari iman itu, dalam waktu yang sama, saat Yesus mengatakan, “Pergilah, anakmu hidup!” si anak sembuh. Kedua, untuk terjadinya sebuah mukjizat diperlukan juga usaha dari pihak yang memintanya. Si ayah dari anak yang sakit ini rela berjerih payah meninggalkan rumahnya di Kapernaum untuk menemui Yesus di kota Kana. Ketiga, mukjizat kesembuhan anak yang sakit ini terjadi berkat iman orang lain (yaitu ayahnya), bukan karena iman si anak sendiri. Ini pantas digarisbawahi! Mengapa? Karena ada di sekitar kita begitu banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit. Kita yang percaya kepada Tuhan Yesus bisa memohonkan kesembuhan bagi mereka sambil mengusahakan perawatan yang bisa kita lakukan (tidak hanya berdoa saja). Dengan cara ini kita berharap agar orang yang semula tidak percaya kepada Tuhan Yesus menjadi percaya karena telah melihat perbuatan besar yang dilakukan-Nya seperti yang dialami si pegawai istana ini, “Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya” (ayat 53). Mungkin mukjizat yang dialami oleh orang yang kita doakan tidak “sehebat” yang dialami oleh anak si pegawai istana. Namun sering kita mendengar kesaksian umat bahwa orang yang semula tidak percaya Kristus menjadi percaya karena merasakan kebaikan Allah berkat doa dan pertolongan umat Kristiani. Dengan berdoa dan berbuat baik bagi orang yang menderita kita bisa menjadi misionaris sambil menjalankan panggilan kita masing, entah sebagai imam, religius maupun awam.
(RP. Yakobus Sriyatmoko, SX – Magister Novis Serikat Xaverian di Wisma Xaverian Bintaro, Tangerang)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Menghadapi tantangan bioetika
Kita berdoa untuk umat Kristiani yang menghadapi tantangan bioetika baru; semoga mereka dapat terus membela martabat segenap umat manusia dengan doa dan tindakan.
Ujud Gereja Indonesia: Pengabdian politik
Kita berdoa, semoga di alam demokrasi ini para elit politik dan pemerintah menggunakan kewenangannya untuk mengabdi dan menata masyarakat dan bukan untuk menguasainya.
Amin