Renungan Harian Misioner
Jumat Pekan IV Prapaskah, 01 April 2022
P. S. Hugo
Keb. 2:1a,12-22; Mzm. 34:17-18,19-20,21,23; Yoh. 7:1-2,10,25-30
ALLAH PEGANGANKU: Orang-orang besar seperti Bunda Maria, Maria Magdalena, Agatha, Teresa Avila dan Teresia Lisieux, maupun Teresa Calcutta, adalah orang-orang yang mengagumkan. Paus Fransiskus mengagumi para Santa Agung itu. Ambillah contoh Teresa Lisieux, suster muda dari Prancis Barat. Dia hampir tak pernah meninggalkan biaranya. Ia mengikuti aturan-aturan hidup membiara. Namun ia amat memperHATIkan misi Gereja dan mendoakan banyak misionaris. Maka diangkat menjadi pelindung Misi. Cermatilah pribadi Ibu Teresa Calcutta. Pernah ada yang bertanya, apakah wanita perkasa itu yakin, bahwa Allah berkenan kepadanya. Ibu Teresa menjawab: “Saya tidak tahu. Namun, saya mencoba menangkap Kehendak-Nya”.
Dalam riwayat hidup mereka, para Kudus tersebut juga mengaku, bahwa jalannya tidak seluruhnya halus, untuk mengikuti Tuhan. Kita malah pernah mendengar, bagaimana Ibu Teresa itu keluar dari Kongregasinya untuk mendirikan Kongregasi baru. Ia harus menjalani “discernment” – memilah dan memilih di hadapan Tuhan, ke manakah langkahnya harus diarahkan untuk melaksanakan panggilan Allah. Inigo dari Loyola juga pernah dimasukkan penjara oleh Petugas Gereja, karena dianggap, tidak mengajar iman sesuai dengan pesan Pimpinan Gereja; walau kemudian dilepaskan, dan melanjutkan “langkahnya mencari Kehendak Tuhan, dengan belajar ke Paris, supaya jalan-hidup dan arus-ajarannya selaras dengan petunjuk para pengganti Petrus”.
Dalam kerangka itu, Bacaan Ekaristi, yang dipetik dari Kitab Kebijaksanaan Bab 2:1a.12-22 memperlihatkan suatu kondisi, ketika seseorang, yang dalam Perjanjian Lama dipandang, sebagai utusan suci, namun memang tidak begitu saja dipercaya oleh beberapa orang, yang menyangsikannya. Orang itu dicari-cari kesalahannya dan hampir tidak dipercaya kata-katanya. Bagaimana pun juga pedoman hidup utusan Tuhan memang hanya Kehendak Allah.
REFLEKSI KITA: Mohonlah Roh Allah, agar senantiasa setia mencari Kehendak Allah. Dalam pada itu, Paus Yohanes XXIII kerap terpesona pada Yohanes, yang disebut “Murid yang dicintai Tuhan”: sebab, Murid ini merendahkan diri untuk mendalami Hati Tuhan Yesus, untuk merasa-rasakan Kehendak Bapa. Kita diundang untuk “jalan bersama para kudus itu mengikuti jejak Sang Sahabat, yaitu Putera Allah”.
Selanjutnya, Injil Yoh. 7:1-2.10.25-30: memperlihatkan, bagaimana anak Yusuf dari Nasaret ini tidak menutup-nutupi asalnya dari desa di Galilea, seraya tetap menyusuri Jalan-jalan yang ditunjukkan ‘Ruach Allah’, supaya Kehendak Bapa terlaksana. Guru Nasaret ini benar-benar berpedoman bukan pertama-tama pada asal-usul manusiawi-Nya, melainkan hanya pada Kehendak Allah. Ia menghendaki agar para murid-Nya menggunakan pengarahan hidup yang sama; bukannya “suara orang sana sini”. Para Kudus modern, seperti Teresa Calcutta, martir Korea dan Vietnam mensyukuri bahwa diangkat menjadi sahabat oleh Yesus (Yoh. 15:15), sehingga menjadikan “ketaatan kepada Tuhan sebagai kompas hidupnya”.
REFLEKSI KITA: sejauh manakah kita mudah dibingungkan oleh pelbagai suara beraneka di sekitar kita; dan lupa bahwa Azas dan Dasar hidup pribadi maupun pelayanan kita adalah Kehendak Allah, yang harus kita muliakan? Mohonlah Roh Kristus, untuk menjiwai segala lapisan dan langkah discernment kita. Di tengah lingkungan Abad 21 dan menjelang masa Digital, marilah kita membuka hati kepada Ruach Allah, untuk mengambil bagian dalam “Jalan Bersama (=Synode) Bersama Paus Fransiskus mengikuti Jejak Sang Kristus untuk dipeluk oleh Allah Bapa dalam Roh Cinta Kasih”. “Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus…”
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Tenaga kesehatan
Kita berdoa untuk para tenaga kesehatan yang melayani orang sakit dan lansia, terutama yang berada di negara-negara miskin; semoga mereka mendapat dukungan yang memadai dari negara dan komunitas setempat.
Ujud Gereja Indonesia: Bersikap terhadap konsumerisme
Kita berdoa semoga kita tetap bersikap sederhana dan tidak tergoda untuk memiliki barang yang tidak kita perlukan di tengah gelombang konsumerisme yang mendikte dunia.
Amin