Renungan Harian Misioner
Senin Dalam Pekan Suci, 11 Maret 2022
P. S. Stanislaus dr Krakow
Yes. 42:1-7; Mzm. 27:1,2,3,13-14; Yoh. 12:1-11
Hari ini karya pewartaan Yesus memasuki enam hari terakhir. Ia datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan-Nya dari orang mati. Tempat itu bukanlah tempat yang aman bagi-Nya, karena tindakan-Nya terhadap Lazarus telah menimbulkan kebencian di kalangan orang Yahudi. Namun Yesus tidak takut, Dia malah menghadiri perjamuan di mana Lazarus, Marta dan Maria hadir juga di sana. Apa yang dilakukan Yesus ini menunjukkan bahwa Dialah Orang pilihan Allah yang dengan sukarela menyerahkan nyawa-Nya untuk menuntaskan maksud penyelamatan Allah, menggenapi rencana dan seluruh kehendak Allah.
Seperti biasa, Marta terlihat melayani perjamuan itu. Lazarus menjadi saksi akan karya Allah yang hidup. Kebangkitannya membuat banyak orang percaya kepada Yesus. Kebiasaan mereka untuk berbaring dalam perjamuan pesta, memungkinkan Maria meminyaki kaki Tuhan. Suatu hal yang tidak lazim, karena biasanya orang meminyaki kepala, bukan kaki. Tampaknya Maria melakukan ini untuk menunjukkan kerendahan hatinya kepada Tuhan yang dikasihinya. Ia bahkan tidak memikirkan harga minyak narwastu murni yang setara dengan upah kerja selama satu tahun (upah mereka adalah 1 dinar dalam sehari). Tindakannya ini menunjukkan apa yang seharusnya kita persembahkan kepada Tuhan: segala yang terbaik! Tindakan ketiga orang ini menjadi teladan murid yang sejati yang ditampakkan lewat tindakan nyata, bukan sekadar prinsip-prinsip yang digaungkan tanpa wujud. Perbuatan Lazarus, Marta dan Maria merupakan bukti turut sertanya manusia dalam rencana keselamatan Allah melalui diri Yesus. Kita ditantang untuk bertanya, apakah tindakan kita saat ini sudah menunjukkan pergumulan, ungkapan syukur, bahkan relasi kita dalam mewujudkan kehendak Allah? Kita memerlukan ketaatan dan penyertaan Roh Kudus untuk memberikan kepekaan pada kita agar bertindak demi kemuliaan Allah dan pertobatan sesama. Penyerahan ini dapat menjauhkan kita dari godaan memanipulasi hal baik untuk kepentingan diri sendiri, seperti yang dilakukan Yudas Iskariot.
Yudas diceritakan di sini bukan tanpa maksud. Yohanes sengaja menuliskan namanya untuk menunjukkan kepada para pembaca, siapakah orang yang menyerahkan Yesus kepada iman-imam kepala yang memang berniat menangkap dan membunuh Yesus. Yudas yang sebelumnya tidak peduli pada orang-orang miskin, kali ini menunjukkan simpatinya dengan cara mengritik perbuatan Maria, agar sebaiknya minyak narwastu yang mahal digunakan untuk kepentingan sosial. Kisah ini juga menegur kita bahwa dalam hal-hal tertentu kitapun sering bersikap seperti Yudas: bertopeng pada rasa prihatin terhadap orang miskin, untuk menyembunyikan sikap kita yang menolak untuk mengasihi dan menyembah Tuhan Yesus. Kita masih berhitung dengan-Nya, seolah-olah mau mengatakan bahwa pengorbanan kita terhadap Yesus sudah terlalu besar.
Yesus tidak menanggapi Yudas, tapi malah mengangkat topik penguburan-Nya. Ini mengejutkan semua yang hadir di pesta, karena mereka sama sekali tidak memikirkan maut dalam acara seperti itu. Mungkin saja tindakan Maria itu memang mau menunjukkan kesadaran bahwa kematian Tuhan sudah dekat. Minyak yang ditumpahkan Maria menyebarkan bau harum semerbak di seluruh rumah. Itu menandakan bahwa perbuatan sederhana yang dilakukan dengan hati yang terarah kepada Kristus telah menjadi sebuah kesaksian yang indah yang memenuhi hati siapa saja yang melihat dan merasakannya. Walaupun demikian, kita juga harus menyadari bahwa seringkali kita malah bersikap sama seperti sejumlah besar orang Yahudi yang datang ke pesta itu, lebih fokus pada keinginan melihat Lazarus, karya mukjizatnya saja, tanpa kesadaran untuk mencari dan mengenal Siapa Pembuat keajaiban itu. Padahal, mencari dan menemukan Yesus jauh lebih penting daripada sekadar meributkan orang miskin dan kebangkitan Lazarus saja. Menemukan Yesus membawa kita pada kepercayaan bahwa Dia mengakhiri karya di dunia dengan kematian-Nya yang mulia di atas salib, tempat di mana sesungguhnya kita melihat bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh Allah!
Kebebalan orang-orang Yahudi dan iman-imam kepala memuncak pada keinginan melawan Tuhan. Niat mereka untuk membunuh Lazarus yang jelas-jelas ‘dibangkitkan’ dari kematiannya, membuat mereka melawan kodrat Allah yang memberikan nafas dan nyawa kepada semua manusia. Padahal bukan mereka yang berkuasa menentukan hidup-mati seseorang. Sikap mereka ini menunjukkan sikap orang-orang yang tidak takut akan Allah.
Apakah “Hosana!” (yang berarti: selamatkanlah) yang kuteriakkan menunjukkan kepercayaanku pada Yesus, Tuhan dan Juruselamat yang benar? Marilah kita gunakan enam hari berikutnya ini untuk menegaskan kepercayaan kita. (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Tenaga kesehatan
Kita berdoa untuk para tenaga kesehatan yang melayani orang sakit dan lansia, terutama yang berada di negara-negara miskin; semoga mereka mendapat dukungan yang memadai dari negara dan komunitas setempat.
Ujud Gereja Indonesia: Bersikap terhadap konsumerisme
Kita berdoa semoga kita tetap bersikap sederhana dan tidak tergoda untuk memiliki barang yang tidak kita perlukan di tengah gelombang konsumerisme yang mendikte dunia.
Amin