Renungan Harian Misioner
Jumat, 20 Mei 2022
P. S. Bernardinus dr Siena
Kis. 15:22-31; Mzm. 57:8-9,10-12; Yoh. 15:12-17
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Dalam terang kebangkitan, wafat Yesus di kayu salib merupakan tanda kasih terbesar. Pernyataan ini sungguh menggembirakan kita. Namun sesungguhnya, realita yang harus dijalani-Nya tidaklah seindah cerita yang ada. Realita itu sudah dimulai sejak Yesus tahu bahwa Dia harus menderita sengsara dan wafat di kayu salib. Realita itu kemudian menjadi semakin nyata ketika Dia berada di Taman Getsemani, saat berada dalam situasi hidup-mati karena harus meminum piala penderitaan demi keselamatan banyak orang.
Inilah kasih sejati, tidak ada duanya. Kasih yang tidak lekang oleh zaman dan tidak layu oleh waktu, tidak berkesudahan. Ia murah hati, memberi tanpa batas. Ia tetap mengasihi walau dibenci. Ia lemah lembut dan rendah hati. Tidak mengherankan, jika St. Yohanes membuat simpulan dalam suratnya bahwa “Allah adalah kasih” (1Yoh. 4:8).
Yudas dan Silas merupakan dua orang yang memiliki aura kasih ini. Para rasul, penatua-penatua dan seluruh umat memilih mereka untuk tugas perutusan karena mereka telah mempertaruhkan nyawanya demi nama Tuhan Yesus Kristus. Dari mana mereka memperoleh kekuatan untuk itu? Jawabannya adalah: dari kedekatan mereka dengan-Nya yang adalah kasih itu sendiri. Kasih menunjukkan kekuatannya justru ketika orang mempertaruhkan nyawanya.
Kasih yang sama juga tampak dalam diri mereka yang dapat tetap bersukacita walaupun harus berhadapan dengan pelbagai penderitaan. Jemaat di Makedonia menjadi saksi atas semua ini: “Mereka dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, namun sukacita mereka meluap” (2Kor. 8:1). Bagi Paulus dan Silas, penjara menjadi seperti istana. Justru dari tempat itulah, Paulus menulis surat kepada jemaat di Filipi dengan nada penuh sukacita. Bagi para martir, tiang gantungan dan tungku pembakaran menjadi tangga yang membawa mereka menuju surga.
Dalam skala lebih besar, kasih yang sama menjadi nyata dengan munculnya berbagai lembaga keagamaan maupun lembaga sosial yang peduli dengan kebutuhan terbesar umat manusia di dunia ini, yakni kasih. Dunia sungguh membutuhkan kasih ini. Kasih yang tidak berkesudahan dan tak berbatas.
(RP. Anton Rosari, SVD – Imam Keuskupan Bogor)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Bagi Iman kaum muda
Kita berdoa untuk kaum muda yang dipanggil menjalani hidup dengan sepenuh-penuhnya; semoga dalam diri Maria mereka dapat belajar untuk mendengarkan, melakukan diskresi secara mendalam, mempunyai keberanian yang lahir dari iman, dan memberikan diri dalam pelayanan.
Ujud Gereja Indonesia: Menghayati doa rosario
Kita berdoa, semoga bersama Maria kita makin dapat merasakan kesederhanaan dan kedalaman doa rosario, dan mau rajin mendoakannya demi sesama yang memohon doa-doa kita.
Amin