Renungan Harian Misioner
Sabtu, 11 Juni 2022
P. S. Barnabas
dr RUybs Kis. 11:21b-26; 13:1-3; Mzm. 98:2-3ab,3c-4,5-6; Mat. 10:7-13
Kita sekarang (di zaman modern: ketika katanya hak azasi manusia diakui secara universal resmi sejak puluhan tahun yang silam) amat kagum pada saudari/a kita yang SETIA BERIMAN, walau mengalami pengejaran militer, politis, budaya, dst. Fr. Herman Bouwens, telah menyediakan diri untuk menemani Romo Sandjaja Pr, ketika ditangkap serombongan pemuda di Muntilan,- dan akhirnya dibunuh, karena beriman Katolik. Pengorbanan hidup ini dihormati dengan menjadikan Frater itu sebagai Pelindung dan Nama dari Kolese, tempat para Frater SJ di Jakarta dan pendamping-pendampingnya berkomunitas. Rasanya bergemalah Kis. 11:21b-26.13:1-3, yang melukiskan pewartaan iman Barnabas, jauh dari Yerusalem (di Antiokhia waktu itu), sebagaimana Herman Bouwens juga merantau ke Nusantara dari Nederland, tempatnya lahir dan dibesarkan serta bergabung dengan rasul-rasul Jesuit.
REFLEKSI KITA: apakah iman kepada Allah dalam persahabatan dengan Guru Yesus berkat bimbingan Roh Kudus membarakan spirit kita untuk mewartakan Kabar Gembira dan mempertaruhkan hidup kita sejauh diminta oleh Allah kita? Hal itu dapat dilakukan di negeri sendiri, tetapi juga dapat di negeri lain. Intinya: mendengarkan Guru Nasaret yang mengutus (=missio). Kemurahan hati Allah sudah nampak dalam mengutus (=missio) Sang Putra untuk mengosongkan Diri dan menjelma menjadi Manusia demi penebusan umat-Nya dari dosa. Kita sudah menerima karunia seagung itu secara ‘gratis’ dan lalu diutus untuk memberitakannya. Dalam semangat itulah kita syukuri Mat. 10: 7-13 seraya kita coba laksanakan. Sudah berabad-abad kita diberi teladan oleh Rasul-rasul (“utusan”=misionaris): semula ‘di rumah sendiri’ (seperti Petrus dalam Kis. 2 diceritakan waktu Pentakosta) mewujudkan imannya yang setia kepada Tuhan Yesus Kristus.
Demikianlah Pemuka Gereja Perdana: memang pernah menyangkal Tuhan, namun kemudian bertobat dan akhirnya secara terbuka di Yerusalem menjadi saksi Tuhan dan kelak di Roma mengorbankan hidupnya pula. Intisari dari pengutusan (=missio) dari Allah adalah bahwa para “utusan” itu sungguh mendengarkan suara Allah dan menyuarakan SUARA ALLAH itu karena SETIA KEPADA IMAN. Kalau Petrus, Sanjaya dan Herman Bouwens telah BERIMAN SECARA SETIA HABIS-HABISAN, pada masa sekarang pun kita dipanggil untuk hidup dengan cara yang sama, walau situasi dan kondisinya berubah.
REFLEKSI KITA: bagaimanakah situasi dan kondisi di ruang dan waktu Anda sekarang yang membisikkan suara Roh Kristus dalam menyuarakan kemurahan hati Allah? Apakah Anda siap untuk menghayati kesetiaan Anda dalam beriman kepada Tuhan?
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Cinta keluarga Kristiani
Kita berdoa untuk keluarga-keluarga Kristiani di seluruh penjuru dunia, semoga mereka memiliki dan mengalami cinta tanpa syarat dan mengutamakan kesucian dalam menjalani hidup sehari-hari.
Ujud Gereja Indonesia: Pendidikan yang kritis
Kita berdoa, semoga lembaga pendidikan dan keluarga mendidik anak-anaknya agar dapat bersikap kritis dan realistis terhadap tawaran-tawaran palsu dan kemewahan di sosial media.
Amin
Situs Resmi Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia 