Renungan Harian Misioner
Minggu, 19 Juni 2022
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS
Kej. 14:18-20; Mzm. 110:1,2,3,4; 1Kor. 11:23-26; Luk. 9:11b-17
Tidak kebetulan injil Lukas sering disebut “injil sosial”. Dalam injil ini ditemukan banyak perikop yang berbicara tentang isu-isu sosial, ekonomi dan politis. Kiranya segi sosio-ekonomis itulah yang juga Gereja tekankan hari ini, saat kita merayakan Corpus Cristi, hari-raya yang diresmikan Paus Urbanus IV pada 10 Agustus 1264.
Pertama, Yesus tidak hanya berkhotbah tentang Kerajaan Allah. Ia juga menyembuhkan dan memberi makan. Yesus menghadirkan Kerajaan Allah dengan memberikan pengajaran sekaligus penyembuhan (ay. 11). Seharian penuh, Ia mencerahkan dan menyehatkan. Ia menarik orang banyak, bukan demi kursi dan posisi, tetapi agar kehendak Bapa-Nya mereka pahami, sekaligus agar sakit mereka terobati. Bukan itu saja! Di akhir hari, mereka pun diberi makan sampai kenyang. Pewartaan Injil yang otentik selalu punya dimensi sosio-ekonomis: menyembuhkan manusia dari pelbagai sakit-penyakit, dan memuaskan mereka dari pelbagai jenis kelaparan dan kehausan.
Kedua, Yesus melanjutkan cita-cita dan harapan Peranjian Lama. Di padang-gurun, Musa dahulu membagi umat Israel dalam kelompok-kelompok: 1000, 100 dan 50 orang (Kel. 18:21, 25; Ul. 1:15). Lewat Musa, TUHAN memberi makan manna kepada umat-Nya. Karya Yesus menggenapi pekerjaan Musa. Para pendengar-Nya dibagi dalam kelompok masing-masing 50 orang. Ia juga memberi mereka makan sampai kenyang, di tempat terpencil. Yesus memenuhi harapan Israel akan mukjizat manna. Zaman keselamatan yang Israel nantikan itu akhirnya tiba, saat Yesus mengenyangkan orang banyak.
Ketiga, Yesus tidak bekerja sendirian. Ia melibatkan para murid-Nya. Di hadapan ribuan orang yang lapar, solusi para murid memang realistis: suruh saja mereka pulang untuk cari makanan sendiri! Jawaban Yesus sungguh mengagetkan. Bukan usulan tetapi perintah yang tegas: “Kamu harus memberi mereka makan!” (ay. 13). Nabi Elisa dahulu pernah memerintahkan hal yang sama kepada pelayannya, untuk memberi roti kepada 100 orang (bdk. 2Raj. 4:42-44). Mukjizat yang dibuat Yesus jauh lebih hebat dari Elisa: 5 roti untuk 5000 orang! Ia jauh lebih hebat dari para nabi.
Para murid Yesus, dahulu dan kini, selalu melihat “keterbatasan”: hanya ada 5 roti dan 2 ikan. Tidak ada artinya untuk sebegitu banyak orang! Kita selalu menganggap diri tidak mampu membantu. Hari ini, Yesus menegaskan: serahkanlah apa yang ada padamu, apa yang kamu mampu, berapapun itu! Doa dan berkat Yesus akan mengubah dan melipatgandakan apa yang kita serahkan kepada-Nya. Seperti para murid-Nya dahulu, kita pun akan Ia libatkan untuk membagi “roti dan ikan” agar mampu mengenyangkan dan memuaskan ribuan, bahkan jutaan manusia yang letih, haus dan lapar. Ekaristi harus senantiasa mendorong kita untuk berbagi. Misa itu bukan ritual, tetapi sosial dan komunal: mendorong kita untuk berbagi dan bersetia-kawan. Itulah pesan abadi sakramen Ekaristi. Setelah dikenyangkan secara rohani oleh tubuh dan darah Tuhan, janganlah kita lupa melaksanakan perintah-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” (ay. 13). Menyantap tubuh-Nya selalu berati memberi-makan umat-Nya!
(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Cinta keluarga Kristiani
Kita berdoa untuk keluarga-keluarga Kristiani di seluruh penjuru dunia, semoga mereka memiliki dan mengalami cinta tanpa syarat dan mengutamakan kesucian dalam menjalani hidup sehari-hari.
Ujud Gereja Indonesia: Pendidikan yang kritis
Kita berdoa, semoga lembaga pendidikan dan keluarga mendidik anak-anaknya agar dapat bersikap kritis dan realistis terhadap tawaran-tawaran palsu dan kemewahan di sosial media.
Amin