Jangan Megahkan Buatan Manusia!

Renungan Harian Misioner
Minggu, 13 November 2022
HARI MINGGU BIASA XXXIII

Mal. 4:1-2a; Mzm. 98:5-6,7-8,9a; 2Tes. 3:7-12; Luk. 21:5-19

Bait Allah di Yerusalem memang megah dan indah. Kenisah kedua ini direnovasi Herodes Agung sejak tahun 20 SM dan baru sungguh rampung tahun 64 M. Bangunan megah ini menjadi kebanggaan umat Yahudi. Mereka yakin, kebesaran TUHAN tercermin dalam kemegahan rumah-Nya. Begitu banyak uang dan tenaga dikorbankan. Konon, Herodes mengerahkan 100.000 tukang untuk pekerjaan renovasi itu, ditambah dengan 1000 imam untuk merenovasi bagian-bagian suci, yang tidak boleh dimasuki para pekerja biasa. Bangunan dan buatan manusia memang selalu multi-wajah. Di balik kemegahan tentu ada kebanggaan. Tetapi terselip juga cerita tentang penindasan, kerja paksa atau upah tak layak. Syukurlah, di penghunjung tahun Liturgi ini, Gereja mengajak kita untuk mengangkat muka. Jangan terlena dengan kemuliaan dan kemegahan dunia. Itu semua hanya sementara. Buktinya sudah ada: Bait Allah! Hanya 6 tahun kemudian, bangunan megah itu luluh-lantak oleh pasukan Roma. Nubuat Yesus ini jelas menjadi peringatan untuk kita: jangan memegahkan bangunan, atau apapun buatan manusia!.

Yesus berbicara tentang hancurnya Bait Allah sebagai ilustrasi Akhir Zaman. Peristiwa yang membuat shock umat Yahudi itu menjadi cerminan bagi peristiwa nanti. Akan tetapi, Yesus sejak awal menegaskan bahwa peristiwa akhir itu masih jauh. Masih banyak peristiwa dan pengalaman, penderitaan dan rintangan yang dihadapi para pengikut-Nya. Ini penting, sebab peristiwa “penghancuran” berskala nasional seperti itu mudah saja dihubung-hubungkan dengan datangnya para pahlawan dan pembebas, para pejuang nasionalis yang mengklaim diri mesias dan memobilisasi massa untuk mengangkat senjata. Yesus memberikan jawaban ganda: pertama, jangan percaya pada jalan-jalan kekerasan. Bagi Yesus, itu adalah jalan yang sesat (ay. 8). Kedua: jangan menyerah pada ketakutan dan teror. Lalu, sikap apa yang harus dibangun? Senantiasalah “waspada”! (ay. 8). Kata ini berkaitan dengan verba “melihat”, artinya: kita harus menjalani hidup dengan tenang dan berwawasan iman, agar sepenuhnya sadar bahwa Allah tengah berkarya dalam setiap peristiwa dan kejadian.

Kepastian akan kedatangan TUHAN tidak menghilangkan penderitaan dan cobaan. Pengikut-Nya pasti akan mengalami perlawanan dan penindasan dari pimpinan politik dan agama, bahkan dari kaum kerabat. Mengikuti Yesus berarti mengikuti jalan-Nya. Perjalanan kepada kebangkitan pasti melalui jalan-jalan salib. Mahkota kemuliaan di akhir digapai lewat pelbagai mahkota duri di hidup kini. Bagaimana kita harus bersikap? Tuhan memberi kita kiat dan jaminan. Pertama, jadikanlah penganiayaan dan penderitaan itu sebagai kesempatan untuk bersaksi (ay. 13). Itulah inti dari kemartiran kita: menjadi saksi bagi Kristus di tengah dunia yang tidak ramah dan penuh ancaman. Kedua, Tuhan menjamin penyertaan-Nya. Justru dalam penderitaan dan penganiayaan karena iman akan Dia, Anda dan Saya akan semakin merasakan penyertaan, tuntunan dan perlindungan-Nya. Ia akan memberi kita “hikmat yang tidak dapat ditentang oleh manusia” (ay. 15). Bukan berarti bahwa kita selalu menang debat, tetapi bahwa semua penganiayaan lawan tidak akan mampu mengalahkan kesaksian kita dan membendung penyebaran Kabar Gembira.

(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Anak-anak yang menderita

Kita berdoa untuk anak-anak yang menderita, terutama tuna wisma, yatim piatu, dan korban perang; semoga mereka mendapat jaminan untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan merasakan kehangatan kekeluargaan.

Ujud Gereja Indonesia: Mengenang mereka yang meninggal karena Covid-19

Kita berdoa untuk mereka yang meninggal karena Covid 19, semoga Tuhan menganugerahkan belas kasih-Nya pada mereka, dan arwah mereka beristirahat dalam ketentraman kekal.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s