Renungan Harian Misioner
Kamis Oktaf Paskah, 13 April 2023
P. S. Martinus I
Kis 3:11-26; Mzm 8:2a.5.6-7.8-9; Luk 24:35-48
Saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan, Selamat Paskah.
Dalam masa Oktaf Paskah ini kita disuguhkan kisah-kisah kebangkitan di mana Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya dengan berbagai cara, di tempat dan waktu yang berbeda-beda. Ada hal yang menarik baik dalam bacaan Injil kemarin (Luk. 24:13-35), hari ini (Luk. 24:35-48), maupun bacaan Injil untuk besok (Yoh. 21:1-14), yaitu Yesus menjadikan perjamuan sebagai lambang kehadiran-Nya di tengah-tengah para murid. Dalam kisah Yesus menemani perjalanan 2 murid menuju ke Emaus, IA baru dikenali oleh 2 murid tersebut bukan saat menjelaskan tentang apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. IA dikenali pada saat duduk makan dengan mereka, saat mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.
Ketika Yesus kembali menampakkan diri-Nya di tengah-tengah para Murid, termasuk 2 murid yang mengalami perjumpaan dengan-Nya di Emaus, IA lagi-lagi menjadikan perjamuan sebagai lambang kehadiran-Nya. IA meminta makanan dan sekaligus makan di depan mata murid-murid-Nya karena mereka belum percaya juga walaupun IA sudah memperlihatkan bekas paku pada tangan dan kaki-Nya. Pada kisah yang lain, ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias, sesudah murid-murid menangkap ikan yang banyak atas perintah Yesus, IA maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka (Yoh. 21:13).
Dalam tiga kisah Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya itu, bukan tanpa alasan bila Yesus selalu menjadikan perjamuan sebagai lambang kehadiran-Nya. Pada perjamuan malam terakhir, ketika Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, IA berkata: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk. 22:19). Yesus mau terus mengingatkan para murid-Nya dan kita yang percaya kepada-Nya untuk melaksanakan perintah penetapan-Nya itu. Gereja sampai saat ini telah melakukan perintah itu dalam Ekaristi sebagai sumber dan puncak dari iman Gereja oleh karena Yesus hadir secara nyata dalam setiap Ekaristi.
Saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan, pokok permenungan ini juga sekaligus mau menjawab pertanyaan dari beberapa umat, “Mengapa harus ke Gereja, Pastor? Apalagi kami sungguh sibuk. Bukannya sudah cukup percaya kepada Yesus dan membaca Firman Tuhan?” Kembali kita mengingat kisah 2 murid yang berjalan menuju Emaus. Hati mereka memang berkobar-kobar dan penuh semangat ketika mendengar tentang Sabda Tuhan dalam Kitab Suci. Tetapi itu saja belum cukup untuk dapat mengenali dan merasakan kehadiran Yesus dalam diri mereka, kecuali dan ‘semakin disempurnakan’ melalui perjamuan. Sesungguhnya kita selalu diundang oleh-Nya untuk merasakan kehadiran-Nya secara nyata justru lewat Ekaristi. Dan seperti murid lain-Nya yang menjadi saksi kebangkitan, kita pun bisa menjadi pewarta kebangkitan-Nya lewat anamnese yang kita ucapkan setiap kali kita merayakan Ekaristi, “Wafat-Mu Tuhan kami wartakan, Kebangkitan-Mu kami muliakan, hingga Engkau datang”.
(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Budaya perdamaian dan tindak non-kekerasan – Kita berdoa, semoga makin subur dan berkembanglah kedamaian dan budaya non kekerasan, yang dibarengi dengan upaya mengurangi penggunaan senjata baik oleh negara-negara maupun warganya.
Ujud Gereja Indonesia: Kepercayaan diri kaum muda – Kita berdoa, semoga kaum muda sadar, bahwa keasyikannya dengan dunia digital dan fasilitas online bisa membuat mereka terisolasi dalam dunianya sendiri; semoga mereka dianugerahi keberanian untuk menemukan kembali rasa percaya diri dan kemauan untuk memperluas relasi dan pergaulannya juga di dunia offline.
Amin