Renungan Harian Misioner
Selasa Biasa IX, 06 Juni 2023
P. S. Norbertus
Tb. 2:10-23; Mzm. 112:1-2,7bc-8,9; Mrk. 12:13-17
Menurut Injil Markus, bagian ini adalah catatan tindakan dan ajaran Yesus menjelang penderitaan-Nya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar Yerusalem, menampakkan banyak perdebatan antara Yesus dengan para pemimpin Yahudi dan kelompok-kelompok lainnya yang terjadi dalam satu hari di minggu menjelang sengsara-Nya. Kisah hari ini adalah ketika kelompok Farisi dan Herodian bertanya kepada Yesus tentang pembayaran pajak kepada Kaisar. Kedua kelompok ini bertentangan dalam hal kewajiban membayar pajak. Orang Farisi yang menentang kepemimpinan bangsa asing, jelas-jelas berkeberatan untuk membayar pajak Romawi. Sedangkan orang Herodian, pendukung pemerintahan keluarga Herodes dan asing, dengan senang hati akan melakukan pembayaran pajak itu. Tentunya persengkokolan yang aneh ini mempunyai tujuan tersembunyi, yaitu untuk menjerat Yesus dan ‘menghabisi’-Nya.
Jebakan mereka dimulai dengan pujian yang menekankan kejujuran Yesus dan sikap-Nya yang tidak takut kepada siapa pun juga. Suatu pernyataan bahwa ajaran Yesus memang tidak terpengaruh oleh apa yang ada dalam pikiran kawan maupun lawan, dan tidak terpengaruh oleh pandangan penguasa mana pun yang mau memanfaatkan kuasa-Nya. Pujian disampaikan berlebihan dengan memanggil-Nya Guru. Memang Yesus adalah seorang Guru yang mengajarkan jalan Allah dengan sebenar-benarnya, tetapi toh mereka tetap menolak nasihat Allah dan mengabaikan pengakuan mereka sendiri. Mereka hanya mengharapkan jawaban mengenai boleh atau tidaknya membayar pajak pribadi yang harus dibayarkan kepada bendahara kerajaan Romawi. Dan dari jawaban Yesus ini, nantinya akan dipakai untuk menuduh-Nya, yang dianggap berpihak kepada pemerintahan penjajah atau sebaliknya membela hak-hak warga negara.
Tapi Yesus menyadari perangkap ini. Jika Dia menjawab boleh, maka orang-orang Yahudi pembenci pajak tersebut akan marah dan menolak Dia beserta ajaran-Nya. Bila Dia menjawab sebaliknya, maka Dia akan dituduh menentang pemerintahan Romawi. Itu sebab-Nya Yesus menegur kalau mereka mencobai Dia. Selanjutnya Yesus pun memberi jawaban dengan tegas. Penggunaan kata kerja, “Berikanlah,” mengandung arti memberikan sepenuhnya; dalam hal pajak berarti membayar kembali sepenuhnya. Artinya, setiap orang yang sudah memperoleh kemudahan yang disediakan pemerintah Romawi, punya kewajiban memberi dukungan kepada pemerintah tersebut dengan membayar kembali kewajibannya kepada Kaisar Romawi itu. Dan kemudian, dengan pertimbangan yang sama, atas segala kasih karunia dari Allah, yang telah mereka terima dan nikmati, mereka pun harus memenuhi kewajibannya kepada Allah. Kedua kewajiban itu sudah sesuai dengan kehendak Allah, dan jawaban Yesus serta-merta membuyarkan jebakan yang dipersiapkan oleh musuh-musuh-Nya.
Cara Yesus menjawab juga dengan memperlihatkan mata uang yang bergambar kaisar itu. Dengan menunjukkan bahwa Kaisar adalah sumber peredaran uang itu, menyebabkan kita harus mengembalikan lagi uang tersebut kepadanya. Selama kaisar memenuhi wewenangnya sebagai penguasa dan hak-hak warga dipenuhi dengan baik, maka orang-orang juga harus memenuhi kewajiban mereka membayar pajaknya.
Dengan jawaban ini, Yesus ingin mengingatkan juga kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya, bahwa mereka semua hidup dan berada di dalam kasih karunia Allah Bapa, sebagai Penguasa segalanya. Dan kita semua, adalah manusia yang diciptakan dengan ‘gambar Allah.’ Maka, kita semua adalah milik yang sepenuhnya dikuasai oleh Allah yang ada dalam gambar itu. Sehingga selama kita ada, kita harus mengembalikan diri kita kepada Allah sebagai milik kepunyaan-Nya. Ini sekaligus merupakan kecaman pada perumpamaan sebelumnya, di mana mereka tidak mau mengembalikan hasil buah panen anggur kepada Allah, Tuan yang empunya kebun anggur (ay. 2). Yang diminta Tuhan adalah hati dan kasih kita yang sepenuhnya kepada-Nya, sebagai pemberian wajib kita kepada Allah. Inilah yang dengan sepenuh hati, wajib kita berikan kepada Allah.
Sebagai orang Kristiani kita punya ketaatan kepada pemerintah dan otoritas lain yang menyelenggarakan kehidupan dunia. Tetapi hal itu tidak boleh menghalangi kewajiban kita kepada Allah yang layak menerima pengabdian tertinggi kita kepada-Nya. Apakah kita sudah memberi diri kita untuk memuliakan Allah? (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Penghapusan praktik penyiksaan – Kita berdoa semoga komunitas internasional berkomitmen dengan cara-cara konkret untuk memastikan penghapusan praktik penyiksaan dan menjamin adanya dukungan bagi para korban dan keluarganya.
Ujud Gereja Indonesia: Hati Yesus – Kita berdoa, semoga kita dianugerahi rahmat untuk menghormati dan mencintai Hati Yesus, dan percaya, bahwa dalam Hati-Nya yang Maha Kudus kita boleh menemukan kekuatan dan penghiburan, lebih-lebih ketika kita dicekam oleh beban hidup dan krisis yang tak tertanggungkan.
Amin
